Taemin memandang langit biru dari balik jendela sekolah yang berada dekat dengan bangkunya. Ia memakai seragam olahraga dan seharusnya ia tidak berada di dalam kelas melainkan di luar, lapangan sekolah.
Brak!
Pintu kelas terbuka, membuat manik kecoklatan Taemin yang awalnya fokus pada gumpalan putih dilangit bergulir menatap benda pipih yang didorong keras oleh sekumpulan manusia berseragam sama dengannya.
Ia mengamati setiap siswa yang masuk ke dalam kelas, berharap seseorang yang ia sukai ada dalam gerombolan itu.
Siswa berkulit agak kecoklatan yang memiliki wajah tampan berjalan paling akhir masuk ke dalam kelas. Itu kah yang kau cari Taemin?
Taemin tersenyum tipis ketika manik kecoklatannya menangkap seseorang yang ia sukai berjalan masuk dan berhenti tepat didepannya. Tidak benar-benar didepannya tetapi berjarak satu bangku didepannya dan menghadap jendela. Sang ketua kelas, Choi Minho, lelaki yang diam-diam Taemin sukai.
"Ketua, apa kita boleh menghidupkan ac-nya?" Tanya seorang siswa pada lelaki yang dipanggil ketua tersebut.
"Ani, kita baru bisa menggunakannya nanti siang ketika jam pelajaran terakhir." Suara merdunya menggalung indah ditelinga Taemin.
"Sial! Disini sangat panas!" Keluh seorang siswa yang duduk di meja dekat Minho berdiri. Minho hanya tersenyum dan menaikkan kaos olahraganya, sontak membuat Taemin memalingkan wajahnya yang sudah dihiasi semburat merah di kedua pipinya. "Waw! Lihat tubuhmu! Six pack!" seorang siswa duduk dikursi depan Minho, memukul perut Minho.
"YA! Jangan sentuh aku!" ucap Minho memejamkan matanya dan menikmati semilir angin yang masuk melalui jendela. "Wae?"
"Tanganmu panas dan penuh keringat!" Minho membuka matanya dan terkekeh pada teman didepannya. "Taemin sangat beruntung." Kata Minho membuat Taemin menoleh padanya. Kedua teman Minho menoleh pada Taemin. "Karena dia tidak berkeringat seperti kita..." Ucap Minho menoleh pada Taemin sekilas dan kembali menatap keluar jendela.
"Wow! Sangat beruntung. Apa aku harus melubangi paru-paruku seperti dia?" Ucap siswa yang duduk dikursi dan menatap Taemin dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Bahkan kau bisa menjadikan alasan itu untuk tidak ikut wajib militer." Timpal siswa yang duduk dimeja menghadap Taemin.
"Ah~ aku benar-benar iri padanya." Minho masih betah memamerkan perutnya menikmati semilir angin. Taemin menatap kesal ketiga orang didepannya yang seenaknya mengejek penyakitnya itu. Ia mengalihkan pandangnnya keluar jendela.
Sekilas Minho melirik Taemin dan kembali menikmati angin guna mendinginkan tubuhnya.
.
.
.
.
."Sialan! Ada apa dengannya?"
"Apa penyakitnya kambuh?"
"Ssst! Diam! Aku akan mencatat namamu jika kau berbicara!" Ucap Minho yang duduk di bangku depan dengan secarik kertas dan bulpen ditangannya. Karena Minho adalah ketua kelas, otomatis ketika guru mereka sedang ada urusan atau rapat, Minho bertugas mencatat nama siswa yang tidak bisa diam.
Membosankan memang melihat layar datar didepan kelas dengan gambar dan suara yang membuat para siswa enggan menontonnya apalagi jika didalamnya menyangkut pelajaran sekolah dan suasana kelas yang gelap, bukankah sangat pas untuk saatnya rehat -tidur- ketimbang menonton layar datar didepanmu?
Suara batuk Taemin semakin keras dan menjadi-jadi. Minho yang mendengarnya segera bangkit dan meminta seorang siswa menggantikannya duduk didepan. "Tolong gantikan aku, aku akan membawanya ke uks."
Minho berjalan kebangku belakang dimana Taemin duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyperventilation - 2MIN
FanfictionDi musim salju, Taemin menghadiri pesta reuni sekolahnya hanya demi bisa bertemu dengan Minho, pria yang diam-diam ia sukai. Meskipun pada nyatanya, Taemin sulit untuk berbaur dengan lainnya karena sifatnya yang pemalu. Ia memutuskan pergi keluar re...