Aku telah berada di depan rumah Kiki dan lalu mengirimkan kak pesan dan mengabari kalau sudah di depan rumahnya. Tak lama setelah itu dia keluar, dan membuka pagar. Aku melongo melihat penampilannya yang sangat cantik, dengan rambut yang agak panjang sampai ke punggung dibiarkan kebawah, memakai celana jeans navy yang memperlihatkan jelas bentuk tubuhnya, dan sweater lengan panjang berwarna putih navy bergaris-garis.
"Hei.. Kamu kenapa?" Tanyanya heran
Aku masih memperhatikannya tanpa menjawab.
"Hei!!" Iya melambai-lambai di depan muka ku. Aku yang terkejut tiba-tiba membuang wajah ke depan buat menutupi wajah ku yang malu.
"Gak apa-apa kok, ayo pergi." Jawabku masih belum sanggup menatapnya
"Hemmm.. aku belum selesai, yuk masuk dulu di dalam." Ajaknya sambil menarik tanganku
"Astaga, kamu kurang apa lagi. Udah cantik kok." Balasku
"Cowok mana tau kebutuhan cewek." Masih menarik tanganku. Aku sudah di depan pintu. Dia lalu membuka pintunya lalu masuk sambil masih memegang tangannya. Aku melihat dalam rumahnya yang lumayan mewah. Aku hanya mengikutinya, lalu memberi salam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab seorang wanita yang kutasir sekitar 30an.
"Ehh, ini pasti Diaz." Lanjut nya tersenyum lalu berdiri menyambutku
"Iya Bu. Kok bisa tau?" Balasku terheran
"Diaz ini ibu aku, ibu ini yang namanya Diaz." Kiki memperkenalkanku dan ibunya.
"Ow iya." Balasku mengangguk langsung menyalim tangan ibu itu.
"Aku kekamar dulu yaa, tunggu disini dulu." Ujar Kiki langsung ke kamarnya
"Sini nak duduk di sofa." Ucap ibunya Kiki
"Iya Bu." Aku masih malu-malu dan juga terpesona dengan penampilan ibunya yang masih kelihatan sangat muda dan cantik. Wajahnya juga gak jauh beda dengan Kiki.
"Kiki banyak cerita loh tentang nak Diaz ke ibu." Ujarnya
"Hehe, emang diceritain apa Bu?" Tanyaku masih malu-malu
"Katanya nak Diaz ini ganteng, tapi emang bukan katanya sih." Balasnya, aku hanya tersenyum malu.
"Katanya nak Diaz tinggal di kompleks ini juga?" Tanyanya
"Iya Bu, di blok sebelah." aku menjelaskan
"Ooww iya, nak Diaz sekelas dengan Kiki disekolah?" Tanyanya lagi
"Iya Bu." Balasku lagi
"Nak Diaz bareng siapa kalau ke sekolah?" Tanyanya
"Sendiri Bu." Jawabku
"Oh kalau gitu bareng Kiki aja ke sekolahnya. Dia ke sekolah selalu naik angkot. Ayahnya juga gak bisa selalu mengantarnya ke sekolah karena terlalu sibuk di kantor. Ibu pernah mau berikan Kiki supir tapi kikinya gak mau. Katanya malu bawa supir ke sekolah. Ada-ada aja anak itu.. hehehe." Jelasnya panjang lebar
"Oww iya Bu, bisa kok." Jawabku masih agak canggung.Lalu Kiki datang dengan penampilan yang menurutku tidak ada bedanya dengan yang tadi. Cewek memang aneh, Kiki lalu berdiri depan kami.
"Ma, aku mau pergi ya sama Diaz." Ujar kiki
"Ow iya nak, hati-hati ya di jalan. Dianya jangan di marahin, anaknya baik." Kata ibunya. Aku hanya senyum-senyum malu
"Bu, duluan ya Bu." Lalu kembali mencium punggung tangannya
"Iya, hati-hati nak."balasnyaIbu Kiki lalu mengantar kamu sampai depan pintu. Aku lalu menaiki dan menyalakan motor ninja kebanggaanku, Kiki lalu naik. Aku lalu membunyikan klakson ke ibunya Kiki. Dia hanya senyum, aku lalu menjalankan motorku.
Di jalan Kiki gak banyak bicara, aku juga gak banyak ngomong. Karena memang kebiasaanku cuman fokus ke jalan aja.
Sekitar 20 menit, kami sampai di pusat perbelanjaan di kota ini. Aku mengambil tiket dan memarkirkan motor aku.
Kami langsung masuk ke mall tersebut dan menuju ke sebuah tennant retail pakaian cewek-cewek. Disitu memang ada sepatu-sepatu khusus cewek sih. Dengan kerempongan khas cewek, dia langsung memilih milih sepatu. Sesekali dia bertanya ke aku tentang bagus atau enggaknya sepatu pilihan dia. Dengan malas aku menjawab antara ya dan tidak, dan jawaban aku itu sukses ngeselin dia. Sambil manyun-manyun gitu Kiki kembali memilih sepatu. Aku tertawa geli dan mulai bermain handphone.
Di sela-sela aku bermain handphone itu, aku memandangi sekeliling. Rame juga ya, pikirku. Sesekali aku liat ada cewek cakep, tapi pasti disebelahnya udah ada tukang pukulnya. Aku mendengus, dan jelalatan lagi cari yang bening-bening.
"Diaz, ini bagus gak?" Tanya kiki
"iyaaa baguuusss" jawabku dengan malas
"kalo yang ini?" Tanyanya lagi
"iyaaa baguuusss" jawabku tambah malas
"kalo yang ini?"masih nanya
"iyaaa baguuusss" sambil nguap
"kalo ini?"udah kelihatan jengkel
"Iya baguuuusssss" jawabku sambil memainkan hp
"ini kan sepatu yang aku pake dari rumah! Kamu ditanyain jawabannya gitu terus siiih!" Tambah kesel
"Bodo amat lah, baweeeel. Udah cepet pilih yang mana." Protesku
"Aah kamu mah gitu."Kiki berubah jadi cemberut dan masih milih-milih sepatu. Ternyata gak ada yang sreg sama seleranya, jadilah kita berpindah toko. Berarti ngapain tadi aku setengah jam nganggur di dalem tuh toko, pikir gue dongkol.
Masuk ke toko kedua, aku dengan malas duduk di sofa kecil yang tersedia. Sambil melihat-lihat sebentar barang yang ada di toko itu, aku memutuskan keluar dari toko dan berdiri bersandar di railing kaca depan toko tersebut. Aku melihat orang-orang lalu lalang dan sibuk melihat-lihat seperti yang Kiki lakukan.
Tiba-tiba aku menangkap sesosok cewek yang sepertinya aku kenal, yahh tidak salah lagi dia Nisa. Aku lihat dia sibuk dengan barang-barang di depannya. Aku masih memperhatikannya di toko samping Kiki memilih barang, Tak lama Nisa mengambil barang tersebut lalu ke memperlihatkan ke seorang cowok. Dengan wajah bahagia menghiasi wajah Nisa yang cantik, dia menggandeng lengan cowok tersebut, cowok itu juga merangkul bahu Nisa, mungkin kah dia pacarnya? Pikir ku dalam hati, aku seperti kecewa. Ntah mengapa tidak terima dengan yang kulihat sekarang. Mereka lalu ke kasir dan kulihat cowok tersebut yang membayar belanjaan Nisa.
Mereka tiba-tiba keluar dari toko itu, aku yang melihat Nisa langsung berbalik dan melihat ke arah lain membelakanginya.
Tiba-tiba, sebuah tepukan di punggung ku. Aku langsung berbalik.
"Diaz?" Nisa memperhatikan ku, dan tangannya masih menempel di lengan cowok itu.
"Ehh Nisa" aku pura-pura kaget dengan kehadiran nisa
"Belanja juga kamu disini?" Tanyanya
"Nggak kak, cuman nemenin temen aja." Jawabku.Lalu Kiki datang dengan belanjaannya, dan menggandeng tanganku.
"Temen apa temen nihhh." Balasnya dengan wajah mengejek
"Temen kak, Kiki kenalin ini Nisa, Nisa kenalin Kiki." Ucapku memperkenalkan mereka berdua
"Kiki." Dia mengulurkan tangan ke Nisa dengan wajah senyum dipaksakan
"Nisa." Masih senyum
"Oh iya Diaz, kenalin ini pacarku." Ujar Nisa
"Reza." Ucap cowok itu sambil mengulurkan tangan.
"Diaz." Aku membalasnya dengan sangat terpaksa senyum, jujur aja aku sangat cemburu."Diaz, aku duluan dulu yah?" Ujar Nisa
"Ok Nisa." Jawabku
"Dahh Kiki, Diaz" Nisa pun berlalu
"Dahhh." Aku berusaha senyumKiki memperhatikan ku yang berubah seperti murung, mungkin dia menyadari kalau aku sebenarnya cemburu.
"Patah hati ya?" Ledeknya
"Gak kok, siapa bilang?" Aku berusaha menyembunyikan
"Tuh mukanya yang bilang." Makin memasang wajah mengejek
"Gak kok, ngapain patah hati kan aku punya Kiki." Jawab ku sambil merangkul bahunya
"Iiihh apa sih main rangkul-rangkul segala, sana jauh-jauh, sorry yah kamu bukan tipe aku, tipe aku tuh kayak pacarnya kak Nisa tadi." Dia pun berlari sambil menjulurkan lidah seperti anak kecil
"Awas kamu yahh." Aku berlari kecil mengejarnya menghiraukan orang-orang disekeliling memperhatikan kami.Tak lama setelah itu, Kiki berhenti lalu berbalik ke aku,
"Diaz, aku laper." Ucapnya sambil mengangkat perut.
"Sama, aku juga dari pagi cuman makan roti." Jawabku
"Yuk cari makan." Ajaknya sambil menggandeng lenganku
"Yuk." BalaskuKami lalu mencari makan dan setelah itu Kiki mengajakku pulang, aku mengantarnya ke rumahnya. Tadinya dia nawarin aku mampir, tapi kutolak dengan halus. Aku langsung pulang, sampai di rumah aku masuk kamar, ganti baju. Setelah itu aku terbaring memikirkan Nisa dan yang katanya pacarnya tadi. Tak lama aku diserang rasa ngantuk dan terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Makin Dalam Makin Sakit
Roman d'amourSebelumnya aku mau minta maaf jika penulisan dan ceritanya tidak memuaskan, karena ini tulisan pertamaku. Jika ada salah silahkan di komentar yaa. Namaku Diaz lengkapnya gak pentinglah yahh, sekarang sudah masuk semester 4 di Universitas Swasta tern...