Ikatan Masa Lalu

24 2 0
                                    

Di sebuah masion yang sangat mewah seorang gadis berambut putih salju sedang nengendap-endap masuk.

Dia masuk secara diam-diam karena pulang kemalaman, saat dia ingin menaiki tangga untuk ke lantai dua suara seseorang mengagetkanya.

"Aya-sama, anda pulang terlambat lagi."

"Maaf, Yurina-san. Aku terlambat karena kelamaan di toko buku" kata Aya kikuk sambil menunjukkan tas plastik berisi light novel dan manga.

"Sebaiknya anda segera istirahat. Besok kedua orang tua anda akan pulang."

Hening sesaat.

"Oh, begitu ya." Aya pergi ke kamarnya dengan wajah sedih campur marah.

Sejak kecil dia jarang bertemu dengan orang tuanya. Dia hanya ditemani oleh Yurina dan anak angkat Yurina. Jadi, dia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua.

Anak angkat Yurina bernama Karin, hanya dia yang menjadi teman Aya selama ini. Semua teman sekolahnya hanya mau berteman dengannya karena dia anak orang kaya.

Saat dikamar Aya menaruh tas berisi bukunya di atas meja dan membanting tubuhnya ke kasur.

"Papa dan mama akan pulang. Huh mereka tak akan memperdulikanku dan lebih memilih pekerjaan kantornya."

Aya mengingat saat dia masih kecil dulu. Saat itu libur musim panas kedua orang tuanya pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu mengurusi bisnis mereka di Eropa.

Aya sedang menggambar bersama Karin, dia ingin menunjukkan gambarnya kepada kedua orang tuanya. Saat dia memberikan gambarnya, ayahnya langsung merobek kertas itu.

Pada saat ada pesta dirumah teman ibunya. Aya didandani layaknya boneka mainan

" wah, Aya-chan sangat cantik seperti boneka"

"Anakmu memang sangat cantik"

Aya hanya bisa diam karena di peluk oleh salah satu teman ibunya.

Kepala Aya sakit karena mengingat masa lalunya yang menurutnya mrnyebalkan.

"Papa tak pernah menghargai bakatku dan Mama hanya menganggapku sebagai boneka mainan." guman Aya

Ditengah frustasi yang dia rasakan, seekor kucing anggora putih mengelus kan tubuhnya ke Aya.

"Vera, cuman kamu yang mengerti aku." kata Aya sambil memeluk kucingnya itu.
Dia pun seketika terlelap dan melayang ke alam mimpi.

Pagi harinya Aya terbangun oleh jam wekernya. Dia bergegas untuk membersihkan diri. Setelah selesai dia turun untuk sarapan dan memberi makan kucingnya.

Sesampainya ditempat makan, dia melihat sosok yang telah lama tidak ia lihat.

"Papa, Mama."kata Aya, namun tak ada satupun yang menanggapi perkataannya.

Ketika Aya hendak pergi kedapur untuk memberi makan Vera, ternyata Karin sudah memberi makan kucingnya. Aya terpaksa duduk dimeja makan dan menyantap sarapanya.

Hening, itulah yang selalu dirasakannya saat makan bersama orang tuanya.

" Aya, mama dan papa akan pergi lagi nanti malam untuk menyelesaikan proyek di Prancis." ayahnya membuka topik pembicaraan.

"Kau baik-baik dirumah jangan membuat masalah." Kedua orang tuanya pun pergi keruang kerja mereka tanpa memberi kesenpatan kepada Aya untuk berbicara.
Setelah sarapan Aya bergegas ingin pergi.

"Aya, kamu kau kemana" tanya Karin

"Oh, Karin-ane. Aku mau pergi ke rumah Ryuto, mau nitip salam gak." Seketika wajah Karin memerah mendengar kata-kata Aya.

"A-aya, apa maksudmu it.." belum sempat Karin menyelesaikan kalimatnya. Aya langsung pergi sambil terkekeh.Karin hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Aya yang sudah dia anggap seperti adik kandungnya sendiri

Sesampainya dirumah Ryuto ~

" Permisi, Ryuto-kun."

"Ara, Aya-chan. Ryuto tidak ada dirumah, dia sedang pergi ke toko buku."

"Jaa, saya permisi dulu" setelah pamit Aya bergegas pergi ke toko buku.

Karena terlalu tergesah-gesah tanpa sengaja Aya manabrak seorang laki-laki tampan. Dia terjatuh dalam posisi terduduk.

"Aduh, sakit." guman Aya

"Apa kamu tidak apa-apa" kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

" Aku ngak apa-apa. Eh, Rei kah."kata Aya terkejut melihat laki-laki didepanya.

Rei tidak merespon kata-kata Aya dan pergi. Aya masih bingung karena tidak biasa Rei mau menolong orang. Setaunya Rei adalah anak tercuek dikelas.

"Apakah itu benar Rei barusan dia... Ah, lupakan aku harus ke toko buku." gumannya dalam hati. Aya pun melanjutkan perjalanannya ke toko buku.

Di toko buku, Aya segera mencari Ryuto. Saat dia berkeliling tiba-tiba matanya tertuju pada satu buku berjudul 'Evanthe' karya teman lamanya Nagasawa Asako yang meninggal satu tahun yang lalu.

"Asako..." gumanya sambil memegang buku itu.

Aya tenggelam dalam ingatan masa lalunya dengan teman baiknya Asako. Tanpa sadar sebuah tangan menyentuh pundaknya. Seketika lamunanya buyar, dia pun berbalik dan ternyata yang memegang pundaknya adalan Ryuto

"Aya, apa kamu baik-baik buku itu." tanya Ryuto cemas.

"Ya, aku baik-baik saya. Oh ya. Bukannya kita harus membuat even untuk festival musim gugur disekolah."

"Ya, benar juga, ayo kita mulai." kata Ryuto dengan penuh semangat.

"Ok. Nee Ryuto-kun ada salam lo dari Karin-ane." goda Aya.

"Kau ini. Mulai deh kebiasaannya." kata Ryuto dengan wajah memerah. Seketika mereka pun tertawa bersama.

Mereka pun pergi ke perpustakaan sekolah untuk menyelesaikan proyek membuat even untuk festival musim gugur yang akan diadakan pada hari ketujuh setelah masuk sekolah.

"Nee, Ryuto. Sebentar lagi kamu dan Karin-ane akan luluskan." tanya Aya sambil membereskan buku-buku.

"Ya, sebentar lagi kelulusan. Apakah kau akan merindukan bantuan ku setelah aku lulus. Oh ya kan ada Rey jadi gak masalah diakan *ehem*mu. Benarkan  ketua OSIS." seketika sebuah buku melayang dan mengenai tepat pada wajah Ryuto.

"Jangan berkata seperti itu Ryuto!" kata Aya kesal.

"Iya iya, maaf. Eh, bukannya gak boleh ya melempar buku. Kalau ketahuan penjaga perpustakaan gimana tuh." Ryuto mulai menggoda Aya.

"Terserah, aku mau pulang dulu!" Aya berbalik dan meninggalkan Ryuto sendiri

"Ya ampun. Anak itu gak berubah ya." kata ryuto sambil mebereskan bukunya dan bergegas pulang.

°•°Bersambung~

°•°Bersambung~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yukino Aya

Watashi wa Kira desu ka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang