3

621 11 2
                                    

Kana's POV

Sebetulnya apasih yang membuat kita ga punya kendali akan debaran jantung sendiri?
Kaya mulut deh. Mulut tu bisa direm biar engga keceplosan ngomong ini itu yang ga penting. Mulut juga bisa direm biar ga makan mulu (ini sih asli susah ya #DietMulaiBesok)
Tapi kenapa kita ga bisa kendaliin jantung kita? Kenapa kita ga bisa atur biar dia biasa aja detaknya, ga tiba-tiba jadi super kenceng dan ga beraturan gini.
Halo, jantung, kamu bisa biasa aja ga sih degdegannya? Hm?

Kulirik jam tangan, jam 9.45
Aku harus presentasi jam 10.00
Oke. Masih ada waktu, meskipun mepet.
Jadi aku masih duduk diam di dalam mobil, genggam stir mobil erat-erat sambil degdegan super parah dan panik, antara harus segera turun biar ga telat presentasi atau tahan sebentar lagi di dalam sini, karena kalau turun sekarang, aku bakal papasan sama Gaga di loby kantor.
Parahnya mungkin aku bakal satu lift sama dia ke Meeting Room di lantai 9.
Aku belum siap ketemu dia lagi, ngga hari ini deh pokoknya.

Iya, dia ada di situ.
Berdiri menunggu lift sambil minum kopi dan tangan kanannya asik mainan handphone.
Dengan trouser navy dan kemeja pale blue, semacam warna awan waktu langit lagi cerah.
Anjir, itu laki kenapa well dressed banget sih?
Ayodong buruan naik lift, ck!

"Bu Kana? Mau dibantuin cari parkir?" Pak Asep, security kantor yang bertugas jaga di loby tiba-tiba mengetuk kaca jendela.

"Astaga Pak Asep! Kaget!" Megap-megap aku melorot di sandaran kursi.

"Maaf Bu Kana hehe," Pak Asep nyengir lalu melanjutkan "abisnya udah lima menit lebih ga parkir juga, saya mau bantuin, gitu."

Aku menatap kesana kemaru lagi ke dalam kantor untuk memastikan bahwa tidak ada sosok Gaga di sana. Barulah aku putuskan untuk turun dan menyerahkan mobil ke Pak Asep.
Pak Asep terlihat ikut celingukan ke dalam.

"Ngapain Pak?" Tanyaku.

"Ikutan Ibu aja biar seru. Ibu ngapain? Cari Bapak?"

"Ngga. Celingukan aja biar seru dan diikutin! Udah ah aku mau masuk."
Masih jam segini aku sudah emosi. Tahan. Sabar.

"Pagi Bu Kana," Sapa Astrid yang berjaga di meja receptions saat aku lewat. Alis matanya belum sempurna, baru sebelah kanan yang jadi, dia belum menggambar yang sebelah kiri.

Aku isyaratkan tangan ke alis kirinya, dia tersenyum, "Aduh Ibu, malu akutu."

"Bapak udah dateng, Trid?" Tanyaku.

"Udah Bu, langsung ke Meeting Room, tadi Wina yang antar."
Fyi, Wina adalah Personal Assistant dari COO kami.

Aku ber-oh-ria sebentar.
"Yaudah saya naik deh. Tolong pastiin Sharehuny sama Galih dateng tepat waktu ya, makasi Trid." Kataku. Lalu aku berbalik dan berjalan menuju lift.
Sial, masih di lantai 23.
Sudah jam 9.49, aku ga boleh telat sampe ke lantai 9 untuk meeting.
Sempat mikir untuk naik tangga aja, tapiiiii gila juga rasanya ngga tidur semalaman dan sepagi ini harus presentasi terus naik tangga, yang ada aku melayang!

"Baru sampe?"

SUARA GAGA! ADA DI BELAKANGKU!

Aku menoleh pelan, berusaha tidak kaget dan biasa aja.
Kok dia masih ada di sini sih? Bukannya tadi lagi nunggu lift naik ke atas ya?

"Hai Ga. Iya baru sampe tadi agak lama cari parkiran." Jawabku asal.

"Tadi aku mau jemput." Kata Gaga pelan.

Aku menaikkan alisku.
"Hah? Jemput? Siapa?"

"Ngga, tuh liftnya sampe." Dengan isyarat dia menunjuk lift yang sudah terbuka.
Kok ga kedengaran ya suara liftnya sampe?

Tadi dia bilang apasih?
Jemput?
Siapa?
Aku?

Kana and GagaWhere stories live. Discover now