Chapter 7

210 18 2
                                    

Izumi diam terpaku menatap pupil mata Sasuke yang kini berubah membentuk pola semacam bunga. Ia tiba-tiba merasakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya, rasa sakit yang tak tertahankan. Tubuhnya bergetar menerima setiap rasa sakit yang datang bertubi-tubi, sayangnya ia tak dapat bergerak. Cairan merah pekat mengalir dari sudut bibirnya.
‘Apa ini? Jika ini ini kekuatan mata..’ Izumi menggerakan tangannya untuk membuat suatu segel bersamaan dengan iris matanya yang berubah ke warna merah. ‘..aku harus melepaskannya.’
“Kai!”
Deg.
‘Tidak berhasil?’
“Ukhh.. kekuatan macam apa ini?” Izumi jatuh tergletak, ia tak sanggup lagi menahan tubuhnya terlebih tak sanggup menahan rasa sakit yang menyiksa tubuhnya.
“Bersyukurlah karena aku masih berbaik hati padamu,” ucap Sasuke menatap datar tubuh Izumi yang tergletak tak sadarkan diri. Perlahan hujan mulai berhenti dan para vampir yang kehilangan kendali pun mulai mendapatkan kesadarannya. Sasuke berhasil menghentikan kekacauan yang dibuat Izumi, namun tampaknya hal itu tidak membuat dirinya menjadi senang. Ia mengepalkan tangannya dengan ekspresi penuh amarah. Tampaknya Sasuke telah menyadari apa yang tengah terjadi pada Sakura.
.
Di tempat yang dipenuhi banyak lilin, tampak Sakura terduduk tak sadarkan diri dengan kedua tangan yang dibelenggu oleh rantai. Sementara di depannya Itachi dan beberapa vampir sedang terlibat pembicaraan. Samar-samar Sakura mendengar suara mereka. Masih dalam keadaan yang belum sepenuhnya sadar ia merasakan sesuatu yang dingin menempel pada masing-masing pergelangan tangannya. Ia membuka matanya dan dengan penglihatan yang berbayang ia melihat Itachi tengah memandang ke arahnya. Sakura mengerjap-ngerjapkan matanya dan kini ia melihat jelas wajah Itachi.
“Aku tidak menduga kau bisa sadar secepat ini, tapi tak apa. Justru bagus jika kau sadar,” ucap Itachi setelah memerintahkan beberapa vampir untuk meninggalkan tempat itu, sehingga saat ini hanya ada dirinya dan Sakura. Itachi tersenyum ketika melihat wajah terkejut Sakura yang baru menyadari bahwa kedua tangannya tengah dibelenggu. Ia mencoba melepaskan rantai itu namun percuma. Rantai itu terlalu kuat dan mustahil untuk dipatahkan dengan tangan kosong.
“Tidak perlu menampakkan wajah panik begitu.” Itachi menyentuh wajah Sakura dengan tangannya dan memaksa Sakura untuk melihat ke arahnya. “kami masih belum ingin membunuhmu”
“Berhenti mengatakan sesuatu yang tidak perlu.” Dari arah belakang tampak Madara tengah berjalan mendekati mereka. Sakura mengangkat wajahnya dan melihat ke arah lelaki berambut jibrak itu. Ketika matanya bertemu pandang dengan Madara, ia tiba-tiba merasa amat takut. Suatu rasa takut yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Itachi bangkit dari posisinya lalu meninggalkan tempat itu dan membiarkan Madara bergerak mendekati Sakura. Ia berjongkok dan meraih dagu Sakura.
“Kau ingat siapa aku?”
Sakura menggeleng. Lidahnya kelu ia merasa benar-benar takut kepada lelaki berambut jibrak ini.
“Tentu saja, kau tidak mungkin mengingatku.”
Madara kemudian memaksa Sakura untuk memiringkan kepalanya. Disibakannya kebelakang rambut pink itu sehingga ia dapat melihat jelas leher Sakura. Sementara Sakura hanya memejamkan mata dengan tubuh bergetar menahan takut.
“Aku tidak menduga kau bereinkarnasi menjadi sosok yang lemah seperti ini,” ucap Madara sambil menyisir dengan jarinya helai demi helai rambut Sakura.
“Kenapa kau lakukan ini padaku?” Sakura memberanikan diri untuk bersuara walaupun tubuhnya bergetar menahan takut. Ia masih tak berani menatap wajah Madara.
“Kehadiranmu menghalangiku untuk merebut kembali apa yang seharusnya dimiliki oleh para vampir. Aku ingin mengembalikan kejayaan seribu tahun yang lalu, untuk itu aku harus menjadi yang terkuat.”
Deg.
‘Bukankah itu artinya vampir dan manusia akan kembali untuk saling membunuh?’
Setelah mengatakan hal itu Madara meninggalkan Sakura seorang diri. Sakura menghela napas, ia lega akhirnya Madara menjauh. Namun ia tahu, ia tidak seharusnya merasa lega secepat itu. Sakura kembali mencoba untuk melepaskan rantai itu dari tangannya. Namun sia-sia.
“Mereka akan membunuhku setelah ini,” gumam Sakura yang tampaknya pasrah.
.
Keadaan di kota Ame masih belum sepenuhnya membaik. Polisi serta para petugas keamanan lainnya tampak berusaha keras untuk menemukan vampir-vampir yang telah menyerang manusia dan menimbulkan banyak korban jiwa. Namun anehnya keberadaan mereka tak dapat ditemukan. Semua CCTV yang dipasang di kota itu tak dapat menampilkan apa pun, sehingga polisi kesulitan untuk menemukan jejak mereka.

Sementara itu, di salah satu tempat pembuangan sampah tampak seorang gadis berusia belasan tahun tengah meringkuk sambil menangis. Tangisannya berhasil membuat seseorang datang ke tempat itu, seorang gadis berambut pirang panjang yang mengenakan kimono. Dialah Ino.
“Hei, cepat bangun!” kata Ino kepada gadis itu. Gadis kecil itu hanya mengangkat wajahnya, ia menatap wajah Ino lekat-lekat.
“Hiks.. apa ‘mereka’ akan menangkapku? Aku sudah membunuh seorang anak kecil.” Gadis itu terisak namun Ino menarik tangannya memaksanya untuk bangun. Ketika ia bangun tampak kaos yang dikenakannya penuh dengan noda bekas darah.
“Jangan khawatir. Aku akan melindungimu,” ucap Ino berusaha menenangkannya. “sekarang ikutlah denganku. Aku akan membawamu ke tempat yang aman.”
“Kau satu-satunya vampir yang tidak mengalami perubahan.”
Ino tersentak dan segera berbalik. Tampak dari kegelapan muncul lelaki berambut klimis, sontak hal itu membuatnya mundur beberapa langkah seraya meminta gadis kecil itu untuk bersembunyi di belakangnya.
“Kau..” Ino memicingkan matanya yang tampak berwarna keemasan, “bukankah.. kau ini..”
“Aku membutuhkan bantuanmu,” ucap laki-laki itu. Laki-laki yang sangat ia kenal.
“..Sai.”
TBC

ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang