Akhir Senja Yang Memilukan

80 5 0
                                    

"Senja tetaplah memilukan untuk kunantikan. Sebab senja untukku hanya sebuah perpisahan yang membuatku nampak menyedihkan"
Alika

Aku Alika, anak dari pasangan Adam dan Tika. Aku mempunyai seorang seorang sahabat, namanya Rendra Nugraha Putra.

Kami bertemu dibawah pohon bukit dekat rumahku. Waktu itu aku bermain ayunan dibawah pohon yang dibuat oleh ayahku. Aku selalu bermain setelah pulang belajar mengaji.  Tempat itu seakan-akan menjadi tempat bermainku sendiri. Tempat itu hanya orang tuaku  yang mengetahuinya.

Hari itu aku libur mengaji, tepat setelah sholat ashar. Aku pergi diayunan pohon itu. Nampak dari jauh terlihat ada seorang anak laki-laki yang asing buatku.  Dia bermain diayunanku saat itu. Saat itu pula aku begitu marah, aku merasa jika ada yang mengambil ayunan itu dariku.

"Kamu pindah dari disini!" aku beriak dan mendorong anak laki-laki itu. Hingga anak laki-laki itu jatuh dari ayunan. Anak laki-laki itu langsung menangis. Saat itu aku menjadi panik dan takut.

"Hmm….. Kamu tidak apa-apa?" aku bertanya sambil memegang tangannya karena aku khawatir.

"Aku tidak apa-apa" jawabnya dengan tersedu-sedu.

"Kamu siapa?" lanjutnya lagi dengan masih tersedu-sedu.

"Perkenalkan aku Alika" aku menjabatkan tangan sebagai tanda kenal.

"Aku Rendra…." dia menjawab lalu terlukis senyum diwajahnya.  Akupun tersenyum melihatnya. Kamipun bermain bersama dan tertawa bersama saat itu. Hingga cahaya matahari mulai memudar.

"Wahhh, senja yang keren" dia mengatakan itu sambil  menghadap kearah matahari tenggelam.

"Apa itu Senja?" tanyaku polos

"Kamu tidak tau?" tanya nya menatapku. Lalu dengan cepat aku menganggukkan kepalaku.

"Itu disana namanya senja!" dia menunjukkan sinar matahari yang begitu indah. Tidak pernah aku memandangi sinar indah ini.

"Matahari disana mau tenggelam. Itu namanya senja" dia menjelaskan dengan begitu terpana dengan cahaya senja. Aku juga terpana akan sinarnya sehingga aku tak menoleh sekalipun.

"Indah yah! Aku mau liat ini terus. Tapi nanti tidak ada yang aku temani"

"Mau aku temani? Tunggu saya saja. Saya suka senja kok" ucapnya dengan antusias.

"Benar? Ok, kamu janji yah selalu temani aku liat senja!"

"Janji!" ucapnya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Kamu janji!" akupun merespon dengan mengangkat jari kelingkingku.

Saat itulah pertemanan kami dimulai. Hingga kami beranjak 20 tahun  kami masih tetap menjalani pertemanan itu. Hingga ayunan pohon itu adalah tempat dimana kami memandang senja disetiap hari.  Saat itulah pula aku sangat mencintai senja dibawah pohon ini. Aku merasa hidup bahagia saat memandang senja bersama dia. Tak ada senja yang kami lewat kan selama ini.

Tetapi tepat dimana aku ulang tahun ke 21. Dia pamit denganku. Dia akan pergi kembali ke ibunya yang kini tinggal seorang diri. Selama ini dia tinggal bersama kakek dan neneknya. Ibunya tinggal dikota sedangkan saat itu dia bersama kakek neneknya berada didesa. Begitupun dengan aku. Sejak kabar kepergian ayahnya untuk selama-lamanya ia memutuskan untuk menemani ibunya yang saat ini juga ada dikota seorang diri.

Saat pamit denganku dia mengalihkan janji. Jika dulu ia berjanji akan selalu menemani kini dia berjanji akan kembali.

"Jika senja mengartikan perpisahan, maka aku berjanji nanti senja untukmu akan menjadi pertemuan. Maka jangan lupa nikmati senja disini, nanti aku akan kembali disini. Nanti aku disini!" dia mengucapkan itu. Membuatku yakin jika dirinya akan kembali.

Akhir Senja Yang Memilukan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang