بسم الله الرحمن الرحيم
● Hadir sebagai cerita keempat ● semoga semua menyukai ide cerita dari novel ini
¤Marentin Niagara¤
-- Selamat Membaca --Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun, karena yang mencintaimu tidak membutuhkan itu dan yang membencimu tidak akan mempercayai itu - Ali bin Abi Thalib
✍✍
Aku bukanlah wanita sekuat Khadijah yang dengan beraninya membela Muhammad dalam syiar agama Allah. Menjadi wanita yang penuh kelembutan dan bijaksana dalam mendampingi Baginda Nabi SAW untuk bersyiar, menjadi seorang ibu dari wanita yang sangat luar biasa Fatimah Az-Zahra.Aku bukanlah wanita sesuci Maryam yang bisa menjaga kesuciannya bahkan ketika beliau harus mengandung seorang putra tanpa seorang ayah, nabi Isa alaihissalam. Bagaimana mungkin bisa? Akal manusia tidak akan pernah bisa mencerna, namun bagi Allah? Itu hanyalah sebagian kecil dari keagunganNya. Maryam yang selalu taat atas perintah Allahu RabbNya.
Aku bukanlah wanita secerdas Aisyah yang bahkan dalam sejarah dialah wanita pertama yang menjadi khalifah karena kecerdasan dan ilmu yang dia miliki. Menjadi wanita yang paling dicintai Nabi Muhammad SAW.
Aku bukanlah wanita sesabar Fatimah Az-Zahra yang mencintai Ali bin Abi Thalib dalam diamnya. Bahkan sampai doa keduanya disatukan Allah menjadi qodar yang menyatukan mereka dalam kesetiaan.
Aku bukanlah wanita secantik Zulaikha yang dengan kecantikannya dia mengejar Nabi Yusuf namun Allah justru menjauhkan keduanya. Namun ketika Zulaikha mendekatkan diri kepada Allah, Allahlah yang akhirnya mendatangkan Yusuf sebagai belahan jiwanya.
Ya Rabb, aku hanyalah wanita akhir zaman yang memiliki cita-cita seperti mereka. Wanita-wanita surga itu, dengan akhlak nan mulia, menegakkan agama Allah walaupun nyawa jadi taruhannya. Berlebihan? Mungkin iya mungkin juga tidak. Walaupun terdengar mustahil karena cita-cita itu begitu tinggi.
Jika ada yang bertanya 'Apa kamu bisa seperti mereka ??', jawabanku pasti akan tegas 'Apa salahnya jika aku berkeinginan seperti itu? Bukankah mereka para wanita yang sukses dunia dan akhiratnya? Bisa dijadikan contoh yang paling baik untuk para muslimah di seluruh dunia.
Namun aku tetaplah aku. Wanita yang terlihat seperti bintang di sebuah bukit di kota Madinah. Orang tuaku memberikan nama dengan sepenggal kisah ketika mereka berdua melaksanakan ibadah umroh setelah menandatangani kontrak sehidup semati menjadi pasangan dengan Allahu Rabb.
Kakekku adalah seorang staff Duta Besar Indonesia untuk negara kerajaan Saudi Arabia. Oleh karena itu, pernikahan abi dan ummaku berlangsung di Madinah melalui bantuan rekan-rekan KBRI kakekku yang berdinas di sana.
Aku memang dilahirkan di kota Madinah. Bumi Rasulullah kata banyak orang seperti itu. Sampai dengan usiaku bertumbuh 3 tahun aku masih di sana. Bagiku ikut umma melaksanakan sholat 5 waktu di Masjidil Nabawi itu adalah keharusan. Selain memang itu kewajiban setiap muslim, aku yang kala itu masih kecil suka sekali mengambil air zam-zam yang ada di dalam dispenser di Masjidil Nabawi untuk dibawa pulang ke rumah.
Allah mempermudah keluargaku. Abiku memiliki sebuah toko di pasar serambi Masjidil Nabawi. Meski umma tidak pernah ikut berdagang namun kami selalu di sekitara abi setiap hari.
Umma menjadi seorang pengajar di Masjidil Nabawi. Kalian mau tahu? di sana anak-anak wanita bersekolah di masjid. Mereka belajar dan menghafal AlQur'an setiap hari kecuali hari Jumat tentunya. Karena di Saudi Arabia setiap hari Jumat semua institusi pemerintah kerajaan diliburkan. Sama seperti di Indonesia kalau hari minggu.
Jika Abi bertanya kepadaku, nanti ketika besar kamu ingin menjadi apa? Jawabanku dari kala itu adalah aku ingin menjadi seorang Ibnu Sina. Di dalam pengetahuanku Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan dan dokter terkemuka dari Persia.
Sekarang sepertinya sebagian mimpiku terwujud. Kami kembali ke tanah kelahiran kedua orang tuaku, Indonesia setelah usiaku menginjak 7 tahun. Belajar di Indonesia dan melanjutkan cita-citaku untuk menjadi seorang Ibnu Sina disini.
Kuambil snelli lengan panjangku, ketika code blue bersuara dan harus segera membawaku untuk menemui pasien yang kini mungkin membutuhkan penangananku dengan segera.
Inilah sebagian kisahku,
dr. Radhwah Omaira Medina, Sp.JPKalian tertarik ?
Periculum in mora 😘😜
✍✍
NB : Jika ada yang berkata, harusnya di Madinah tidak ada sekolah untuk wanita. Sekali lagi mohon maaf, anggap saja diperbolehkan ya karena cerita ini sudah end dan saya baru tahu akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasta Cinta [Completed]
FantasyApa yang pernah kau ketahui tentang Mahram? Seseorang yang haram bagimu untuk menikahinya, lantas bagaimana dengan saudara yang bukan menjadi mahram kita? Radhwah Omaira Medina, gadis sederhana yang memilih untuk mencintai saudaranya dalam diam. Ter...