Part 3

1.5K 244 33
                                    

Jo pulang ke apartemennya menenteng jas serta tas kerjanya. Pintu terbuka dan otomatis lampu depan menyala. TV menyala karena sedang ada yang menontonnya. Ia memejamkan mata sebelum melanjutkan langkahnya. Nuria sedang tiduran di sofa sambil menonton TV. Ia tersenyum saat melihat Jo yang baru pulang. Di atas meja banyak bungkus cemilan yang berantakan.

Nuria menyadari tatapan tidak suka dari Jo. "Maaf nanti aku rapihkan." Ia buru-buru merapihkan bungkus cemilan itu dimasukannya ke dalam kantung plastik dari swayalan. "Aku lapar jadi aku beli cemilan."

"Dikulkas ada makanan."

"Susu dan sereal saja, aku tidak suka," jawab Nuria sekenanya. "Tiap hari makan seperti itu apa tidak bosan? Punya uang banyak kok tidak makan enak. Sayangkan, lebih baik nikmati hidup." Jo menatapnya dingin. "Oh, maksudku itu saja.. Ya.." Nuria nyengir.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak nikmati saja hidupmu di jalan?" tanya Jo dengan kejamnya. "Aku tahu, kamu pasti lebih menyukai itu, kan?" Nuria diam seribu bahasa. Ia sendiri saja tidak bisa menikmati hidup tanpa uang. Apalagi tidur dijalanan. Uang beli cemilan saja itu dari kantung celananya. Sisa kembalian entah darimana dirinya lupa. "Jangan menasehati orang lain sebelum kamu mengalaminya." Jo berlalu pergi.

Nuria memukul bibirnya, "dasar mulut bodoh! Kenapa kamu bicara seperti itu. Jo itu bukan laki-laki yang bisa di ajak bercanda. Dasar bodoh!" gerutunya kesal sendiri. "Baru kemarin aku menikmati hidup. Sekarang sudah jadi gelandangan. Tidak punya uang, atm dan lainnya kenapa harus ketinggalan di rumah! Argh!" teriaknya kesal sendiri.

"Berisik!" teriak Jo. Nuria langsung menutup mulutnya.

"Disini aku tinggal dengan macan. Kuatkanlah hatiku sampai Daddy menjemput dan meminta maaf padaku. Tapi kapan? Aku tidak mau tinggal di sini. Tapi aku tidak punya pilihan lagi," desahnya.

***

Pagi-pagi sekali Nuria mendengar suara di ruangan lain.  Seperti orang yang sedang berlari. Matanya terbuka sedikit demi sedikit. Ia penasaran lalu bangun untuk melihatnya. Lampu ruangan itu menyala. Nuria mengintip dari celah pintu. Ia melihat Jo sedang berlari di treadmil yang memunggunginya. Pundaknya yang lebar, berotot dan berkeringat membuat Nuria terpukau. Pemandangan pagi yang menyegarkan sekaligus menggerahkan.

Jo tahu jika ada yang mengamatinya. "Jangan mengintip seperti pencuri," lanjutnya.

Nuria ingin pergi namun rasanya terlambat. "Aku tadi mendengar berisik jadi bangun." Ia memilin ujung jubah tidurya. Jo mematikan treadmil nya lalu berbalik.

"Maaf menganggu tidurmu. Tapi ini memang jadwalku olahraga."

"Ya, aku mengerti." Nuria menunduk.

Jo melihat dari ujung kaki sampai atas Nuria. Gadis itu mengenakan gaun tidur berwarna hitam yang memamerkan tulang belikatnya. Agak rendah dibagian dada tidak tertutup jubahnya. Pria itu menghela napas. Nuria mempunyai tubuh yang profesional bak model. Tidak heran ia menjadi sebagai Selebgram meskipun bukan model yang sebenarnya. Rambutnya yang panjang dan bergelombang belum lagi kakinya yang jenjang. Jo berdehem sendiri.

"Aku mau mandi," Jo harus pergi menjauh. Terutama matanya yang seakan tertuju pada tubuh Nuria.

"Ya mandilah," ucap Nuria bersemangat. Jo memincingkan matanya. "Maksudku, kamu kan mau berangkat kerja jadi harus mandi. Jo," panggilnya saat pria itu hendak keluar. "Boleh aku menggunakan peralatan gymmu? Aku juga biasanya berolahraga."

"Pakailah," ucapnya singkat.

"Terimakasih Jo" ucap Nuria senang setelah di izinkan untuk menggunakan peralatan gym milik Jo.

Stay With Me (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang