"Jangan buat gue menjadi orang bodoh yang selalu mengharap bahwa lo akan datang padahal lo hanya ilusi semata yang buat gue tersiksa lebih dalam"
~Kiana
:Kiana dan teman-temannya tengah berlari di lapangan sambil berteriak,
"Saya tidak akan membolos pelajaran lagi dan akan berperilaku sopan" teriak mereka menjadi tontonan satu sekolah yang sedang menertawakannya bahkan mengejeknya.
"Makan tuh hukuman haha ..." tawa seorang perempuan yaitu Angel dan diiringi tawa dari teman-teman gengnya.
Kiana melirik, lalu menatap tajam ke arah Angel sambil melangkah pergi tanpa mempedulikan hukuman. Sampai sebuah tangan menghentikan langkahnya,
"Nana lanjutin hukumannya!" ucap seseorang itu, Kiana menoleh dan betapa kaget dirinya. Saat dia menemukan sosok Abang Solehnya yaitu Dafi yang tengah menahan tangannya.
Kiana hanya menghela nafas, lalu berlari kembali melanjutkan hukumannya.
'Tet..tet..tet!' bunyi bel pelajaran selanjutnya di mulai.
Semua murid berhampuran pergi kembali ke kelas, Bad girls yang selesai hukuman. Saat ini, tengah duduk bersantai di bawah pohon dekat taman belakang sekolah.
"Gila! Gue enggak nyangka tuh guru ganteng, tapi sekali hukum enggak bisa di diskon. Sampai gue cape gini! Mana tadi ada Bryan ngeliatin gue! Kan gue tengsin, gimana kalo dia bawel lagi." keluh Tias dengan keringat yang masih mengalir dari wajahnya,
"Tapi gue enggak nyangka, tuh guru berani banget hubungin Bang Dafi! Abang soleh lo, Na!" Tias, Rara menatap tajam Naura untuk dia menatap Kiana yang sedang terdiam menahan amarah.
Mereka hapal dengan tingkah Kiana saat marah, sedih bahkan kecewa kepada orang maka mereka akan memilih diam di bandingkan harus bertanya dan berakhir hantaman makian seorang Kiana Nadria. Sampai notifikasi chat dari seseorang menyadarkannya, Kiana mengeram kesal. Kemudian, pergi dari taman itu di ikuti geng Bad Girls nya dari belakang."Kamu mau kemana! Kiana Nadria?" tanya sosok itu dari belakang, Kiana menoleh. Dan memutar bola matanya, tanpa peduli. Dia lalu melanjutkan langkahnya kembali,
"Abang bilang, mau kemana kamu!" tanyanya sekali lagi lebih keras, Kiana menghela napas sebentar lalu berhenti dan berbalik ke arah orang itu.
Sementara teman-temannya hanya tertunduk dan berpamitan untuk pergi meninggalkan kakak-adik itu di taman,
"Jelasin sekarang ke Abang!" tanya Dafi dengan tegas, Kiana menghela napas panjang lalu menatap mata Dafi yang seolah-olah mampu menusuknya.
"Aku cuma pergi aja ke kantin, Bang. Sama sahabat aku doang," elak Nana ke Dafi
"Saat jam pelajaran gitu maksud kamu, Na?" tanya Dafi membuat Nana menundukkan kepalanya.
"Na, jangan kaya gini. Masa iya, Adik Abang terus-terusan jadi nakal? Kamu enggak cape pindah terus sekolah hanya karena hal-hal kaya gini? Kasian Umi sama Abi terus mikirin kamu yang selalu gini," Dafi menatap sang adik yang mulai menangis akan perkataannya.
"Kalo Nana lagi ada masalah, kan Abang pernah bilang cerita. Jangan selalu di pendem, Abang tau pasti kamu ada masalah kan? Jujur sama Abang" Kiana hanya mengangguk lemas
"Apa coba cerita?" Kiana terdiam cukup lama dia untuk bercerita ke Dafi. Tapi Dafi terus membujuknya, hingga akhirnya. Kiana pun bercerita masalah tentang chat misterius yang bernama Izan kepada Dafi. Akan tetapi, tanpa mereka sadar ada sosok yang mendengar percakapan mereka berdua.
Siang itu Kiana luapkan semua masalahnya ke Dafi, Dafi yang mengerti sikap adiknya pun menatap dengan iba karena dia tidak tau sebenarnya yang terjadi saat Izan mengalami kecelakaan sejak 10 tahun yang lalu.
"Bang, Nana gimana coba? Masa iya, Nana harus hiks ... percaya sama itu orang yang chat hiks ... Nana sedangkan Izan udah lama meninggal, enggak mungkin bakalan bisa hidup lagi ke dunia ini hiks..hiks..hiks!" tangisnya dalam pelukkan Dafi, sosok yang memantaunya hanya menunduk mencoba tegar saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kiana.
"Abang ngerti, tapi udah ya? Jangan nangis lagi, adik Abang ini kuat. Jangan nangis lagi malu, nanti aja nangisnya lanjutin di rumah sambil ajak Panji oke? Sekarang belajar lagi biar pinter," goda Dafi
"Yang ada bang Panji ngejek Nana," balas dia, dengan wajah cemberut sambil meninggalkan Dafi yang tengah tertawa karenanya.
"Mau sampai kapan antum, bersembunyi di situ?" tanya Dafi ke sosok yang bersembunyi itu.
"Yah, ketahuan deh ..." tawanya hambar.
Dafi pun mengobrol dengan orang yang bersembunyi itu sambil bertanya kapan dia akan memberitahu Kiana sebenarnya,
"Belum waktunya, Bang. Kalo sudah tiba waktunya, saya akan memberitahukan semua. Tanpa melukai hatinya, tapi bukan saya yang chat Kia. Untuk itu, Bang Dafi tenang. Saya akan mencari tau siapa orangnya, dan tolong jaga dia sebentar lagi" ucapnya dengan tegas. Dafi pun terkejut tapi tak lama dia pun tersenyum akan kalimat terakhir dari sosok itu,'Kia, maaf saya sembunyi darimu karena ada yang saya urus sebelum kamu tau semua ceritanya. Tapi siapa yang ngaku-ngaku jadi saya?' batin heran orang itu meninggalkan taman sekolah.
Kiana Pov
Gue sebel sama hari ini dari mulai tuh anak pesatren tiba-tiba jadi guru di sekolah gue, gue di hukum sampai Bang Dafi datang tiba-tiba, dan ngomel kaya bu kos-kosan huft..cape..'Tok..tok!" bunyi pintu kamar gue, gue yang bersantai. Terpaksa berjalan ke arah pintu, dan menampilkan Panji yang langsung menanyakan beberapa pertanyaan.
"Kamu enggak apa-apa kan, Dek? Ada yang luka?" pekik Bang Panji sambil memutar badan gue
"Apa si lo, Bang?" bentak gue, Bang Panji pun terdiam sesaat dan menatap gue.
"Kok lo bentak gue?" tanyanya
"Gimana enggak gue bentak, udah ngetok pintu kaya ada maling. Di tambah panik kaya orang kena sapol pp" kesal Kiana
"Lo pikir gue banci! Gue cowo tulen! Eh, bentar dulu. Tapi lo enggak apa-apa, kan? Kata bang Dafi lo luka? Gue yang tadinya mau berangkat ke pesantren enggak jadi. Karena denger kabar dari Bang Dafi tentang lo," ucap Bang Panji sangat panik. Gue hanya memutar mata sebal,
"Ck ... ck ... Sayang banget ke adiknya haha" tawa gue membuat Bang Panji semakin kesal, Bang Dafi yang melihat pun tertawa membuat gue sama Bang Panji menoleh ke arahnya.
"Bang Dafi, lo bohong ke gue ya?" omel Bang Panji
"Siapa yang bohong? kamu ya? Enggak sopan belum juga Abang jelasin luka apa eh ... Main matiin aja!" omel Bang Dafi di tanggapi tawa malu Panji
"Adek kita ini tuh lagi luka bukan di fisiknya-" Goda Bang Dafi ke Bang Panji yang menatap heran gue hanya menunduk malu
"-tapi hatinya" lanjut Bang Dafi sambil tersenyum membuat gue terpana, dan tertunduk malu.
Akhirnya gue pun cerita ke Bang Panji dari awal, Bang Panji kaget dengan apa yang gue cerita soal seseorang yang mengaku sebagai Izan. Dan tangis gue pun kembali pecah,
"Lo yang sabar, kalo emang bener dia Izannya lo. Gue yakin dia punya alasan kenapa enggak nemuin lo selama 10 tahun terakhir ini. Karena Izan sahabat gue, enggak akan pernah pergi tanpa pamit! Bahkan bohong akan hidupnya ke kita semua kalo enggak ada alasan yang kuat!" ucap Bang Panji menyakinkan gue, gue hanya bisa memeluk Bang Panji dan Bang Dafi sambil menangis yang mulai reda.
End Pov
+628953 ...
Aku Izan, dan kamu pasti udah tau itu.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girls Insyaf [Pindah Ke Fizzo]
Teen Fiction10 tahun terombang-ambing, antara ada atau tidak. Mimpi atau kenyataan, rasanya memilukan. Untuk seorang perempuan yang bernama Kiana Nadria, cewe Bad Girls yang berusaha untuk menemukan sosok yang dia anggap mati. Awalnya dia merelakan sosok itu, m...