Prolog

45 11 4
                                    

“Anna, aku menginginkan bonekamu. Bolehkah aku memilikinya?”

Lianna tersenyum lebar dan menyerahkannya dengan senang hati. “Tentu saja, ambillah.”

Gadis kecil itu melanjutkan aktifitasnya menyiram tanaman di taman Panti Asuhan Dandelion tersebut. Mia menatapnya sendu, perasaan bersalah itu selalu datang ketika melihatnya.

“Sedang memikirkan apa?” Ucap suara bariton di belakangnya.

Mia menatap dalam mata abu-abu dengan senyum manis yang terpatri dibibirnya, seolah dunia berputar di sekelilingnya. Beban beratnya hilang hanya dengan mendengar suaranya. Namun, perasaan bersalah masih bertengger disana.

“Aku takut.” lirihnya

Pria itu balik menatapnya, “Siapa yang membuatmu takut? Dimana dia? Aku akan menghajarnya, tenang saja.” Mia terkekeh mendengarnya.

“Aku takut ..

.. suatu hari nanti ia akan bertanya tentang ayahnya.”

“Aku sakit. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menjaganya.”

“Mia, kau pasti bisa sembuh. Aku sudah menemukan dokter untukmu.”

“Itu terlalu berlebihan, aku tak mau menerimanya.” tolak Mia dengan lembut.

“Kau segalanya bagiku, Mia.”

Terdapat jeda singkat dalam pembicaraan mereka.

“Siapa anak laki-laki itu?” Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Pria itu menoleh ke depan lalu berujar, “Dia-” ucapannya terpotong karena yang terjadi selanjutnya mengejutkannya, anak laki-laki itu mendorong keras bahu Anna sampai ia terjatuh dan menangis. Mia terburu-buru menghampirinya dan menggendong Anna dalam pelukannya.

“Dia mendorongku, Mia. Dia nakal.” Ucap Anna sembari menangis dan menunjuk-nunjuk anak laki-laki itu. []

The BreathlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang