🌾🌾🌾
Happy Reading!!
🌾🌾
Sudah hampir tiga hari ini Aisyah sering mimisan. Bahkan sang mama pun sudah khawatir dengan keadaannya. Namun kesalahan Aisyah adalah ia tak mau dibawa ke dokter untuk diperiksa apa sebenarnya yang terjadi dengan tubuhnya. Hingga saat ini ia sangat lemas untuk sekolah karena sudah beberapa kali mimisan untuk pagi ini. Tadi saja ia berangkat bersama Feby—sang sahabat yang juga khawatir dengan keadaannya.
Feby memandang khawatir kearah Aisyah yang wajahnya pucat. Tangannya ia lingkarkan pada bahu Aisyah. “Ay, kenapa lo masuk sih?” tanya Feby sembari menuntun Aisyah menuju kelas.
“Hari ini aku ada ulangan biologi, Feb. Mana mungkin aku gak ikut, kasihan Mama udah biayain aku,” jawab Aisyah lirih. Feby pun hanya mampu menghela napasnya pasrah karena jika sudah mama yang menjadi alasan Aisyah, ia sudah tidak bisa mengganggu gugat. Meskipun mama Aisyah tidak pernah menuntut Aisyah untuk selalu mendapat nilai yang tinggi.
Feby mengantarkan Aisyah sampai di kelasnya. Keduanya memang berbeda kelas. “Semangat ya, Ay. Tenang aja Abang Akil sebentar lagi pasti dateng kok,” kekeh Feby membuat senyum tipis terlukis di bibir Aisyah.
Akil adalah teman sekelas Aisyah yang memiliki otak cerdas. Dan itu menjadi alasan Aisyah mengaguminya dalam diam sebagai motivasi belajarnya.
“Gue ke kelas dulu ya, assalamu’alaikum,” pamit Feby ceria kemudian keluar dari kelas Aisyah.
“Wa’alaikumsalam warahmatullah,” jawab Aisyah lirih. Aisyah tersenyum simpul ketika Feby sudah benar-benar keluar dari kelasnya.
Feby dengan segala sikap cerianya untuk menutupi kesedihannya. Aisyah tahu bagaimana hati Feby yang sebenarnya. Karena persahabatan yang sudah terjalin sejak mereka masih kecil sudah mampu membuat keduanya mengerti satu sama lain. Namun, Feby mungkin tak mengetahui sosok Aisyah yang sebenarnya.
“Semoga kamu mampu menahan rindu akan kebersamaan keluargamu ya, Feb,” gumam Aisyah sebelum ia mengambil buku biologinya untuk mempelajari materi ulangannya hari ini. Karena ia tak ingin kedua orangtuanya kecewa hanya karena nilainya menurun.
Hingga fokusnya terpecah karena sosok yang dibicarakan Feby tadi melangkahkan kakinya memasuki kelas dengan hoodie hitam yang membalut tubuhnya, membuat kesan tampannya bertambah.
Menyadari pikirannya yang sudah melayang, Aisyah pun langsung menudukkan kepalanya menatap bukunya lagi. “Astaghfirullah..” gumamnya pelan. Mendengar lirihan itu, Akil hanya menoleh sekilas kemudian mengambil ponsel di dalam sakunya.
🌾🌾
Jam istirahat telah tiba dan Feby pun sudah berlari kecil menuju meja Aisyah dengan senyum cerianya yang Aisyah ketahui itu adalah senyum penutup kesedihannya lagi.
“Ay, jajan gak?” tanyanya langsung duduk di atas meja depan Aisyah.
“Feb, jangan duduk di meja, gak sopan,” ujar Aisyah membuat Feby mencebik, ia pun langsung turun dari meja lalu duduk di kursi sebelah Aisyah yang kosong.
“Mau jajan gak?” tanyanya lagi membuat Aisyah langsung mengeluarkan kotak makannya dari laci. Melihat itu pun, mata Feby langsung berbinar. “Yes.. Mama Dea emang the best.”
Feby pun langsung meraih kotak makan Aisyah dan membukanya, ternyata isinya nasi goreng. Namun belum sempat menyuapkan nasi gorengnya, Feby meletakkan sendoknya lagi dan beralih menatap Aisyah yang menatapnya dengan alis yang bertaut. “Lo udah makan belum, Ay?” tanyanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Message #RAWSBestfriend
Short StoryDitinggalkan oleh orang yang paling kita sayang untuk selama-lamanya adalah hal paling menyakitkan. Kebersamaan yang lalu hanya akan menjadi sebuah memori kenangan. Karena semua yang ada di dunia hanyalah sementara. Semua yang hidup pun akan mati...