#6

21 5 0
                                    

"mas. Jalannya agak ngebut ya. Saya buru-buru ni. Udah telat masuk sekolah" dumel Maria saat berada dijalan.

"gabisa mba. Disana macet banget. Udah siang soalnya" Maria sangat gelisah sekarang, pasalnya hari ini ia ada ulangan harian. Ia tidak ingin mengikuti ulangan susulan karena ia tidak akan bisa menyontek pada Amel nanti.
.
"yah kan. Udah ditutup ni gerbang. Mana si pak Amin. Mau ga ya dia gue sogok. Ini semua gara-gara edo pokoknya. Ya walaupun salah gue juga karna lama bangunnya. Tapi tetep aja ini salah edo."

"neng Maria? Ko baru dateng?" ucap Pak Amin si penjaga sekolah tanpa ada niat membuka gerbang

"Maria tadi kesiangan paak. Bukain Maria pintu yaa pak? Pliissss. Maria ada ulangan hari ini"  Maria langsung menyatukan tangan sambil memelas

"gabisa neng. Maaffin bapak ya.. Bapak gabisa bukain, kecuali ada izin dari guru"

"nanti Maria traktir mie ayam sekalian rokok sama kopinya deh. Tapi Pak Amin bukain gerbangnya"

"ga deh neng. Kalo bapak gajian juga bisa bapak beli mie ayam, kopi, sama rokok. Bapak ke pos dulu ya neng"

"gimana yaaa. Pasti udah mulai ni ulangannya. Lagian pak Amin sombong banget gamau dibeliin mie ayam."

Sambil berfikir akhirnya Maria sekarang berjalan menuju gerbang belakang. Ia pernah dengar cerita Edo, Edo bilang banyak anak siswa bahkan siswi jika telat lewat pintu belakang. Bahkan Maria tidak pernah berfikir untuk melakukan ini. Tapi apa boleh buat untuk sekarang.

"Tinggi amat dah ini gerbang. Manjatnya gimana dah"  Maria hampir saja putus asa sampai tiba-tiba ada seorang anak laki-laki membawa tangga. Sepertiny ia juga telat

"eehhh. Gue duluan ya_--- Eh. Ka raffel. Lo telat?" ucap Maria bingung karena tatapan Raffel

"hm. Lo?" jawab cowok itu masih menatap ke arah Maria

"iya. Tadi gue ketelatan karena si Edo. Gue kesel banget dia ninggalin gue gitu, -----"

"terus, lo mau naik apa tetep mau cerita?" kesal karena ucapannya terpotong Maria langsung naik mendahului Raffel. Sedangkan lelaki itu sekarang memegang tangga agar tidak jatuh

"pegangin ya ka tangganya. Nnti gue jatoh. Ohiya merem ka. Awas lo ngintipin gue"  Raffel hanya menghela nafas dan menutup matanya dengan sebelah tangan, sebelah tangannya yang lain sibuk memegang tangga

"Aduuuhhh" teriak Maria saat ia sudah masuk ke dalam sekolah.
Tak lama Raffel turun tanpa jatuh. Maria yang melihat itu hanya kesal karena Raffel jadi besar kepala sekarang

"bantuin kek. Gapeka banget dah jadi manusia." kata Maria masih terduduk. Sedangkan Raffel hanya sekilas melirik ke Maria dan langsung clingukan ke sekitar.

"lupa kalo dia ini batu" dumel Maria saat ia sudah berdiri, langsung membersihkan rok ya yang kotor.

"ayok ikut gue." Maria terkejut karena tiba-tiba Raffel menarik tangannya.

"aduh ka. Lo kebiasaan banget si narikin tangan gue. Emang gue kambing apa ditarik-tarik" masih mengikuti arahan Raffel. Sudah memasuki koridar sekolah yang terlihat sepi karena sudah memasuki jam belajar.

"lo masuk kelas. Gabakal ketauan sekarang." Maria tersadar ia sudah berada di depan kelasnya. Entah kemana fikirannya pergi tadi.

"yauda ka. Makasih ya. Gue masuk duluan. Lo juga jangan sampe ketahuan" ucap Maria gugup.
Tidak ada kata apapun lagi. Raffel langsung beranjak pergi. Tidak berlari. Hanya berjalan santai. Tidak gelisah seperti tadi ia mengantar Maria ke Kelasnya . Maria masih berada depan kelas. Tak bergeming sampai di belokan koridor ada pak Abeng disana. Memarahi Raffel. Dan Raffel hanya mengikuti apapun yang pak Abeng bilang sambil tangan kanannya kebelakang punggung mengisyaratkan jika Maria harus masuk.
.
Saat Maria membuka pintu sudah siap menghadapi bu Yani sang guru killer. Tiba-tiba kelasnya jadi sepi. Tidak ada guru hanya ada teman-temannya yang sekarang menatap ke arah Maria heran, yang tadi semua terpusat pada Maria sekarang sudah sibuk ke fokusnya masing-masing.

Maria??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang