Marahan [Revisi]

1.6K 75 0
                                    

"Marahmu membuatku takut, takut kau kecewa padaku dan tak pernah memaafkanku"
~Kiana

.
.
.
.

Part sebelumnya

"Antum bisa bantu, Nan?" tanya Panji

"Afwan, Akhi. Ana ndak  bisa janji untuk itu, tapi Insya Allah ana usahakan ya akhi dan juga, ukhti" ucap Adnan, langsung membuat Kiana menoleh dan tersenyum arahnya

"Ana doain semoga sepupu antum bisa, Nan" ucap Panji

Normal prov

Sore yang dingin dengan suara hujan serta angin yang saling bersautan satu sama lain menambah ramai ruang tengah Kiana yang sedang asik membahas Izan palsu. Di sisi lain, Adnan sedang sibuk menelpon sepupunya itu.

"Tapi, Bang. Kalo sepupu Adnan enggak bisa bantu kita gimana?" tanya Kiana dengan raut cemas

"Abang Adnan, Na. Bukannya Adnan, kamu tuh! Enggak sopan, masa yang lebih tua dipanggil namanya aja" ucap Dafi

"Iya deh, Nana panggil Pak Adnan puas?" ucap Nana sambil cemberut

"Kok, pak? Sekalian aja lo panggil kakek" omel Panji

"Ih! Salah lagi, kan Nana bener! Pak Adnan guru di sekolah Nana. Jadi, di panggil pak dong" alibinya

"Ngeles aja lo kaya bajaj" omel panji lagi membuat  Kiana menatap tajam ke arah Panji.

   Hampir setengah jam Adnan menelpon sepupunya, tapi nihil tak ada satu pun panggilannya tersambung. Kiana hanya menatap Adnan dengan raut sedih saat itu,
'Ya Allah, tolonglah hamba untuk menyelesaikan ini semua. Ku mohon' doa Nana.

Tiba-tiba suara deringan telpon Adnan bersuara, dia mengangkat panggilan itu. Setelah selesai, seulas senyum terpancar di wajahnya.

"Alhamdulillah, sepupu ana ingin membantu kita untuk membongkar identitas orang tersebut" ucapnya membuat semua senang, Kiana berlari menghampiri Adnan sambil tersenyum. Dan tanpa sadar memeluk Adnan tiba-tiba, lelaki itu termatung. Raut wajahnya kini memerah, dan dia dorong Kiana untuk menjauh.

"Maaf ukhti, ukhti boleh senang tapi tolong jaga sikap ukhti kepada ana. Permisi" Adnan meninggalkan mereka, dengan Kiana yang terkejut akannya.

"Makanya, kamu tuh! Kebiasaan banget apa-apa main peluk orang kalo lagi seneng" omel Dafi, Kiana tertunduk saat menyadari perilakunya yang tak pantas.

"Maafin Nana, Bang.."

"Jangan minta maaf ke, Abang. Tuh, kamu minta maaf ke Adnan" ucap Dafi yang kini melihat Adnan melewati ruang tamu. Dan kembali menaiki tangga,

"Ya udah adek Abang tersayang, gih lo minta maaf ke Adnan. Gue yakin pasti dia maafin lo, tapi minta maafnya tulus" ucap Panji meninggalkan Kiana sendirian

'Tulus?' batin Kiana.

Kiana terus memikirkan cara meminta maaf secara tulus ke Adnan, dia ketuk pintu kamar Panji.

"Ada apaan?" tanyanya saat membukakan pintu. Tanpa basa-basi, Kiana masuk ke kamarnya. Panji hanya bisa mengeram kesal tingkah Kiana yang semakin menjadi.

Bad Girls Insyaf  [Pindah Ke Fizzo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang