#8

27 3 0
                                    

"Alhamdulillah selesai." Akhirnya Maria bisa bernafas lega sekarang. Setidaknya hukumannya tidak sampai malam. Ia bisa menyelesaikannya sebelum senja di gantikan oleh bulan.

Raffel? Ia ada di koridor bagian bawah. Entah sudah sampai mana lelaki itu mengerjakan hukumannya. Maria menyusul Raffel yang ada di bawah. Koridornya sudah bersih. Tapi tidak ada siapapun disana. Mungkin ia sudah pulang.

 Maria tampak terkejut karena ada laki-laki  di belakangnya. Berjalan dengan tangan yang berada di saku. Maria langsung menyamakan langkah nya dengan Raffel

"Lah. Lo belum pulang ka?"  Tak ada jawaban. Lelaki itu langsung meninggalkan Maria beberapa langkah. Maria langsung mempercepat jalan. Menyamakan lagi langkahnya dengan lelaki itu

"Ka nebeng ya?" 

"ga!"  Maria langsung memanyunkan bibirnya. Ia malas jika harus naik angkutan umum.

Saat Raffel hendak menjalankan motornya, Maria langsung naik tanpa disuruh. Membuat Raffel jadi tak seimbang

"Lo ngapain si?" tanya Raffel dengan sinis

"nebeng dong ka. Kalo gue di apa-apain sama orang dijalan gimana?, kalo gue diculik gimana ka?

"Siapa si yang mau nyulik lo? Orang juga liat-liat kali. Turun lo."

"Engga!" Maria tetap tak mau turun.

"Turun" ucap Raffel dengan penekanan

"Kalo sampe lo turunin gue. Gue bakalan teriak. Gue bakal bilang sama warga deket sini kalo lo mau nyulik gue."

" Nyusahin ya lo."

Dengan kesal Raffel langsung menjalankan motornya. Ia malas berurusan dengan banyak orang.

🐢🐢🐢

"woi dek. Bangunnn"  Teriak Langit dari depan pintu kamar Maria. Iya. Langit sekarang ada dirumah. Ia ingin menjenguk adiknya.

"Ngapain si ka. Gue ngantuk nih, lagian ngpain si gedor-gedor. Pintunya ga dikunci"
Langit langsung masuk. Ia tahu jika pintu tidak dikunci. Ia tidak ingin masuk tanpa izin. Langit duduk di bibir kasur adiknya itu.

"gue bawa makanan ni. Lo gamau?"

"Engga laper." Ucap Maria menutup wajahnya dengan bantal

"Es greentea nya buat gue aja deh kalo gitu."

Mendengar kata greentea Maria langsung bangun. Duduk dan menatap kaka kesayangannya itu.

"Mana? Awas aja lo berani minum es gue."

"Yang beli kan gue."

"Tapikan lo belinya buat gue. Mana esnya?"

Langit mengacak rambut Maria. Tertawa karena merasa lucu. Ternyata Maria tetaplah Maria. Masih adiknya yang kecil.

.

"papah dari kemarin ga balik dek?" Tanya langit pada Maria saat di ruang makan

"mmm, engga. Mungkin sibuk ka" jawab Maria ragu. Ia takut kakaknya itu marah

"betah banget di rumah si pelakor."

"Udah deh ka. Mungkin papa banyak kerjaan, gue juga baik-baik aja ko"

"elo tuh terlalu baik dek sama papa."

Maria??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang