'Sebuah kesialan atau anugerah?
Hanya dirimu sendiri yang menentukannya.'.
.✳✳ ✳
❝DEK! Lo liat dasi abu-abu gue, gak?!"Sasha memutar bola matanya malas. Teriakan kakaknya begitu menggelegar. Kamar mereka berdua yang bersebelahan membuat dirinya semakin terganggu oleh ocehan Baekhyun.
"Kok abang nanya Sasha? Dipikir adek tukang londeri apa?!"
Baekhyun mengacak rambutnya kasar. Ia bingung. Sialnya, hari ini adalah hari paling laknat bagi semua pelajar -Senin - Tak mungkin seorang Baekhyun berangkat tanpa dasi abu-abu. Harga dirinya sebagai sekretaris OSIS dipertaruhkan.
"Mampus! Mana upacara lagi, kan. Ya kali abang lo dijemur, Sha. Ganteng gue bisa--" Ia terdiam sejenak, " eh, gue kan udah ganteng sejak lahir. Hehe."
'Bukan abang gue. Sumpah.'
Adiknya itu menggeleng pelan mendengar ucapan narsis Baekhyun. Ia menggedikan bahu, tak peduli. Sudah biasa baginya mendengarkan keluhan cowok bertubuh semampai -semeter tidak sampai- itu setiap hari, bahkan di pagi buta sekalipun.
Tetangga mereka sudah menyerah untuk mengomeli keluarga mereka. Mereka memilih membiarkan keributan un-faedah itu terus berlanjut. Keluarganya memang luar biasa berisik. Yang terparah-- Baekhyun.
Sasha kembali menyisir rambut hitamnya itu perlahan. Manik hazel nya itu menatap bayangan dirinya sendiri yang terpantul di cermin. Ia bersenandung kecil sambil sedikit merapikan bagian poninya. Selesai.
'Cantik juga gue ternyata. Hehe.'
"OY! BANTUIN GUE BENTAR?!" teriak Baekhyun kesal.
Gadis itu mendecih. Ia meletakkan sisir ditangannya dan beranjak keluar kamar. Takkan ada pagi yang tenang dalam kamus hidupnya.
"Iya. Nggak usah teriak kayak lagi di hutan bisa nggak, Bang? Kuping gue lama-lama bisa berdarah kalo--"
Sasha melotot melihat kamar Baekhyun yang terlihat seperti kapal pecah. Kaos-kaos tersebar di berbagai penjuru. Nyangkut di pintu kamar mandi. Kasur. Lampu. Kolor plus daleman kakaknya yang bertebaran bebas di lantai. Baekhyun menoleh. Ia berdecak kesal melihat adiknya hanya berdiri mematung di ambang pintu.
"BANTUIN NYARI, SA! MALAH DIEM AJE NI ANAK. URGENT INI."
"Gimana mau bantuin nyari kalo kamar abang bentuknya kek tukang obral abis kebanjiran?!"
"UDAH CARI AJA, BAWEL."
Sasha mendengus. Ia menghentakkan kedua kakinya cukup keras. Akhirnya, dia terpaksa menuruti perintah kakaknya itu. Mau nggak nurut, takut dibilang durhaka. Akan tetapi, kalo diturutin, ia merasa kakaknya itu semakin bertambah menjengkelkan.
'Untung gue sayang sama elo, Bang. Kalo nggak udah gue--'
Lamunannya seketika buyar melihat benda warna abu-abu yang menggantung manis di balik pintu kayu. Benda yang menjadi biang rusuh pagi ini. Dasi milik Baekhyun.
"Bang ... Ini apaan, ya? Sosis?" tanya Sasha sambil mencengkeram kuat-kuat benda panjang itu.
"Mana, mana? Eh, iya. Buset dah. Gue baru inget. Tadi sebelum mandi gue gantung disitu biar gak lupa."
Baekhyun menggaruk kepalanya. "Hehe. Sori, ma sistah."
"Bang."
"Iya? Kenapa adik ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Boyfriend (PCY)
FanfictionNgomongnya pacaran tapi bohongan. Ngomongnya pacaran tapi nggak saling kenal. Ngomongnya pacaran tapi status gue nggak lebih dari 'hewan peliharaan'. Kim Sasha, gadis yang terjebak dalam situasi rumit. Dikarenakan sebuah insiden, dia terpaksa menjad...