~one~

35 9 10
                                    


-Berawal dari ini
Hal itupun akhirnya terjadi-























     Beker kecil diatas nakas kayu berwarna ungu itu baru saja berdering. Pukul enam pagi, dan kamar serba warna pink milik gadis berusia 16 tahun ini bergelimang terangnya Mentari pagi. Semua anggota keluarga masih terlelap dalam mimpi, tapi tidak dengan anjing kecil yang berwarna putih bersih yang tengah berdiri di atas sofa.

Kelembutan yang terpancar dari rumah besar gadis berparas cantik yang tinggal bersama kedua orang tua nya, seorang pembantu yang terlihat masih muda, dan nenek nya yg sangat menyayangi nya, memang sungguh Indah dan menakjubkan. Rumah yang terdiri dari ruang makan yang menyatu dengan dapur, 4 kamar yang besar dengan kamar mandi yang luas dengan jendela diatas bak mandi.

Desain kamar gadis berzodiak Sagitarius Ini sangatlah modern jauh dari kata tradisional. Lantai nya pun dari keramik berwarna terang dengan motif kotak-kotak, dinding-dinding putihnya dipenuhi gambaran yang ia lukis sendiri.

Terlihat di pojokan ruangan seorang gadis yang tengah memakai seragam SMA nya dengan baju yang sedikit terlipat akibat terlalu panjang dan sedikit kebesaran bila dipakai ditubuhnya. Rambutnya yang diurai semakin membuatnya terlihat sangat memikat.

Ting tong

Terdengar suara bel rumah yang ditekan, Aira pun bergegas turun dengan sepatu ditangannya, ia pun langsung sarapan dengan roti dan susu yang telah disiapkan oleh bibi Ina, pembantunya.

"Ira, Azka sama Agatha udah nunggu tuh. Cepetan makannya, dari dulu kamu lelet banget kalo urusan makan." kata seorang wanita bernama Aletta, berusia sekitar 37 tahun yang terlihat masih belia, Bunda Aira. Siapa sangka orang-orang mengira bunda Aira masih duduk di bangku SMA, karena wajah dan kulit nya yang belum keriput membuat dirinya terlihat masih muda.

"Iya bunda, aku udah selesai sarapan kok. Masih pakai sepatu nih." kata Aira dengan cepat menalikan satu persatu tali sepatunya.

Agatha tersenyum meledeki Aira.

Aira pun melihat dan membalas dengan memutarkan bola matanya.

"Bun, aku berangkat dulu ya.!" kata Aira.

"Iya, bilangin si Azka suruh hati-hati kalo nyetir." kata bunda yang sekarang lagi berada dapur.

"Iya bun, bakal aku jaga kok anak kesayangan nya." kata Azka sambil mengedipkan sebelah kiri matanya ke pada Aira.

Aira tersenyum melihat tingkah laku Azka.

Bunda Aira tidak bekerja, dia memilih untuk melaksanakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang mengatur semua keperluan keluarga. Walau sudah banyak restoran-restoran yang siap menggaji nya untuk hanya memasak didapur.

Ya! 7 tahun yang lalu bunda Aira adalah seorang koki restoran. Selama 7 tahun juga bunda Aira berusaha menghilangkan trauma yang ia alami. Restoran savichi, restoran dimana dulu bunda Aira bekerja.Restoran yang dulu nya terkenal dan setiap hari selalu ramai dikunjungi orang-orang, kini sudah tak terbentuk karena kejadian kebakaran yang menimpa restoran itu. Sampai saat ini bunda Aira sangat trauma akan kejadian itu.

Sampainya disekolah...

Aira, Azka, dan Agatha pun sampai tepat di depan gerbang sekolah. Terlihat tempat itu sudah sangat ramai,banyak siswa dan siswi yang berdatangan dari berbagai arah.

Mereka pun menyusuri koridor kelas demi kelas, akhirnya mereka sampai dan masuk ke ruangan besar yang ber-ac, dinding yang  berwarna putih polos itu tidak memberi kesan mempesona atau menakjubkan.

"Kelas nya polos banget ya tha, terlihat sedikit menyeramkan lagi, gila gaada kesan menariknya untuk belajar disini." ucap Aira yang tidak suka melihat hal hal yang tidak menarik, apalagi Aira sangat suka menempel-nempel lukisan karya ia sendiri  didinding kamarnya. Dan itu sangat menarik!

"Iya Ra, bener banget! ini udah kayak gedung yang ga dipakai beberapa tahun lamanya. Liat deh banyak banget sarang laba-laba nya dipojok itu." ucap Agatha dengan tangan menunjuk-nunjuk setiap pojokan dinding.

"Weh, lagi pada ngomongin apaan sih? Serius banget kayanya." kata Azka menyela pembicaraan Aira dan Agatha.

"Gini amat kelas kita sekarang Ka, gak kayak kelas yang dulu. Aku takut setiap melihat sosok wanita tua dipojok kelas dengan wajah yang sangat pucat. Banyak sekali bercak-bercak darah yang mengalir di seluruh bagian tubuhnya." kata Aira memberi tau Azka dan Agatha tentang apa yang ia dan batin nya lihat.

"Itu yang kamu lihat Ra? Mungkin saja apa yang kamu lihat ada kenyataannya." kata Azka membingungkan.

"Maksud kamu Ka?" tanya Aira.

"Aku denger cerita dari satpam sekolah kalau disini dulu ada pembantaian dan pemerkosaan para remaja, iya sebelum dibuat sekolahan sekarang ini. Dan aku belum tau jelas apa maksud pembantaian ini para remaja dibawah umur." jelas Azka.

"What?untung aku enggak ada ditempat ini dulu, kalo iya kalian berdua pasti bakal sedih dan kesepian sekarang, hahaha.!" kata Agatha memecahkan suasana yang sedang tegang.

"Mulai dah ni anak narsis nya!." kata Aira sedikit membelalakan matanya.

Agatha tertawa.

"Eh kok udah jam segini gurunya belum masuk kelas?" kata Azka sambil sesekali melirik jam tangan hitamnya.

"Palingan males masuk, ya gapapa kan kalo kita free class hari ini." seru Agatha.

Sepertinya dunia ini seakan milik mereka bertiga, mereka tidak memperdulikan banyak pasang mata yang kini tengah memperhatikan mereka.

Bel istirahat pun berbunyi...

Semua siswa berhamburan keluar kelas, ada yang ingin ke kantin ada juga yang ingin duduk ditaman dekat lapangan basket. Tapi hari ini Aira tidak ingin kemana-mana, ia hanya ingin diam tenang dikelasnya.

"Aira, kamu dipanggil ke Aula sama buk Diana." kata seorang siswi yang sekelas dengan Aira.

"Oh iya nanti aku kesana, makasi info nya" ucap Aira membalasnya.

Aira pun segera berjalan menuju aula yang tak jauh dari kelasnya, ia berjalan dengan teman satu kelasnya yang sama-sama dipanggil untuk pergi ke Aula. Sesampainya di Aula, Aira melihat buk Diana sedang membagikan brosur brosur.

•••

Vote + comment + fallaw







『ᴅᴏɴ'ᴛ ʙᴇ ᴀʟᴏɴᴇ』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang