Zaskia & Lee

63 3 1
                                    

TIGA HARI SEBELUM DAEDLINE

Di warung kaki lima. Zaskia duduk bersama dengan atasannya, sambil berbincang akrab. Lee yang menggunakan kaus casual, dan Zaskia yang mengenakan dress seadanya. Sesekali mata mereka memandangi orang-orang yang lalu- lalang di jalanan.

Terkadang ada yang memangkirkan kendaraan mereka di sisi jalan.

"Pak. Pesan gih, saya lapar nih."

"Pesan sendiri sana! Saya sibuk."

"Sibuk apanya sih. Pak, matung gitu kok dibilang sibuk," ujar Zaskia setengah dongkol.

Lee memang tidak melakukan apa pun kecuali hanya memperhatikan kendaraan yang lewat.

"Ini juga pekerjaan, kau pikir diam gak ada kerjaan,"

"Aku baru tahu kalau orang diam, itu bagian dari kerja." Zaskia mencibir.

Zaskia melambai pada pedagang sate. "Om! Pesan sate seratus tusuk, jangan pakai lontong ya, cepat gak pake lama."

"Iya Mba, tunggu ya," pedagang itu menyahuti Zaskia seraya mengipasi satenya.

"Manusia apa sundel bolong sih, pesannya gak kira-kira," kata Lee menyindir.

"Gratisan ini, kapan lagi, hihi.... "

"Satenya kamu yang bayar," kata Lee. Mata Zaskia sontak membesar, di pupil matanya hanya ada Lee yang terlihat jelas, sedang santai. Tidak menyadari kekesalan anak buahnya, mendengar ucapan manis yang ternyata kesekaratan bagi dompetnya. "Kenapa matamu membesar begitu?"

"Bapak,  jangan bercanda deh, saya ini kan diajak ke sini, kok saya yang bayar, sih?"

"Loh kamu pesan, ya kamu bayarlah, orang ngajak saja, makan bayar masing- masing, enak aja saya. Emang kamu siapa saya? Minta teraktir, mau gratisan." Lee kini mengambil ponsel dan memainkanya.

"Kuya, nih orang minta ditempeleng kanan-kiriZaskia mengumpat dalam hati.

Plak ...!  plak! "Aduh, ampun Zas! Saya kapok. Maaf Zas!" Zaskia menampari Lee dengan keras tanpa ampun hingga pipinya membiru, airmatanya pun bercucuran.

"Makanya jadi bos jangan ngeselin, minta di hajar sih. "

"Aduh! Sakit. Ampun!"

"Pelit. Pelit! Pelit!"

"Mba, ini satenya. Seratus tusuk tidak pakai lontong," kata pedagang sate.

Zaskia tersentak dari khayalannya. "Eh, i-Iya, Om. Makasih."

Lee masih diam saja tidak bergeming sedikit pun, hanya matanya yang lirik sana, lirik sini.

Zaskia makan tanpa menawari atasannya. "Aku yang bayar ini," gumam Zaskia acuh.

Zaskia dengan sekejap menghabiskan semua sate tersebut. Tertinggal satu tusuk sate yang belum dihabiskannya. Lee mencoba mengambil sate itu, namun tangannya dipukul oleh Zaskia.

Plakk!  "Eh, maling nakal!"

"Tinggal setusuk lagi." Lee berucap seraya mengusapi punggung telapak tangannya yang memerah akibat ditampar oleh Zaskia.

"Nyam ... nyam. Enak mau, Pak?" Zaskia memanas-manasi Lee.

Lee buang muka. Tidak mau melihat Zaskia, tapi tak ayal ia menelan ludah juga demi bau sate dan cara makan bawahannya tersebut.

Zaskia menahan tawa ketika melihat tenggorokan Lee naik-turun. Pesan sana. Bayar sendiri," kata Zaskia membalas ucapan Lee.

"Saya ngajak kamu ke sini, mau ngomongin Aina. Bukan mau makan."

CALON MANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang