Memories (Part 2)

92 9 5
                                    

"Sooyoung ingat tidak pertama kali kita ketemu? Ya saat kita berada di bus menuju sekolah"

Otak Sooyoung kembali memutar kejadian 4,5 tahun yang lalu. Saat itu Dia sudah terlambat berangkat menuju sekolah. Dia berlari-lari menuju halte bus agar tidak tertinggal bus. Beruntung dia masih sempat mengejar bus. Dia pun memaksakan masuk walau harus berdesak-desakan dengan yang lain. Saking penuhnya, Sooyoung berdiri nyari menempel dengan pintu bus.

"Saat itu bus penuh sekali, aku melihat ada seorang gadis yang memakai seragam yang sama denganku. Dia tampak berusaha bertahan ditumpukan manusia. Suasananya sudah seperti sarden kaleng. Begitu penuh berdesakan. Sedangkan aku hanya memperhatikan dari kursi depan. Sejujurnya aku tidak peduli saat itu. Aku memperhatikan gadis tersebut yang memakai seragam yang sama, pasti kami satu sekolah,dan aku senang, ah ada teman telat." Ujar Sungjae.

Sialnya, baru saja bus itu jalan sejauh 2 km dari halte tempat Sooyoung naik, tiba-tiba saja Bus itu berhenti mendadak. Saking berlebihnya penumpang, ban bus itu tidak kuat menahan beban dan menjadi pecah. Bus tersebut tidak dapat melanjutkan perjalanan. Semua orang turun dari bus sambil menggerutu kesal. Termasuk Sooyoung dan Sungjae yang panik karena mereka akan terlambat ke sekolah.

Sooyoung dan Sungjae jalan menuju halte selanjutnya yang berjarak 300 meter dari tempat bus tadi berhenti. Mereka berharap ada bus yang bisa mereka tumpangi dan mereka bisa tiba di sekolah secepat mungkin.

Beberapa bus yang sesuai dengan jurusan yang mereka tumpangi sudah lewat halte, namun sayangnya mereka tidak bisa naik. Bus yang lewat sudah penuh oleh penumpang yang akan ke sekolah dan bekerja. Jam sibuk sedang padat-padatnya. Sungjae melirik jam tangannya, dan jarum jam sudah menunjuk angka 9. Bel sekolah pasti sudah berbunyi. Sungjae semakin panik karena daritadi tidak ada bus yang berhenti. Sungjae melihat dompetnya.

"Ah sial karena aku lagi dihukum, uang jajanku berkurang"

Sungjae melihat ke sisi kanannya. Gadis yang berseragam sama sepertinya itu terlihat panik juga karena telat dan tidak kunjung mendapatkan bus. Sungjae sejujurnya sama sekali tidak mengenal gadis tersebut. Pasti dia bukan teman satu angkatannya. Kalau tidak adik kelas, pasti kakak kelas. Namun jika melihat penampilan gadis tersebut, tampaknya Dia adik kelas Sungjae.

Melihat situasi kini yang benar-benar genting, dan ada siswa yang juga sama terlambatnya seperti Sungjae, Sungjae pun memiliki ide. Dia langsung menghampiri Sooyoung.

"Eu.. kamu anak SMA Haneul kan?" tanya Sungjae.

Sooyoung mengangguk. "Iya, sunbae."

"Sunbae? Ah kamu anak kelas 10? aku pikir kamu senior hehehe."

Sooyoung menatap tajam Sungjae. Dia merasa seolah dirinya terlihat tua. Sungjae menyadari tatapan tersebut, langsung meralat ucapannya.

"Maaf maksudku, kamu terlihat berkarisma hehehe. Sudahlah ada yang lebih penting. Kamu punya uang?"

Sooyoung mengangguk sambil menatap Sungjae heran.

"Aku bukan mau malak, tenang saja. Kita udunan naik taksi saja yuk? cuman pakai uang kamu dulu. Aku sedang dihukum oleh orang tuaku, jadi aku enggak bawa uang. Nanti setelah hukumanku beres, akan ku ganti uangmu."

Sooyoung tampak ragu dengan janji Sungjae untuk mengganti uangnya.

"Tenang kita satu sekolah. Kamu bisa menagihku atau bikin pengumuman di radio atau mading sekolah kalau aku enggak bayar-bayar hutangku. Aku kelas 11-J, wali kelasku Ibu Song. Ini demi kebaikkan kita bersama. Kita enggak akan dapat bus jam segini, dan kita sudah telat banget. Jadi mending kita naik taksi saja."

Sooyoung membuka resleting tas ranselnya dan merogoh isinya untuk mengambil dompetnya. Sooyoung mengintip isi dompetnya. Tampaknya uang yang dia bawa cukup untuk naik taksi. Sooyoung pun menyetujui ide tersebut.

Sweetest LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang