Dulu, waktu masih kecil Egi pernah tergila-gila dengan Peter Pan. Ayah memberikan novel Peter Pan sebagai hadiah ulang tahun Egi yang ke delapan. Ayah tau Egi gak suka membaca, Egi terpaksa membacanya agar bisa menjawab pertanyaan ayah di kemudian hari tentang apakah novel tersebut bagus atau tidak.
Saking sukanya dengan Peter, diam-diam, tanpa diketahui oleh ayah dan ibunya, Egi membuka jendela kamarnya tiap malam. Egi melakukannya selama dua tahun lebih, sampai kemudian ada seokor ular yang masuk ke kamar Egi, membuat ayah menginterogasi Egi, dan ayah jadi tau kalau Egi selalu membuka jendela nya tiap malam. Selama dua tahun itu pula, Egi gak pernah didatangi oleh Peter. Dan meskipun demikian, Egi tetap terobsesi menjadi Wendy selama beberapa tahun setelahnya.
Egi gak pernah menemukan Peter Pan tinggal di dunia nyata. Tapi semenjak mengenal Rakai, Egi merasa dia gak perlu mengunjungi Naverland dan menajadi kanak-kanak selamanya. Egi ingin tumbuh dewasa dan menua bersama Rakai. Rakai adalah dunia baru bagi Egi yang baru pertama kali mengalami jatuh cinta dan dicintai kembali.
"Kesambet apaan sih lo Gi!" Salma yang duduk di sebelah Egi akhirnya menegur Egi setelah dari tadi melihat Egi senyum-senyum sendiri.
"Lo liat gak penampilan gue hari ini ada yang beda?" balas Egi enggak nyambung.
Salma mengamati Egi, ia lalu mengangguk-angguk seolah sudah mengerti apa perbedaan itu, "Eh iya deh lo beda."
Egi tersenyum lagi, "Iya kan!"
"Iya, lo tambah jelek," ejek Salma.
Egi memberengut, "Tai lo."
Hanya saja, hari ini Egi sedang kelewat senang, jadi iya kembali mendekat pada Salma, masih dengan disertai senyuman, "Lo beneran gak liat Sal?"
"Liat apa?"
"Penampilan gue."
"Enggak, apaan?"
Senyuman Egi terkembang lebih lebar. Telunjuknya terangkat ke atas kepala, menyentuh jepit rambut berwana hitam yang berhias manik putih, "Gue pake jepit dong!"
Jantung Salma melompat, tidak menduga Egi akan semengejutkan ini. "Ya ampun Egi, kalo cuma jepit rambut gue juga punya banyak di rumah,"
"Beda dong Sal! Jepit ini dikasih cowo gue."
"Si Kakashi-Kakashi itu?"
"Bego banget sih lo. Namanya Kai, bukan Kakashi."
Salma menghela nafas. Berhadapan dengan Egi mendadak membuat kepalanya sakit. Ia merasa heran kenapa Jessi betah berteman lama dengan Egi. Egi memang lucu dan menyenangkan sih, tapi Salma gak punya kesabaran sebesar lapangan sepak bola.
Kelas statistika akhirnya selesai pukul Sembilan kurang sepuluh menit. Egi masih ada kelas lagi nanti jam setengah dua. Salma sempat menawarinya ikut nongkrong di sekretariat jurusan, sekalian numpang WiFi atau ngerjain tugas. Tapi Egi menolak, bilangnya mau tidur di kost, padahal alasan utamanya adalah ia malas masuk gedung sekretariat. Selain panas juga kurang bersih. Jessi hari ini membolos kelas, padahal biasanya kalau ada Jessi, Egi bisa numpang makan di rumah Jessi. Kalau lagi beruntung bisa sekalian godain Jody, adik Jessi yang masih SMP.
Setelah keluar dari ruang kelas itulah, Egi mendadak merasa langkahnya berat. Bukan karena kakinya diikat di pintu sehingga gak bisa keluar, tapi pundaknya mendadak terasa berat. Seolah-olah tas nya ditarik seseorang dari belakang.
Dan ternyata memang itu yang terjadi. Egi mengetahuinya setelah menoleh ke belakang.
"Ogeb ngapain sih lo." Egi mendelik, menatap Aryo yang menampilkan raut tidak berdosa. Cowo itu bersama Aceng. Mereka ikut berhenti saat langkah Egi dihentikan oleh tangan nakal Aryo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merah Jambu [Seulhun]
FanfictionTentang Egi, yang mencoba peruntungannya dalam dunia merah jambu.