بسم الله الرحمن الرحيم
¤Marentin Niagara¤
-- Selamat Membaca --Kesabaran itu ada dua macam ; sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini - Ali bin Abi Thalib
✍✍Sama halnya seperti bumi yang selalu menerima tetesan hujan dari langit tanpa penolakan dan keluhan. Aku juga harus memendam semua yang kurasa dalam hatiku dengan diam dan tanpa keluhan.
Ghulam Rafif Mufazzal, saudara sepupu yang selalu ada setiap aku membutuhkan. Perhatian, pengertian dan semuanya yang membuatku akhirnya mengalihkan haluan atas hatiku.
Entahlah. Harusnya aku cukup menyayangi dia menjadi seorang saudara. Namun hatiku seolah tidak berhenti untuk tidak menyebut namanya.
Aku memiliki Allah, bukan Ghulam. Namun terkadang saat aku merasa kesulitan justru aku terlebih dulu mengingat mas Ghulam. Astaghfirullah, bagaimana mungkin aku bisa menduakan Allah dengan ciptaanNya. Ini sungguh sangat salah.
"Abi, boleh Omai bertanya sesuatu?" tanyaku pada Abi ketika aku menyadari ada sesuatu yang salah dari sikapku dan harus segera meluruskannya.
"Tentu saja boleh, selama abi bisa menjawab dan ada dasar atas jawaban tersebut. Pasti akan abi jawab."
"Jika seseorang melakukan kesalahan kepada Allah kemudian dia menyadari kesalahannya dan ingin bertaubat. Apa yang harus dia lakukan?" tanyaku pada Abi yang tentu saja aku sudah bersiap diri jika abi akan bertanya lebih dengan pertanyaanku itu.
"Kesalahan seperti apa misalnya?"
"Hmmmm, Allah itu ada dalam setiap helaan nafas kita kan ya seharusnya. Setiap kita senang kita harus ingat Allah, ketika sedih juga harus mengingatNya. Namun terkadang ketika kita melakukan sesuatu kita mengingat seseorang yang selalu bisa memecahkan masalah. Seperti guru, ketika kita sulit sekali mengerjakan PR mungkin dengan bantuan seorang guru kita bisa mengerjakan dengan mudah. Nah pada waktu ada PR lagi akhirnya kita akan mengingat guru itu bukan mengingat Allah." Ceritaku yang disambut senyuman dari wajah abi.
"Perumpamaanmu panjang sekali cah ayu." Kata Abi kemudian membelai kepalaku yang tertutup khimar. "Wajar jika seorang murid beranggapan seperti itu, itu bukan menduakan Allah. Kamu juga tahu pasti tentunya, bukan hanya ilmu dunia yang membutuhkan seorang guru. Ilmu akhirat juga sama butuh seorang guru. Masih ingat mengapa kalau mengaji kita harus menerapkan prinsip mangqul?"
Aku mengangguk mendengar penjelasan Abi. Mengaji memang harus mangqul, mangqul itu sendiri berarti memindahkan yaitu dengan cara seorang guru yang membacakan ilmu kemudian sang murid mendengarkan. Atau seorang guru sedang mengajar ilmu kepada muridnya kemudian ada orang lain mendengarkannya. Atau dengan sistem munawalah yaitu guru memberi hak atau persetujuan kepada muridnya yang dipandang sudah menguasai ilmu manqul untuk mengerjakan dan mengajarkan ilmu tersebut atau guru berkirim surat yang berisi Al Quran dan atau Hadist kepada muridnya tentang suatu masalah lalu murid membaca dan melaksanakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasta Cinta [Completed]
FantasyApa yang pernah kau ketahui tentang Mahram? Seseorang yang haram bagimu untuk menikahinya, lantas bagaimana dengan saudara yang bukan menjadi mahram kita? Radhwah Omaira Medina, gadis sederhana yang memilih untuk mencintai saudaranya dalam diam. Ter...