Bagian 3

34 3 0
                                    

Semua berputar layaknya rekaman  kaset yang rusak. Tidak jelas, berisik, dan menusuk pendengaran.
Uraian-uraian ingatan itu bercampur menjadi satu, kini tiada seorang pun yang dapat mengetahui kapan masa itu pernah terjadi atau belum terjadi.

"apa aku masih diperbolehkan hidup?"

"setelah semua kejadian yang pernah kualami, apakah kehidupanku akan berjalan seperti sedia kala?"

"atau...."

"terjadi perubahan hidup yang sangat signifikan di masa yang akan datang menunggu untuk ku jalani?"

"kumohon jawablah pertanyaanku ini!!"

"MONSTER!!!"

Kesadaran Lunark kembali. Deru nafasnya tidak beraturan. Nafasnya sangat berat dan tersenggal senggal.

"a..aku masih hidup?"

Manik merah muda Lunark bergulir mengitari langit-langit ruangan tempatnya berbaring saat ini. 'rumah sakit?'
Lunark mencoba menggerakkan tubuhnya satu persatu. Sakit dan pegal yang tak tertahankan menjalari seluruh tubuhnya tepat saat ia mencoba menggerakkan kedua kaki dan lengannya.

Dirasa gadis itu banyak selang-selang yang menempel pada tubuh bagian atas maupun bawahnya. Lunark menghela nafas berat. Lengan kanan gadis itu dipindahkannya ke atas kedua matanya.

Sesenguk dalam diam ia meneteskan air mata pada kedua sudut matanya. Semua kejadian yang dialaminya malam itu tidak ada satu pun yang dapat ia lupakan.  Semuanya terasa berputar kembali saat ia memejamkan mata ataupun hanya sekedar termenung sesaat.

"sialan!" umpatnya kesal meruntuki perbuatan bejat monster maupun keadaannya saat ini.

Pintu geser ruang rawat milik Lunark terbuka. Menampakkan gadis muda yang sangat cantik dengan balutan kaos peach simpel namun berkesan manis dengan rok mini berwarna biru muda bergaris putih pelengkap pakain bawahnya.
Rambut pirang sepanjang paha diurainya dan diikat pita sebagai bando di puncak kepalanya.

Lunark menurunkan lengan kanannya. Gadis bersurai abu-abu itu seperti tidak lagi peduli dengan semua keberadaan yang ada di dekatnya.

Berbeda dengan gadis pirang itu. Ia langsung memekik dan berlari mendekati ranjang Lunark saat mengetahui sahabatnya telah sadar.
"Lunark!! Hhhuuueeee" tangisnya terharu sembari memeluk Lunark sekuat tenaga.

"Mine.. Se-sak" ucap Lunark yang wajahnya langsung membiru akibat tercekik oleh pelukan Minerva.

Gadis bermarga Morggen itu telah menjadi sahabat Lunark sejak kecil. Ia sudah menganggap Lunark sebagai salah satu bagian dari keluarganya. Maka tidak heran bila Minerva akan begitu khawatir dan ketakutan jika Lunark tertimpa hal buruk. Tidak hanya Minerva saja. Bagi keluarga Morggen sendiri, Lunark sudah dianggap sebagai anaknya sendiri

Minerva merenggangkan pelukannya.
"huhuhuhuhu.... Lunark... Aku sangat takut sekali kalau kau akan meninggalkanku" isaknya, gadis itu akhirnya melepaskan tautannya. Ia menghela derasnya butir ar mata yang mengalir pada sudut-sudut matanya.

"hmp.. Mana mungkin aku akan meninggalkanmu" hibur Lunark mengelus pelan puncak kepala Minerva.

"habis.. Kau koma selama kurang lebih 1 minggu. Data-data kesehatanmu juga tidak ada yang sesuai dengan kondisi tubuhmu. Apa menurutmu aku tidak akan khawatir dengan keadaan seperti ini huh?!"

Air mata Minerva turun makin deras. Sudah berkali-kali ia menghelanya, namun masih saja air matanya tidak berhenti mengalir.

"cup, cup,  cup.
Sudahlah yang penting kan sekarang aku sudah sadar, benarkan?"

"hu'um"

Lunark terkekeh melihat Minerva mengikuti apa yang diucapkannya.
Ah! Lunark teringat kembali dengan balutan kain katun putih yang telah terkoyak di dapur rumahnya. Bagaimana kondisi ibunya saat ini?.

"ah!! Va, apa ibuku baik-baik saja?" tanya Lunark menggenggam tangan kanan Minerva.

Gadis yang ditanya Lunark terdiam. Wajahny seletika memucat pasi, ditundukkan kepalanya takut dan bingung bagaimana menjelaskan kondisi orang tua Lunark padanya.

"Lunark aku tahu kau pasti tidak akan percaya, tapi beginilah hasil analisa Mr. Policeman"

Sesaat Minerva diam, ia menghirup nafas sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya.

"Mrs. Watkindson ditemukan dalam keadaan hanya tinggal tulang dan belulangnya. Semua daging maupun organnya tidak ada di sana. Para polisi juga sudah mencari keseluruh tempt dan sudut terpencil yang ada dirumahmu Lun, namun semua barang bukti tidak ditemukan. Seluruh organ, alat pembunuhan, dan sidik jari, semua bersih tak tertinggal"
Selesai Minerva, menunduk kecewa.

Tangan Lunark gemetar. Ekspresi tak terima terpampang jelas di wajah cantiknya. Tatapan mata tidak terima mengekspresikan perasaannya.
Bibir gadis itu bergetar, ingin Lunark menolak semua ucapan Minerva, namun suaranya tertahan.
Nafas Lunark kembali tercekat, air matanya kembali mengalir.
Ia menundukkan kepalanya meraung meratapi kematian ibunya.

"mama.. Huhuhu...mama.."

Pelukan hangat kembali Minerva berikan untuk menenangkan jiwa Lunark yang sedang terguncang. Di elusnya punggung kecil Lunark yang bergetar. Minerva kembali menangis, ikut menjiwai perasaan sahabatnya. Kini kejiwaan gadis bersurai abu-abu itu makin meretak dan semakin rapuh, ditakutkan penyakit kejiwaan akan segera menyerang wadah yang sudah tidak kokoh ini.

Di tengah-tengah tangisan duka dua orang bersahabat itu datanglah 2 orang pria berseragam Polisi Amerika. Mereka datang didahului dengan mengetuk pintu sehingga Lunark dan Minerva melepas pelukan serta menghela air mata mereka.

"masuk!" ucap Minerva memperbolehkan 2 pria itu memasuki kamar rawat milik Lunark.

"selamat siang, maaf mengganggu waktu kalian, Ms. Watkindson dan Ms. Morggen. Nama saya Daniel Blaeck dari Kepolisian Amerika"
Salam Daniel menunjukkan kartu identitas polisinya

"se..selamat siang, ada keperluan apa yang membuat 2 polisi datang kemari?" tanya Lunark mengerutkan alisnya.

"benar, bukannya kalian seharusnya masih menyelidiki kasus pembunuhan yang menimpa keluarga Watkindson?" tambah Minerva bingung.

Kedua polisi itu berjalan mendekati kedua wanita yang berada di pojok ruangan. Keduanya berhenti serentak saat jarak mereka berada 1 meter dari kedua wanita itu.

"kedatangan kami berdua berhubungan dengan kasus yang menimpa keluarga Watkindson. Saya selaku kopral akan mengatakan hasil yang telah disimpulkan oleh kepala kepolisian kami, maka dengarkan baik-baik"
Ucap Daniel sebelum berdehem menormalkan nada suaranya.

Lunark dan Minerva menyimak perkataan demi perkataan polisi Daniel itu. Situasi semakin berat saat hasil laporan yang diucapkan Daniel membuat Lunark syok tidak terima.

"di-ditutup!?" ucap Lunark tidak percaya.

"ya benar, kasus yang menimpa keluarga Watkindson ditutup. Dikarenakan minimnya barang bukti dan kurangnya pengetahuan tentang pelaku oleh korban." putus Daniel selesai.

Aliran darah Lunark semakin cepat, degup jantungnya tidak beraturan. Tubuhnya menegang. Wajah Lunark memerah, gadis itu segera turun dari ranjangnya dan berjalan tergopoh mendekati kedua polisi itu.

"apa!! Bagaimana bisa!! Kematian tragis yang menimpa ibuku mau kalian tutupi!! Aku tidak terima!!" marah Lunark memukul-mukul dada bidang Daniel.

Kekuatan Lunark yang amat lemah tidak menimbulkan efek yang berarti bagi Daniel. Pria itu diam dan menganggap perlakuan yang diterimanya merupakan hal yang wajar.

"sudahlah Lunark, tidak ada yang bisa kita perbuat lagi" ucap Minerva menangis mencoba menenangkan Lunark.

Lunark menangis dalam-dalam, tenaganya masih lemah, sehingga ia merosot tidak bisa menahan kakinya berdiri lebih lama.
Minerva ikut duduk dilantai dan memeluk Lunark, ia tahu penderitaan sahabatnya sangatlah berat. Maka biarlah ia juga merasakan penderitaan itu bersama.

Kedua polisi itu menunduk bersama lalu melenggang pergi setelah mengucapkan "kami permisi".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WOLVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang