Hallo semua, apa kabar kalian?
Akhirnya. Finally aku bisa balik lagi untuk membuat cerita.Banyak banget masalah yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, sebelum akhirnya bisa memulai kegiatan yang menyenangkan buat aku pribadi.
Sigita ini bakal jadi awal lembaran baru aku di wattpad. Terima kasih untuk yang telah menyempatkan waktunya membaca kisah Sigita.
Selamat Membaca...
Sigit Adhitama & Sagita Amarillys
•••
Gita membuka kedua matanya yang masih terasa berat. Otaknya berpikir sejenak, perlu sedikit waktu lebih lama untuk terkoneksi sehingga tubuhnya berhasil membuatnya terperanjat dari kasur. Dengan tergesa-gesa Gita berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya secepat mungkin.
"KENAPA GUE SELALU TELAT SETIAP HARI SENIN!"
Sudah menjadi kebiasaan Gita terlambat datang ke sekolah. Bahkan Ratu Telat adalah panggilan akrab yang diberikan langsung oleh Pak Tunas untuk Gita. Kebiasaan yang tidak pernah bisa hilang dari perempuan dengan nama lengkap Sagita Amarillys.
Siswi pindahan dari SMA Tribuana ke SMA Marga sejak 3 bulan yang lalu. Dengan alasan Gita terlalu sering terlambat karena jarak dari rumah ke sekolah terlalu jauh. Namun justru Hal yang paling aneh adalah Kedua SMA tersebut saling berdekatan hanya dibatasi oleh tanah lapang yang penuh rumput. Biasanya tempat itu digunakan oleh siswa dari dua sekolah yang berbeda untuk bermain sepak bola.
Gita melihat jam dinding kamarnya sudah menunjukan pukul 06;30. Bel sekolah sudah berbunyi dan gadis itu masih berada di kamarnya. kepalanya pusing, ia sudah membuka semua laci di kamarnya tapi tidak juga menemukan benda itu.
"Ya Tuhan, dimana kaus kaki putih gue. Apa gue nggak usah masuk sekolah aja hari ini?" Gita mulai bermonolog,
"Nggak boleh, hari ini kan ada ulangan matematika. Kalau gue nggak ulangan sekarang, gue nggak bisa nyontek."
"AKHIRNYA KETEMU... TAPI, KENAPA CUMA SEBELAH. SEBELAHNYA LAGI KEMANA. KENAPA CUMA ADA WARNA HITAM,"
•••
Gita tetap memberanikan dirinya datang ke sekolah meskipun dia sadar telah terlambat bahkan lebih dari 15 menit. Gita mengintip gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Terdengar jelas suara pemimpin upacara sedang memberikan penghormatan kepada pembina upacara. Gita menghela napas berat, ia melihat Pak Tunas berdiri dengan beberapa siswa yang terlambat.
Gita tidak punya pilihan selain mendekati gerbang dan menerima hukuman atas keterlambatannya. Namun, baru beberapa langkah tangan Gita ditarik paksa oleh seseorang. Sontak tubuh Gita Tertarik, ia dengan cepat membalikan tubuhnya, menatap laki-laki tinggi dengan bibir yang tersenyum tipis menatapnya lembut.
Gita menelan saliva dengan susah payah ketika tubuh laki-laki itu mempersempit jarak. Gita langsung memejamkan matanya. Laki-laki itu mengambil ransel di punggung Gita. Tanpa meminta izin kepada pemiliknya, Laki-laki itu dengan kuat melempar ransel Gita melewati tembok sekolah.
Gita tidak bisa berkata apa pun, matanya membulat sempurna, mulutnya sedikit terbuka. mencerna apa yang sedang terjadi. Belum sempat bertanya, laki-laki itu langsung menarik tangan Gita untuk mengikutinya ke depan gerbang sekolah.
Pak Tunas yang melihat mereka dengan seragam sekolah terus menatap dengan tatapan tajam bak raja hutan yang mengincar mangsanya. Laki-laki itu membuka gerbang dan melangkah masuk sementara Gita hanya mengekornya sambil menunduk.
"Gita kamu terlambat lagi?" Tanya Pak Tunas.
Gita mengangkat kepalanya, mulutnya baru saja terbuka namun kembali tertutup setelah laki-laki itu lebih dulu membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIGITA
Teen Fiction"Hidup itu perjalanan dan setiap langkah kaki adalah ceritanya." Bagi Gita semua yang terjadi adalah takdir. Dengan begitu setiap langkah punya tujuan yang sama. Perpisahan. Sebuah perpisahan yang entah kapan dan bagaimana caranya datang. Gita telah...