Meeting berjalan lancar dan selesai tepat sebelum makan siang.
Syukurlah aku masih punya energi yang tersisa untuk fokus selama meeting berlangsung, meskipun semalaman belum tidur. Dan tentu aja semua itu harus aku lalui dengan berusaha tegak menahan kepala yang berasa kosong melompong alias, kaya mau ketiup sama dinginnya air cooler di ruangan ini. Lo mesti tau deh gimana rasanya ngga tidur seharian trus pagi mesti ngantor. Would not recommend it to you, but if you really wanted to know then you're free to try this at your own risk lol
Habis ini aku harus minum kopi untuk ngeboost energi, yah minimal ngga loyo loyo amat deh sampe tar sore. I didn't really need to stay at office tho, aku bisa aja balik dan tidur, merestored lagi energiku buat besok-besok berhadapan sama Gaga di kantor. Tapi kali ini ada pendingan pekerjaan yang harus banget aku selesaikan di kantor, dan aku ga mau bikin excuse untuk menunda itu. Oh well, serius, aku suka lemes gitu kalau mesti berhadapan sama dia, terlebih setelah kecelakaan semalam. Kaya.. ga bertulang. Atau kaya ketika lo udah dapet. You know what I mean.
Nah, dari pernyataan barusan aku akui bahwa memang Gaga bukanlah laki pada umumnya. Okelah, aku suck banget dalam menggambarkan sosok seseorang secara detail, tapi bukan berarti ga bisa ya. Jadi aku akan coba. Gaga itu tinggi banget, aku sama dia ada kali selisih 20cm. Badannya berisi. Bukan gendut, berisi tuh kaya.. mateng. Kaya liat badannya NicSap, badannya Rio Dewanto, nah begitu menurutku badan yang berisi. Muscle ya sebutannya?
Pertama kali tau nama panggilannya, aku sempet ketawa. Orang macam apa sih, dipanggil Gaga? Kaya mie instant. Terus akhirnya aku cuma bisa melongo seketika pas berhadapan langsung sama orangnya, untuk kali pertama.
"Marhagandi Suryatama." Dia mengulurkan tangannya.
Aku menjabat tangannya. "Kana." Kataku singkat.
Dan sumpah, waktu itu aku mati-matian berusaha menghilangkan bayangan seseorang yang bertubuh pendek dengan badan gempal serta suka makan mie instant dari pikiranku, perihal sosok Gaga. Anjir, ini mah cakep banget!
Kami semua meninggalkan ruangan meeting setelah big boss melangkah lebih dulu dan keluar dari pintu. Dan saat itulah Sharehany langsung memboikot pintu ruangan meeting. Katanya, "Lo mau cerita detail di sini sekarang juga atau terima resiko seharian gue buntutin dan gue koa-koar nuntut lo, dengan satu resiko tambahan.."
"Iya iya, tapi jangan di sini. Kita kebawah aja, terus ngopi. Mau mati ngantuk banget gue." Kataku berusaha mengalah, sebelum ia jadi semakin berisik. Sungguh aku ngga punya lagi cadangan energi untuk mengimbangi keaktifan Sharehany. Kalau ada yang bisa menyaingi rekor siaran Gofar Hilman, mungkin Hany lah orangnya. Cuma dengan resiko dia bakal nyebarin aib semua orang. Atau, dia garing dan ga asik.
Mendengar jawabanku, dia tersenyum puas lalu menggelayut di lenganku, persis siamang. "Oke."
Begitulah kemudian kami turun dan menuju salah satu outlet kopi hits di sebelah gedung kantor.
Aku sama sekali ga ketemu Gaga, baik di lift, di depan ruangan divisinya maupun di pakiran. Mobilnya juga ga ada. But screw him, ngapain peduli juga sih sama fakboi? Duh Kana, lo bener-bener deh. Inget, lo ga boleh terjebak drama remeh di kantor. Fokus!
"Kok bisa sih, Kan?" Tanya Hany saat kami sudah berada di outlet kopi hits tersebut.
Aku bergidik pada pemandangan mulut penuh ditambah cuap-cuap ala Sharehany. "Tu mulut kosongin dulu baru ngoceh. Asli deh, gue takut lo keselek trus pingsan."
"Ye, gue sih udah master banget begini."
"Idih, jijik."
"Sialan lo, kirain beneran peduli sama gue, takut gue keselek cheesecake." Ia misuh misuh sambil menghentikan kegiatan memamahnya. "Jawab dong, kok bisa?"
Jujur, untuk cerita ke Hany pun aku nervous. Cause I really don't know why do we do that last night, me and Gaga. It's just happened, and... I thought that my body couldn't resist it. The kisses, the touch, the way he calls my name right at my ears. It's just naturally happens. Maybe it's because I knew things about him. He's smart, cool, well dressed, and some of co-workers are really into him even tho he's never make it clear if he's available or not. I guess he just like to fooling them around. Dan yang paling penting adalah, gue bereaksi terhadap dia. Ngerti kan?
"Ngga tau, Han, sumpah. Ya terjadi aja. Emang lo kalau mau zina direncanain dulu apa gimana?"
Sharehany sewot. "Bukan itu, anjir. Maksud gue, apa selama ini sebenernya kalian udah saling suka satu sama lain? Setau gue, cuma orang mabok yang bisa exe sama siapa pun sembarangan gitu. Tapi ini kan beda. Ini seorang Kana dan Gaga gitu loh!"
"Yah, Kana dan Gaga kan juga manusia.."
"Iya tapi kan lagi sober, KAN?" Hany nyolot sambil melotot. Mulutnya maju sampai 5 senti.
"Iya sober, cuma udah malem banget doang."
"Jujur deh, lo suka Gaga ngga?"
"Ngga!" Kali ini gue yang sewot ke Hany.
YOU ARE READING
Kana and Gaga
RomanceAt some point in your life, you'll find him; the one who makes you fall unexpectedly and too damn deeply. - K It's something about her lips, or her hips. It's something in the way she moved. I don't know exactly which one. But it's her. It's always...