Bagian 2

31 4 0
                                    

Mulut Lunark menganga lebar saat menatap penampakan yang terlihat jelas di depan matanya sendiri. Kedua manik berwarna merah mudanya membulat sempurna melihat dan merekam dengan jelas setiap poros dan kejadian yang sedang terjadi.
Kedua kakinya gemetar ketakutan.

Suasana gelap dan pengap itu menambah sempurna situasi yang terjadi.
Makhluk besar itu menyatu dengan gelapnya ruangan tanpa secercah sinar bohlam. Kedua matanya bersinar redup pada kegelapan itu. Kuku-kukunya panjang, terlihat tautan benang dan secukil daging yang masih melekat di sela sela jari-jarinya.

Desah nafas makhluk itu tidak beraturan. Berat namun kasar, sama seperti banteng yang tengah menggila dengan warna merah yang selalu nampak mengejeknya.
Moncongnya berlumuran darah. Gigi-gigi runcingnya mengkilap seperti kaca yang dapat memantulkan bayangan apa bila kau melihat secara teliti dari dekat.

Keringat dingin mengalir deras di setiap sudut dan sisi Lunark. Liur gadis itu keluar dari mulutnya membasahi sudut-sudut bibir dan permukaannya. Manik matanya bergulir perlahan ke arah samping kiri pojok. Degup jantungnya bertambah cepat saat sadar yang ditangkap matanya itu adalah kain katun berwarna putih yang tadi pagi dipakai ibunya saat menyajikan sarapan.

"mo...mo..mo...mons...monster"
Sesenguk Lunark Kembali menatap nanar binatang buas yang berdiri tidak jauh darinya.
Geraman tidak suka keluar dibalik deretan gigi-gigi runcing setajam pedang yang sanggup mengoyak apapun bila menyentuhnya.

Binatang buas itu merunduk secara perlahan. Manik matanya kembali berkelip dikegelapan malam. Ia mulai berjalan pelan menuju Lunark. Berat tubuh hewan buas itu dapat Lunark perkirakan hanya dengan mendengar derit-derit lantai kayu yang begitu ngilu menusuk gendang pendengaran.

Air seni mengalir mulus melalui selangkangan Lunark dan membasahi kaki bagian dalamnya. Ketakutan gadis itu amat besar hingga ia tidak kuasa menahan air seni yang biasa ia tahan sampai 8 jam lamanya.

"ja....jangan...jangan mendekat...!! Siapa.. Siapa..siapa saja tolong selamatkan aku!!"
Teriak Lunark sebelum ia berbalik lalu berlari kebelakang menuju tempat teraman di rumahnya.

Binatang buas itu berhenti melangkah. Ia berdiam sejenak hingga tak lama kemudian kedua sudut bibirnya menyeringai senang.
"let's play hide and seek!!"
Suara kasar layaknya monster akhirnya keluar dari moncong hewan liar itu.

Secara perlahan, kedua kaki depannya kembali berjalan mulai mencari keberadaan sang gadis yang telah ketakutan setengah mati karena berhadapan dengannya.

Pikiran panik dan takut bercampur aduk tidak karuan di otak Lunark. Kesadaran gadis itu menurun sehingga kapasitas berfikir otaknya mengurang. Dalam keadaan genting seperti ini, otak cerdas Lunark tidaklah berguna. Gadis itu akan menggunakan instingnya untuk berlari atau bersembunyi, saat benar-benar merasa dirinya dalam bahaya. Kaki Lunark berpacu dengan cepat, berlari kearah kamar miliknya yang menurut insting liarnya adalah tempat teraman untuk bersembunyi.

"cepat, cepat, cepat."
Lunark kesusahan mengunci pintu kamarnya. Tangannya sejak tadi masih gemetar, sehingga ia susah mengontrol tangannya sendiri untuk sekedar mengunci pintu.
Gadis bersurai abu-abu itu langsung bersembunyi di dalam lemari pakaiannya setelah akhirnya ia berhasil mengunci pintu kayu tersebut. Ia membawa tas belajarnya bersama.

Lunark memeluk kedua kakinya sembari mengigit kuku ibu jarinya. Keringat dingin terus mengalir dari pelipis gadis berusia 17 tahun itu. Kegelapan dalam lemari pakaian itu mulai memakan habis kebisingan yang baru saja dibuat Lunark. Degup jantung gadis itu menggema mengisi kesunyian.

'apa yang harus kulakukan?! Apa yang harus kulakukan?! Apa yang harus kulakukan?!' batin Lunark gelisah.
Dalam keadaan begitu mencekam, otak cerdas Lunark mulai macet karena ketidak seimbangan perasaan dengan logikanya.

WOLVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang