Part 2.. Dia dan Orang itu

49 13 0
                                    

"Kau tidak ke kantin?"

"Jum'at"

Gadis itu mengangguk paham mendengarku.

Hari ini hari Jum'at, hari libur kunjunganku ke kantin. Kurasa ibu kantin sudah paham sehingga tak perlu heran aku tak mengunjungi tempatnya hari ini.

Sudah tentu hari ini orang itu tak disana, jadi untuk apa ke tempat itu. Paling yang ku temui hanya segerombolan orang-orang yang tidak ku kenal.

"Kau tahu kabar itu?"

"Apa?" tanyaku tak penasaran

"Balqis"

"Entahlah,semoga tidak"

Aku sudah mendengar kabar itu dari dua hari yang lalu, kabar jika Balqis akan segera menikah. Kabar itu tak sengaja ku dengar dari pembicaraan teman-teman satu kelasnya di kantin.

Sekarang saatnya kujelaskan sedikit tentang Balqis. Balqis itu anaknya Ustadz Ilham. Iya, dosen yang ku katakan kemarin. Ku beri 3 kriteria untuknya, muslimah, cantik, pintar,idola. Eh, itu empat ya?

Siapa yang tidak mengenalnya? Dia mahasiswi semester 3 disini, berarti dia seniorku.

Jujur, dia panutanku. Maksudku aku ingin seperti dia. Menurutku dia seorang muslimah sejati, karena belum kutemukan sedikitpun cacat padanya. Mungkin karena dia anak seorang Ustad, itu wajar.

"Eh lihat deh Kay.."

Dila mengarahkan pandanganku keluar pintu. Terlihat disana ada Balqis berdiri disamping pohon mangga depan kelas.

"Balqis?" tanyaku memastikan "terus kenapa?"

Dila memutar jenuh bola matanya "lihat dengan jelas".

Tak ada yang menarik melihat gadis itu berdiri sendiri disana. Tunggu, apa dia menunggu orang itu?

Tidak jauh dari tempat berdirinya Balqis, kulihat orang itu semakin dekat mengarahkan kakinya mendekati gadis itu.

Kalian tahu kan orang itu, orang yang selalu ku lihat dari balik kaca jendela kantin. Bukannya sekarang hari Jum'at? Kenapa dia disekolah?

Entah apa yang mereka bicarakan, tapi cukup membuatku sangat penasaran. Tak lama kemudian mereka pergi. Haruskah ku ikuti? Sepertinya tidak perlu, mereka hanya menuju ruangan Ustadz Ilham. Tapi kenapa?

Tangan Dila mengusap-usap punggung tanganku. Dia paham apa isi pikiranku saat ini.

"Es krim?"

Tawaran Dila memaksaku tersenyum. Gadis itu membuatku berdiri berjalan bersamanya ke depan gerbang jauh disana. Dila menggenggam tangan kananku seakan mengatakan "Kau gadis kuat, bertahanlah".

"Pak, es krimnya dua" minta Dila pada bapak penjual es krim saat tiba di gerbang.

"Satu vanilla coklat dan satu lagi vanilla stroberry" Bapak itu tersenyum memberikannya pada kami sesuai selera masing-masing. Dia sudah hafal rasa es krim pesanan kami, mungkin kami terlalu sering jajan disini. Tapi dia senang katanya, sering-sering kesini.

Dila mengajakku duduk di kursi taman dekat Fakultas, tentunya setelah membayar eskrim itu. Disini biasanya orang itu bermain futsall, lalu aku disana, dibalik kaca nako bu kantin.

Ku pikir dari sini sosokku dibalik itu tidak terlihat, ternyata salah. Bahkan jika mau orang itu bisa langsung mendapatiku sedang manatapnya dalam sekali lirik. Tapi sayang, orang itu tak pernah tertarik menoleh kesana.

"Kenapa tetap dia?"

Pertanyaan Dila membuatku menoleh padanya, kemudian kembali menatap lapangan futsall. Aku tersenyum,

"Dia orang pertama yang berhasil membuatku malu menampakan rambut indahku" menjeda kalimatku "Jika bukan karena dia, aku tidak akan pernah jadi wanita seperti ini".

"Tapi Kay.." gadis itu menatapku dalam "Kau akan terluka" lanjutnya.

Aku tahu kekhawatiran Dila, dia yang menyaksikanku terus berharap pada orang itu selama 2 tahun terakhir tanpa perjuangan. Hanya menatap orang itu diam, tersenyum, lalu pergi.

"Tidak apa. Aku akan berhenti, jika dia sudah tak sendiri"

Kucoba meyakinkan Dila dengan senyumanku "Aku akan baik-baik saja"

Gadis itu pun tersenyum. Sebenarnya aku ini tidak selemah itu, Dila hanya terlalu khawatir padaku.

Dari sini ruangan Ustadz Ilham juga terlihat jelas. Balqis dan orang itu lagi-lagi keluar dari sana. Sebenarnya apa yang mereka lakukan disana? Tugas? Tidak mungkin, mereka tidak sekelas.

Aku ingin tahu

Dan aku juga ingin orang itu tau

Supaya aku bisa siap untuk menata hati.

Baiklah.. Es krim di tanganku sudah habis memasuki perut. Kelas berikutnya juga akan di mulai, ini waktunya kembali.

Maaf,kalian ku tinggal dulu.

**❤️**

Pria di Balik KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang