Malam yang Tak Terduga

13 2 0
                                    

Dalam perjalanan pulang Aya berjalan tanpa memperdulikan sekitar. Itu memang kebiasaannya sejak kecil. Saat dia berjalan walaupun bersama teman dia selalu berjalan dengan cepat dan saat ada yang memanggilnya dia tak mendengar. Saat dia berjalan jiwa dan pikirannya seperti pergi ketempat lain.

Seketika dia berhenti disebuah cafe dan masuk ke cafe itu. Dia duduk dimeja yang ada dipaling pojok cafe. Dia membuka bukunya dan membacanya.

Saat dia tenggelam dalam cerita bukunya seorang pelayan cafe datang menghampirinya.

Ada yang bisa saya bantu. Anda mau pesan apa?" kata pelayan itu ramah dan dengan senyuman hangat.

"Cappucino satu." kata Aya tanpa menatap pelayan itu.

"Baiklah akan saya siapkan." pelayan itu mencatat pesanan dan pergi ke dapur.

Beberapa menit kemudian pelayan itu datang dan sambil membawa pesanan Aya. Pelayan itu menaruh cangkir dengan lembut dimeja. Dan pergi untuk melayani pelanggan yang lain.

Tanpa Aya sadari hujan mulai turun dari langit. Dia pun menutup bukunya dan mengarahkan kedua matanya kearah jendela cafe. Dia merasa nyaman saat mendengar suara hujan, itu membuatnya seolah melihat semburat biru muda diantara tetesan air hujan yang turun.
Sejak kecil Aya didiaknosa memiliki kelainan saraf yang disebut Shinestesia, itu  membuatnya bisa melihat warna dari suara.

Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki seumuran dengannya datang dan duduk tepat dibelakang kursinya. Laki-laki itu memesan coffe latte dan sibuk memainkan hpnya.

"Rei, dia sedang duduk dibelakangku!, dia benar-benar dekat denganku!" batin Aya sambil memandangi Rei.

Menyadari bahwa ada yang memperhatikanya dari belakang, Rei pun secara spontan berbalik. Dan itu membuat Aya terkejut, dengan canggung Aya bertatap mata secara langsung dengan rei. Dia pun segera berbalik dengan wajah yang memerah.

"Tak usah secanggung itu Aya. Bagaimana dengan sekarang kita bisa bertatap langsung tanpa ragu." kata Rei sambil beranjak menuju kursi didepan Aya.

"Hiiiiij, dia sekarang duduk di depanku! Tapi entah mengapa aku suka ini, melihat Rei secara langsung tanpa ragu." batin Aya sambil melihat Rei dengan semburat merah dipipinya.

Hujan pun berhenti. Rei dia melihat kearah jendela dan tersenyum lalu menatap Aya kembali.

"Um, karena hujannya telah berhenti aku sebaiknya pergi dulu." kata aya sambil beranjak dan bergegas pergi.
Rei pun segera menghentikan Aya dengan memegang tangannya. Aya pun tersentak dan seketika berhenti.

"Tidak baik buat cewek pulang sendirian malam-malam. Aku akan menemanimu pulang." kata Rei sambil menatap Aya serius. Aya tak memiliki pilihan lain dan mengaguk.

Mereka membayar kopi itu dan pergi dari caffe. Di perjalana, Aya berjalan dengan canggung disisi Rei. Rei yang melihat Aya yang dalam kondisi canggung langsung memegang tangan Aya. Aya terkejut dan hendak melepas tangannya dari genggaman Rei. "Ku mohon jangan lepaskan."

"Kenapa Rei seperti ini, rasanya ada yang aneh denga dirinya." guman Aya bertanya-tanya.

Sesampainya di depan pagar rumah Aya mereka pun berhenti. "Baiklah aku sudah sampai, terimakasih mau menemanuku pulang." ketika Aya ingin masuk ke dalam rumahnya, Rei menghentikanya dan menatapnya dengan wajah yang mengataka 'aku ingin mengatakan sesuatu'.

"A-ada apa Rei-kun." tanya Aya bingung

"Aya sebenarnya aku menyukaimu." kata Rei sambil memalingkan wajahnya.

"Ahaha, kau pasti bercandakan, ini bukan kau yang biasa" kata Aya sambil sedikit tertawa. "Aku serius." Rei mulai mengeratkan tangannya

Seketika mata aya membulat sempurna mendengar kata Rei barusan. "Kenapa, bukankah dulu waktu kita masih kelas 2 smp kau selalu menolakku bahkan sebanyak tiga kali." mata Aya mulai berkaca-kaca.

Rei tidak menjawab, dia masih memalingkan wajahnya dari Aya. "Hey Rei. Kenapa kau memalingkan wajahmu. Bahkan dulu kau sengaja berpacaran dengan anak kelas sebelah untuk membuat ku putus asa dengan cintaku padamu. Kenapa Rei, kenapa." Air matanya tak bisa dia bendung lagi. Dia pun menangis sambil memukuli Rei.

Melihat Aya yang sedang menangis, hati Rei semakin perih karena merasa bersalah. Diapun langsung memeluk Aya dan menenggelamkan wajahnya pada tengkuk sang gadis. Aya sangat terkejut dengan tindakan Rei, namun dia tak ingin melepaskan pelukannya. Sambil memeluk Aya, Rei pun mulai berbisik. "Maafkan aku Aya, aku sebenarnya sangat memcintaimu, tapi aku takut kau akan menolakmu."

Rei pun melepaskan pelukanya dan menatap Aya dengan tatapan yang lembut. Tangan kiri Rei memegang dagu Aya, seketika Aya mengeratkan genggamannya pada tangan kanan Rei. Rei mulai mendekatkan wajahnya dan siap untuk mencium Aya. Namun Aya menggunakan tangannya yang masih mengenggam tangan Rei untuk memblokir ciuman tersebut, sehingga Rei mencium tangannya sendiri dan begitu juga dengan Aya.

"Aku ingin untuk saat ini hanya sebatas itu karena aku belum terlalu siap. Tapi lain kali mungkin." kata Aya sambil melepaskan tanga Rei. "Baiklah kalau bengitu, Aku pamit dulu. Selamat malam Yukino Aya." Rei tersenyum lebut.

"Selamat malam juga Akayuko Rei." jawab Aya. Mereka pun berpisah. Aya sekali lagi harus masuk kedalam rumah sambil mengendap-endap lagi.

Sesampainya dikamar Aya masih belum mau tidur dan memilih untuk membaca Manga online di laptopnya. Seperti biasa dia membaca manga dengan unsur gore kesukaannya. Dan ada email masuk dihpnya. Dia mendapat email dari Rei, seketika wajahnya memerah.

'Apakah kau juga gak bisa tidur juga. Sebaiknya kau segera tidur karena besok sekolah. Bagaimana tanggapan murit yang lain kalau kau tertidur di kelas *ketua OSIS-sama* :p'

Aya terkejut dan agak geram dengan pesan dari Rei itu. Rasanya dia ingin melempar sesuatu ke wajahnya Rei. Tapi dia pasrah saja pada kata Rei, dia memang perlu tidur. Diapun mematikan laptopnya, membalas email Rei dan bergegas tidur. Sambil berbaring dan siap untuk tidur Aya menarik Vera dan memeluknya. "Selamat malam Vera-chan, selamat malam semua dan selamat malam Rei-kun" bisiknya dan mulai terlelap ke alam mimpi.

-----

Disisi lain kota seorang laki-laki sedang berdiri diatas sebuah menara kota. Dia menatap kebisingan malam yang sudah menjadi hal yang biasa dalam hidupnya.

"Apakah kau sudah menyelesaikan tugasmu Akayuno?"

"Tentu saja aku sudah melakukanya. Gadis itu memang mudah diberdaya." dia berbalik dan menatap lelaki dibelakangnya.

"Bagus, tak rugi aku mengadopsi psicopat sepertimu. Sekarang tugasmu hanya mendekati gadis itu, dan sisanya biar aku yang urus." pria itu berbalik dan hendak pergi. "Teruskan kerjamu Akayuno Rei si kucing hitam. Dan jangan membunuh gadis itu."

"Baik, otou-sama."

°•° Bersambung~

Biodata karakter

Nama: Yukino Aya
Zodiac/tanggal lahir: Virgo/17 September
Umur: 16 tahun
Panjang: 164 cm
Berat: 45 kg
Hobi: baca buku, main piano, panahan dan main peso(janga ditiru)
Makanan kesukaan: apel, roti yakisoba, pie buah
Minunan kesukaan: jus buah, cappocino
Makanan yang dibenci: sayur, makanan pedas
Warna kesukaan:Merah, hitam
Pertama kali jatuh cinta: kelas 2 smp

Watashi wa Kira desu ka?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang