1. Perempuan Paling Baik

11 3 0
                                    

Untuk sebuah bilangan 15. Itu amat besar mana kala, 15 itu adalah waktu dalam tahun yang aku habiskan untuk mengagumimu. Mencintaimu. Menjaga perasaan hati ini untuk terus sama terhadapmu. Sementara aku, tidak juga bisa bertemu denganmu sampai sekarang ini kecuali beberapa belas tahun lalu. Saat kita masih mengalikan bilangan satu digit. Saat kita masih belum tahu bagaimana seorang anak dilahirkan. Saat kita masih meyakini pluto adalah sebuah planet di tata surya kita.

...

Bu Siwi, memberikan suatu metode baru agar kami bisa saling mengenal satu sama lain. Di kelas yang baru. Biasanya dari kelas 1 sampai kelas 5, kami selalu bertemu teman yang sama. Maka dari itu, ketika kelas A, B, dan C diacak anak-anaknya ke dalam kelas yang baru. Kami butuh adaptasi.

Setiap hari, siswa yang duduk di kursi sebelah kanan dari satu baris meja, akan maju ke depan. Sementara yang kiri ke belakang. Semacam putaran berlawanan arah jarum jam. Kemudian setiap minggunya, akan ada siklus ular yang berputar. Baris depan dan ketiga pindah ke kanan. Baris kedua dan terakhir pindah ke kiri, dan seterusnya.

Aku selalu menanti suatu waktu. Ketika aku akan duduk di sampingmu. Kemudian kita akan saling bercerita, mengobrol, atau makan bekal bersama. Umm ... untuk makan bekal bersama, sepertinya tidak mungkin. Saat jam istirahat, kamu akan berkumpul dengan teman-teman perempuan lain. Dan menyatukan meja-meja menjadi sebuah meja yang besar. Jadilah kalian akan berceloteh dan makan bersama di sana.

Aku selalu paham. Bagaimana kamu adalah perempuan yang populer seangkatan. Cantik luarmu itu tidak seberapa sebenarnya. Dibandingkan, Gisha atau Lala, siswi paling cantik menurut cowok-cowok di sekolah. Tapi, kamu adalah yang paling baik. Kamu mempunyai apa yang orang sebut sebagai 'inner beauty'. Lucu juga, anak SD sudah paham gituan. Dari hal itulah, banyak orang yang suka padamu, tertarik denganmu, entah laki-laki atau perempuan.

...

Tidak ada orang spesial buatmu. Sejauh yang kutahu saat itu. Kamu memerlakukan setiap orang sama, sama baiknya. Sehingga sering orang salah kira, bahwa mereka dispesialkan olehmu. Kamu baik. Baik banget. Ketika aku berkata hal seperti ini. Tentu ada banyak siswa yang lain juga mememikirkan hal yang sama.

Kamu memiliki suara yang bagus. Ketika waktu kami sekelas pada jam pelajaran kesenian. Kami diminta untuk bernyanyi di depan kelas. Satu per satu. Meskipun di belakang, pada akhirnya ada yang nyanyi bergerombol, karena waktu pelajaran akan segera habis.

Aku terkenal pendiam, alim juga kalau kata orang. Tapi kalau kamu tahu, aku suka dengan lagu-lagu Saykoji. 'Jomblo', 'Ulangan Matematika', dan banyak lagi. Ketika jam olahraga, dan olahraga kami adalah jalan mengelilingi wilayah sekitar sekolah. Aku dan teman-temanku akan bernyanyi lagu Saykoji bersama. Diikuti guru olahraga kami, Bu Eli, yang berjoget gaya ala rapper.

Sehingga saat aku maju di depan. Teman-temanku, Farid, Lingga, dan Adit, memintaku menyanyikan lagu Saykoji. Iya kali, pikirku. Pada akhirnya aku menyanyikan lagu Ungu, 'Surga-Mu'.

Aku selesai dan kembali ke tempat duduk. Tidak berkesan. Kemudian selang beberapa orang, kamu maju ke depan. Menyanyikan lagu Monica, 'Kekasih Hati'. Kami sekelas larut dalam nyanyianmu. Merdu. Membuat kami seolah kekasih yang kamu sebut dalam lirik lagu itu. Ah, gila kamu, San. Membuat seluruh kelas jatuh kepayang.

...

Omega RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang