Bab 5. Diusir

19.4K 1.6K 279
                                    

Regan memutuskan untuk datang ke rumah Sydney, ingin meminta penjelasan sekaligus mengembalikan tas cewek itu. Tapi begitu tiba di depan pagar tinggi rumah mewah tersebut, Satpam melarangnya untuk masuk.


"Saya ini temannya, Pak," beritahu Regan agar satpam tersebut mengerti.

"Maaf Mas, Mbak Sydney melarang kami untuk menerima tamu yang belum pernah datang ke rumah ini. Apalagi saya baru hari ini melihat Mas, itupun Mbak Sydney tidak mengajak Mas masuk kedalam. Jadi kami tidak bisa mengizinkan Mas untuk masuk," tolak Satpam berkumis tebal itu.

"Kak Regan?"

Regan menoleh ke belakang dan melihat Chelsea sedang menatapnya. Seorang Ibu-Ibu berdiri di belakang Chelsea, mendorong kursi roda tersebut mendekat kearahnya.

"Hai, Chelsea..." Sapa Regan.

"Kakak ngapain disini? Belajar kelompoknya udah selesai?" Tanya Chelsea.

"Belum. Ini mau ngembaliin tas kakak lo," beritahu Regan.

"Loh, kok tas Kak Sydney bisa ada sama Kak Regan?"

"Nggak tau tuh, kakak lo tiba-tiba main pergi aja."

Chelsea mengangguk. "Ayok kak masuk, di luar panas," ajak Chelsea.

Regan baru akan melangkah, Pak Satpam nan rese itu kembali menghalangi. "Maaf Mbak Chelsea, sesuai perintah dari Mbak Sydney, kami dilarang untuk..."

"Selain kak Sydney, saya juga pemilik rumah ini kan Pak? Dia teman saya, jadi berhak saya ajak masuk," Potong Chelsea.

Tiga Satpam itu langsung terdiam. Mereka akhirnya mundur dan mengizinkan Regan untuk masuk. Meski begitu wajah mereka tetap was-was, takut bila Sydney marah.

"Biar saya aja Bu," Regan ingin membantu mendorong kursi roda Chelsea.

"Panggil aja Mbok Nah. Mbak Sydney dan Mbak Chelsea manggilnya begitu," ujar Mbok Nah dengan ramah.

"Iya Mbok Nah," ulang Regan.

Chelsea mengulum senyum tipis, dia merasa sangat diperhatikan oleh Regan. Cara Regan yang sopan membuatnya berbunga-bunga.

Begitu mereka sampai di ruang tamu, Chelsea tiba-tiba bangun dari kursi roda dan berjalan menuju sofa. Membuat mata Regan terfokus pada kedua kaki cewek itu.

"Lo... Bisa jalan?" Tanya Regan hati-hati, takut bila Chelsea tersinggung.

"Bisa dong. Aku itu nggak boleh kecapean, makanya perlu kursi roda. Tapi kalo cuma selangkah dia langkah masih bisa lah..." Saat mengatakannya, Chelsea sama sekali tak merasa gengsi, malah dia terlihat begitu percaya diri.

Regan mengangguk. Dia ikut duduk di sofa yang bersebelahan dengan Chelsea. "Lo... Sakit apa?" Tanyanya, juga dengan berhati-hati.

"Leukimia stadium 3," lagi-lagi Chelsea tersenyum tanpa beban. Padahal penyakit yang disebutkannya itu adalah penyakit berat yang sudah untuk disembuhkan. Sudah stadium 3 pula.

"Sorry..."

"Nggak papa, udah biasa. Lagian sehat dan sakit itu kan pemberian Tuhan, jadi harus dinikmati," ucap Chelsea begitu bijak.

SydneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang