Suatu saat nanti tulisan-tulisan ini akan membawanya pergi menjelajahi indahnya Indonesia. Menikmati senja di ujung Timur sambil duduk termangu memandangi indah ciptaan tuhan yang jauh dari sudut pandang manusia di perkotaan. Membawanya menelusuri jalanan di Eropa dengan balutan salju tak lupa pula jaket tebal untuk mengahangatkan raga, lalu akan membawa dia menaklukan dunia beserta isinya. Ya, begitulah mimpi Jingga, gadis manis penyuka senja.
Ditengah keramaian ibukota Indonesia ini masih ada juga danau yang cukup indah untuk sekedar menghilangkan penat, Jingga selalu datang kesini hanya untuk menulis atau membaca novel sembari menikmati senja kesukaannya.
Senja yang jauh lebih seru dibandingkan nongkrong sama temen-temennya yang hanya sibuk dengan gadget masing-masing.
Tapi tak terasa senja berlalu begitu cepat, Jingga beranjak pergi meninggalkan danau itu. Danau yang sangat indah ketika senja hadir, lalu berubah menjadi menakutkan ketika malam tiba.
Senja begitu indah
Bahkan sangat indah
Tapi kenapa hanya hadir sebentar
Lalu menghadirkan malam yang begitu menakutkan
Semua orang takut jika malam datang
Semua orang bergegas pulang
Kenapa senja hanya hadir sebentar?
Apakah sama seperti kebahagiaan?
Hadir sekedar untuk singgah
Bukan untuk menetap
Lalu menghadirkan kesedihan yang amat menyakitkanSeketika jingga menghentikan langkah kakinya, ia mendengar suara seseorang yang sedang berpuisi sambil memainkan gitar. Suaranya lumayan bagus, petikan gitarnya juga tak kalah merdu, amat serasi dengan puisi yang dibaca. Jingga mengamati dengan seksama arah suara itu dan berjalan pelan-pelan mendekati.
"Ali, " ucap lelaki berhidung mancung yang seketika saja sudah berdiri di belakang Jingga. Sontak Jingga seperti dikejutkan oleh suara asing itu dan berbalik kearah laki-laki yang sudah berdiri menyodorkan tangannya untuk mengajak Jingga berkenalan.
"Jingga ... " menyodorkan tangganya dengan sedikit gemetar.
Laki-laki itu pergi meninggalkan Jingga sendiri tanpa bilang sepatah katapun setelah menyebutkan namanya. Jingga seperti penasaran dibuatnya, membaca puisi ditepi danau sambil memainkan gitar, lalu tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang, menyodorkan tangan dan menyebutkan namanya, kemudian langsung pergi begitu saja. Sangat misterius sekali!
***
"Jingga, dari mana aja sih?" tanya Rini sembari berdiri di depan rumah kost mereka.
"Abis dari danau ...."
"Hah, danau? Rajin amat sih kesana, gak ada kerjaan banget mending cari kerja tuh, biar dapet uang."Semenjak lulus kuliah 1 bulan yang lalu, Jingga belum juga bekerja, bukan karena tidak ada lowongan buat dia. Begitu banyak perusahaan yang menginginkan dia buat jadi karyawan perusahaan itu tapi gak ada satupun yang ia terima. Entahlah Jingga seperti enggan jika harus menjadi karyawan disebuah perusahaan.
"Jingga, hari ini cari kerja tuh susah tau gak, udah lo terima aja tawaran untuk jadi wartawan di kantor tempat gue kerja."
"Gak deh Ran, gak minat gue."
"Yaampun Ngga, lo kan suka nulis, jadi wartawan juga nulis kok buat bikin beritanya, sama aja."
"Beda Rani Maharani."
"Apanya yang beda sih?"
"Gue sukanya nulis cerita buat dijadiin novel, bukan berita."
"Tapi lo punya bakat Ngga, waktu lo bantuin gue buat bikin berita kemarin, itu bos gue suka banget, beritanya menarik," ucap Rani.
"Gak deh Ran, sorry ya."Jingga pergi meninggalkan Rani dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Rani selalu saja memaksa Jingga untuk bekerja di kantor tempat ia kerja, padahal sudah sering ditolak. Namun, tetap saja usaha meyakinkan Jingga.Mata Jingga melotot melihat isi surat yang ia dapat di atas mejanya. Matanya seperti berkaca-kaca, badannya lemas seketika. Jingga langsung duduk di atas kasurnya dan terus memandangi isi surat itu. Namun seketika ia langsung berteriak histeris.
"Raniiiiii ...."
"Rannnnn???"
"Raniiiii ... Ih, kemana sih nih anak.""Apaan sih Ngga, teriak-teriak, kayak di hutan aja. Udah malem orang pada mau tidur, bukan dengerin suara teriakan lo," ucap Rani sembari berdiri di depan pintu kamar Jingga.
"Ini surat ini dari mana?"
"Ohh, surat itu, dari tukang pos tadi yang anter, terus gue tarok di atas meja lo,"-berjalan memasuki kamar Jingga-"emang kenapa sih?" tanya Rani."Gue lolos PROGRAM MENGAJAR DAERAH TERTINGGAL Ran!" teriak Jingga sembari meloncat-loncat di atas kasur dengan amat girang. Mirip sekali dengan anak kecil yang habis dibeliin mainan sama Ibunya.
"Hah, serius lo? "
Jingga kembali duduk di atas kasurnya. "Iya serius, dapet daerah penempatan di Natuna, Kepulauan Riau."
"Whatt! Ih ngeri banget Ngga!"
"Apanya yang ngeri sih?"
"Natuna itu jauh, Ngga, dan orang-orang di sana beda sama yang di perkotaan kayak kita."
"Gaya hidupnya juga beda, Jinggaaa," sambung Rani lagi.
"Beda gimana sih? Gak ngerti gue." Menutup surat yang ia dapat di atas meja dan memasukannya kedalam tas yang ada di dekatnya."Ya, beda dong, Ngga. Itu di pedalaman buka di kotanya. Pola pikir mereka pasti beda sama kita. Ntar, kalau lo kenapa-kenapa, gimana?"
"Dih, parnoan banget sih, lo! Gak bakal kenapa-kenapa tau gak. Di tempat kayak gitu tuh, sepinter-pinternya kita aja menempatkan diri."
"Saling menghargai!" sambung Jingga dengan tegas."Tapi beneran ngeri, Ngga, mending kerja di kantor tempat gue kerja, gajinya gede tau!"
"Bodo amatlah mau gajinya berapa juga gue tetep gak minat." Menatap Rani dengan sedikit sinis.
"Jingga, ngajar di daerah kayak gitu gajinya gak seberapa, gak bakal buat lo jadi kaya!"
"Gue juga gak mau jadi kayak kok, Gue maunya keliling dunia," ucap Jingga sembari tersenyum.
"Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di dunia, ya jadi gue keliling Indonesia dulu. Nah gue udah punya kesempatan nih buat ngunjungi tempat yang punya banyak pesona alam yang amat indah. Sekalian juga gue mau nyari pengalaman ngajar anak-anak daerah pedalaman.""Tau ah, serah lo, gue mau tidur ngantuk," beranjak pergi dengan jengkelnya meninggalkan Jingga sendiri di kamarnya.
Segitu dulu ya lanjut gak nih?
Maaf ya update ceritanya gak punya jadwal. Maklum masih nulis sesuai mood!
Jangan sungkan buat komen dan kritik ya!
Kritikan merupakan proses pembelajaran buat saya.
Jangan lupa juga buat VOTE!!
Selamat Membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Teen FictionTentang bagaimana Jingga yang begitu menyukai Senja. Senja yang hadir dengan sejuta keindahan namun hanya sekedar persinggahan, lalu pergi begitu saja menghadirkan sang malam yang menakutkan.