03. Kencan?

201 42 6
                                    


"Gi, nanti malem jadi kan?"

Egi tersenyum membaca chat dari Rakai. Saking senangnya, tanpa sengaja kaki nya menendang meja. Dan saking senangnya Egi karna nanti malam akan pergi berdua dengan Rakai –Egi lebih suka menyebutnya ngedate-, Egi gak menyumpah-serapahi meja, alih-alih dia menekan tombol panggilan dan menunggu sampai detik ketiga untuk mendengar suara maskulin Rakai.

"Hai!" Rakai langsung menyapa.

"Kok nelfon? Kamu udah selesai ngerjain papernya?"

Egi menepuk jidat, mendadak tersadar. Layar laptop di depannya masih menyala, memperlihatkan halaman word yang baru terisi dua pargaraf. Ini sih lima persennya juga belum!

"Hehe belom. Abisnya kangen sih, kan jadi lupa," elak Egi.

Di seberang sana Rakai terkekeh. "Ya udah dilanjutin dulu gih."

"Kok gitu?"

"Kalau kamu ngobrol sama aku ntar gak selesai-selesai."

"Gitu ya?"

"Hmm."

"Ya udah kamu gombalin aku dulu dong!"

"Gombal apa?"

"Ya udah nyanyi deh."

"Oke nyanyi. Gi, jangan tidur ya?"

"Siap pak guru!"

Di ujung sana Rakai menghela nafas. Jeda lima detik, Rakai langsung menyanyi. Hanya sebait lagu. Tapi pipi Egi langsung bersemu merah, karna liriknya sangat bermakna untuk Egi, dan itu Rakai yang menyanyikannya!

"Rakai?"

"Ya?"

"Love you."

Klik. Sambungan terputus. Egi bahkan belum membiarkan Rakai membalas, tapi Egi sudah menutup telfon lebih dulu.

Egi buru-buru mengambil cermin, lalu melihat ekspresinya sendiri. Hatinya meletup-letup bahagia. Egi tiba-tiba ingin melakukan salto, membanting pintu, membakar rumah atau apapun itu yang tidak masuk akal. Semua yang berhubungan dengan Rakai membuat Egi tidak waras. Padahal, kata semua teman Egi, Egi sudah kehilangan kewarasannya sejak lahir.

Egi bahkan sudah tidak bisa berkonsentrasi menyelesaikan papernya. Padahal itu masih bab satu. Lalu sepanjang sore itu, Egi memilih menelfon Jessi, meluapkan kebahagiaannya karena tadi pagi Rakai membawakan sarapan dan nanti malam mereka akan pergi berkencan.

Jessi mendengarkan dengan seksama kata per kata yang diucapkan Egi. Yang membuat Egi sebal adalah ketika di akhir sesi curhat itu, Jessi mengatakan seperti ini,

"Gi, Kai itu cuma ngajakin lo buat nemenin dia ke party temennya. Itu bukan ngedate karna pasti lo bakalan dikacangin."

Masa bodoh dengan Jessi, karna Egi akan tetap menganggapnya sebagai kencan. Dan, kata siapa dia akan dikacangin.

Menjelang pukul delapan, Egi sudah selesai berdandan. Egi memilih dress tosca selutut. Dress itu memperlihatkan punggung Egi, jadi Egi menyambar outer jarring-jaring berwarna putih untuk menutupi punggunya yang terekspos. Egi tak mau mengambil risiko dimarahi ayahnya kalau beliau sampai tau Egi memperlihatkan punggunya secara Cuma-Cuma. Padahal, ayah juga tak akan tau kalau Egi gak memberi tau.

Rakai menjemput Egi pukul setengah sembilan lebih. Egi sangat mengantuk jadi ia menyempatkan diri tidur sebentar di sofa ruang tamu, sambil menunggu kedatangan Rakai.

"Kok mata kamu merah? Kamu ngantuk ya Gi?"

Huh?

Egi mengucek matanya, sambil berjalan mendekati Rakai di pintu gerbang. Egi merasa badannya sedikit sempoyongan, ia juga linglung sedikit. Egi jadi menyesal tadi memilih tidur.

Merah Jambu [Seulhun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang