Happy reading~
.
.
.
Sekarang Perth hanya berdua dengan Saint dikamar barunya, dan Saint kini tengah membereskan semua barang-barang adik sepupunya. Sementara Ibu dan Ayahnya sudah pergi dua jam yang lalu.
"Perth kau tidak mengingatku?" Saint memulai pembicaraan.
"Tidak." jawabnya sangat singkat.
"Dulu kalau aku liburan sekolah, aku sering ke rumahmu. Disana aku sering menggendongmu, mengajakmu main dan kau selalu ingin tidur bersamaku."
'Apa katanya tidur bersamanya? Jangan membual.'
"Tapi setelah Pho meninggal, aku jarang kesana karena kami tidak ada yang bisa mengendarai mobil. Aku hanya bisa menanyakan kabar lewat telpon saja dan kita bertemu sekarang kau sudah sebesar ini dan tidak kalah tampannya denganku." Saint terkekeh sendiri dengan ucapannya, sementara anak itu tidak memberi respon apapun.
"Oh ya aku sudah memilih sekolah untukmu, kau pasti akan menyukainya."
"Sudah selesai bicaranya? Aku lelah ingin tidur." ucap Perth dan sengaja menutup telinganya agar Saint berhenti berbicara.
Saint menghampiri sepupunya dan mengusap rambut anak itu, "Baiklah, istirahatlah Phi akan memasak makanan untukmu."
Perth segera menyingkirkan tangan Saint, "Apa yang kau lakukan? Jangan sembarangan menyentuhku, keluar!"
Saint terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan Perth padanya, dia mengangguk dan segera beranjak keluar. Perth keterlaluan? Anak itu bahkan sama sekali tidak peduli. Dia lelah dan benar-benar ingin tidur.
.
.
.
Perth terbangun tepat pukul 7 malam, sepertinya dia terlalu lama tertidur sampai kepalanya pusing sekali, lantas anak itu duduk dan ia melihat lampu kamarnya sudah menyala. Saint pasti masuk lagi ke kamarnya, pikirnya.
Perutnya lapar sekali, anak itu bangun dan berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Rumah ini sepi sekali, apa benar-benar ia tinggal berdua saja bersama Kakaknya? Dia hampir tidak bisa memercayainya, bahkan tidak ada satupun pembantu di rumah yang lumayan besar ini.
Ia melihat Saint tengah duduk tangannya memegang sebuah botol kecil dan hendak membukanya, tampaknya Saint tidak sadar keberadaan Perth yang melihatnya dari tangga.
"Aku lapar."
BRAK!
Saint menjatuhkan botolnya yang belum sempat ia buka karena terkejut, tangannya juga menyenggol gelas minumnya sampai airnya tumpah.
"Nong sudah bangun?" tanyanya seraya memasukkan botol kecil itu ke saku jaketnya, ia juga membereskan gelasnya.
"Aku sudah memasak untukmu, mungkin sedikit dingin. Aku panaskan dulu."
'Sepertinya aku harus membuatnya kesusahan.' Perth kembali membatin dengan seringaian di bibirnya.
"Aku tidak suka makanan dingin, aku ingin kau memasak yang baru."
"Perth, tapi makanan itu masih bagus, Phi saja belum memakannya."
"Aku menyesal tinggal disini bersamamu, tahu begini aku lebih baik tinggal sendiri di rumah. Meminta begitu saja kau tidak mau."
Saint membelalakkan matanya, dia juga terlihat panik. Ya, anak itu berhasil.
"Bu-bukan seperti itu, kalau begitu kau tunggu sebentar, aku butuh waktu untuk memasaknya."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Adorable Brother
FanfictionTidak pernah terpikirkan oleh Perth orangtuanya akan menitipkannya pada Kakak sepupunya dalam waktu yang lama. Sikap tidak baik sudah Perth tunjukkan pada Kakaknya, sampai anak yang mulai menginjak remaja itu sudah berpikir tidak akan menghormati Ka...