🌾🌾🌾
Happy Reading Guys!!
🌾🌾
Sejak kemarin sore setelah pulang sekolah Aisyah tidak berhenti mimisan. Ia sendiri takut, karena sejauh ini hanya dirinyalah yang tahu masalah penyakit yang ia alami.
Karena kondisinya yang seperti itu, Dea sang mama pun khawatir sekaligus tidak tega melihat badan Aisyah yang lemas. Bahkan wajahnya sudah pucat. Orang tua mana yang tidak khawatir melihat kondisi anaknya yang seperti itu? Hampir semua orang tua akan melakukan hal yang sama dengan mamanya Aisyah.
Saat ini mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit, diantar oleh supir mereka. Dea pun tak henti-hentinya menggumamkan do'a untuk kekuatan dan kesembuhan anak gadisnya itu. Aisyah sudah bersandar lemas di punggung kursi.
“Kuat ya sayang, sebentar lagi kita sampai kok,” semangat Dea yang dibalas anggukan lemah oleh Aisyah.
“Ma..” panggil Aisyah lirih. Dea menoleh sembari tersenyum pelan. “Maafin Aisyah yang selama ini ngrepotin Mama ya.” Dea langsung menggelengkan kepalanya dengan air mata sudah berada di pelupuk matanya. “Mama jangan sedih ya, Aisyah gak suka lihat Mama nangis. Mama harus bahagia pokoknya,” ujar Aisyah dengan suara terbata-bata. Tanpa menjawab Dea segera memeluk Aisyah dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya. “Tenang aja, Aisyah di sini kok, Ma.” Dea hanya mampu mengangguk lemah.
Setelahnya mereka turun dari mobil menuju rumah sakit, baru berjalan beberapa langkah, Aisyah sudah pingsan membuat Dea kembali panik. Para suster pun segera menolong Aisyah dan membawanya ke ruang UGD.
Tangis Dea pun sudah pecah sembari menunggu kedatangan sang suami yang masih berada di dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tidak lupa, ia juga memberi kabar kepada Feby karena gadis itu sudah ia anggap sebagai anak ketiganya. Aisyah memang mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Alif yang saat ini sedang kuliah di luar kota. Dea pun juga tak lupa mengabarinya.
“Gimana Aisyah?” tanya pria dengan deru napas memburu. Dea pun langsung memeluk pria itu dengan tangis yang kembali pecah. Jujur melihat keadaan Aisyah yang semakin tidak sehat akhir-akhir ini membuatnya ikut khawatir, karena ia tahu anak gadisnya itu mampu menyimpan rahasia sangat rapat.
Fahmi pun tak sanggup melanjutkan pertanyaannya kepada sang istri, karena melihat kondisi saat ini yang kurang pas. Ia pun memilih untuk membawa istrinya ke salah satu kursi tunggu di dekat ruang UGD itu.
🌾🌾
Beberapa menit yang lalu Aisyah baru saja sadar setelah berjam-jam matanya tertutup. Feby yang baru datang lagi pun langsung menengok keadaan Aisyah yang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Sebelumnya ia sudah menjenguk Aisyah saat masih di UGD namun ia pulang lagi untuk mengambil barang-barangnya, karena setelah dikabari Dea, Feby langsung menuju ke rumah sakit.
Saat pintu terbuka, Feby sudah melihat Aisyah yang tersenyum simpul kepadanya. Bahkan raut putus asa pun tak terlihat sama sekali di wajah Aisyah. Feby hanya menggelengkan kepalanya heran, kenapa sahabatnya begitu kuat?
Feby langsung memeluk tubuh sang sahabat yang dibalas erat oleh Aisyah. “Lo kenapa sih, Ay. Gak asik tau,” ucapnya manja. Aisyah yang masih dipelukannya pun hanya terkekeh pelan. “Jangan bikin gue khawatir, ishhh!”
Jujur, sejak Akil menyatakan perasaan kepadanya, berhari-hari ia tak bisa tidur lantaran memikirkan perasaan Aisyah jika nanti mengetahui apa yang telah terjadi. Ia sangat tidak ingin sahabat satu-satunya itu kecewa kepadanya.
Feby melepaskan pelukannya dan menatap sendu kearah Aisyah yang masih tetap memasang senyumnya. “Aku gak papa, Feby. Kamu jangan sedih gitu dong. Kamu tau kan kalo aku gak suka?” ujar Aisyah yang diangguki ragu oleh Feby.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Message #RAWSBestfriend
Cerita PendekDitinggalkan oleh orang yang paling kita sayang untuk selama-lamanya adalah hal paling menyakitkan. Kebersamaan yang lalu hanya akan menjadi sebuah memori kenangan. Karena semua yang ada di dunia hanyalah sementara. Semua yang hidup pun akan mati...