Bagian 1

38 4 0
                                    

Duduk berpangku tangan, gadis itu menyimak bacaannya dengan sangat fokus, ia bahkan sampai lupa kalau dia tengah berbincang dengan sahabat kecilnya Minerva yang terus menerus bercerita tanpa ia ketahui kalau temannya tidak menyimak ceritanya.

"jadi tuh nanti ya si Andrew itu bakalan berubah jadi serigala terus mencium Elina dan menyatakannya sebagai mate!" ceria Minerva menangkup wajahnya yang mulai memerah membayangkan dua tokoh yang diceritakannya bermesraan.

Lunark hanya diam, masih berkutat pada bacaannya.
Gadis bersuarai abu-abu itu meraih segelas teh dihadapannya dan mulai menyeruputnya.
Sepertinya bacaan yang dibacanya lebih menarik ketimbang cerita romantis picisan yang sedang diceritakan sahabatnya.

Tanggapan pasif yang diterima Minerva membuat gadis itu merengut kesal.
Ia menggembungkan kedua pipi gembulnya lalu menarik buku novel bacaan Lunark.

Lunark terkesiap, menatap sahabatnya datar. "Va kembalikan novel itu, aku masih belum selesai membacanya" sunggut Lunark mencoba meraih novel kesukaannya.

"hmp! Tidak mau, kalau kau baca novel ini terus nanti Lunark tidak akan menyimak ceritaku. Lagipula apa sih yang menarik dari novel ini? Kau sudah membacanya belasan kali tapi tidak pernah bosan. Aku kadang heran padamu loh Lun?!" omel Minerva memeluk novel tebal bersampul coklat itu dengan erat.

Lunark hanya mendenguskan nafas pasrah dan kembali menyuruput teh kesukaannya.
Gadis itu meraih cookies kecil di atas piring disamping cangkir tehnya lalu menyomotkannya kemulut Minerva.

Gadis bersurai pirang itu menerima suapan Lunark dan mengunyahkannya dalam kekesalan.

"Va cerita di novel itu sangatlah menarik. Banyak majas yang susah dimengerti, makanya aku harus membacanya berulang kali agar aku dapat mengetahui makna tersirat yang ingin disampaikan tokoh heroine dalam cerita itu. Lagipula cerita itu sama seperti yang kau ceritakan. Tentang werewolf atau apalah, tapi yang ini lebih ke real soalny-"

"iya iya aku ga paham perkataan orang jenius seperti kamu" sergah Minerva menutup kedua lubang telinganya takut ia tertular virus kecanduan majas seperti Lunark.

"Daripada itu gimana kalau kita ubah topik pembicaraan, menurut Lunark werewokf itu ada tidak, bagaimana deskripsi mereka menurutmu" lanjutnya sembari menopang wajahnya dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya masih memeluk novel tebal itu.

Lunark mengikuti pose sahabatnya. Memanyunkan bibirnya sembari memikirkan penjelasan tentang siluman serigala itu kepada Minerva dengan bahasa manusia pada umumnya, agar temannya itu dapat mengerti apa yang disampaikannya.

"Sifat ya?.. Humm kurasa mereka itu seperti penjahat di balik selimut. Awalnya tidak terdeteksi akan mengancam namun apabila kita tidak waspada, maka habislah kita dalam kejapan mata"
Jelas Lunark jujur apa adanya, sesuai dengan apa yang tertuliskan di otaknya.

Beberapa kali Minerva mengerjapkan matanya, berusaha menelaah tiap kata yang diucapkan temannya yang sama sekali tidak bermaksud pada otaknya.

"oh gitu. Lalu apa Lunark percaya mereka ada atau tidak?"

"hmm.. Kurasa tidak. Kalau pun ada aku tidak peduli, mereka hanya legenda konyol berupa cerita fiktif pengantar tidur. Tidak kurang, tidak lebih" putus Lunark selesai, meraih cookies dan mengunyahnya.

Ukiran senyuman tipis memancar di bibir Minerva. Senyuman yang ditampilkannya itu memiliki makna mengejek dan tidak menyakinkan.
"hooo.. Gimana kalau misalnya mereka datang padamu? Datang diam-diam, merayap di kegelapan dan siap menerkammu kapan pun dan dimana pun. Hayoloh" ejeknya sembari mencubit gemas pipi tirus gadis bermanik merah muda itu.

WOLVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang