Aku terus memandang buku novel "I do (But, I Don't)" karya Cara Lockwood di tanganku tanpa membacanya. Padahal baru saja aku mendapati kisah ketika Lauren bertemu dengan Nick Corona di pesta pemadam kebakaran. Tetapi, tiba-tiba konsentrasi ku terbuyarkan karena Taeyong terus menerus memandang ku, seakan-akan dia ingin memperhatikan satu persatu keringat dingin ku yang keluar mencuat karena tatapannya yang tajam itu.
Aku mendesah, "kenapa?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya. Sekarang Taeyong ada di depanku—tadi dia tiba-tiba sudah duduk di samping ku setelah pulang dari kantin, mungkin.
"Aku hanya ingin melihat wajah manis mu." Ujar Taeyong. Membuat pipi ku merona. Dia benar-benar tidak tau ya, kalau sikap dia yang seperti itu membuat jantung ku ingin berontak keluar sekarang juga!
Aku menoyor wajahnya kesal. Ya kesal sekali sampai-sampai aku benar-benar ingin mendaratkan ciuman paling maut ku kepadanya. Dia nggak pernah tau kalau aku sudah lama ingin menciumnya dalam-dalam, bukan cuma ciuman di pipi seperti yang dia lakukan sekarang. Ciuman di pipinya yang barusan tadi adalah ciuman ke-20 hari ini. Dua ciuman di pipi ku lagi berarti dia sudah memecahkan rekor mencium pipi ku terbanyak dalam sehari.
"Ya! Bagaimana kalau, kau itu cewek yang jelek!" Aku melototinya, berharap mataku menyembul keluar membuat dia terbirit-birit. Setelah itu dia ditahan karena sudah melakukan tindakan kekerasan—aku tidak mengerti kekerasan jenis apa, bukan urusanku.
"Ih! Aku gak jelek sama sekali!" aku memalingkan wajah ku. Pura-pura marah. Dia berjalan mendekati ku dan aku entah sengaja atau benar-benar tidak sengaja membiarkan dia mencium ku lagi.
Munafik sekali jika aku katakan aku tidak suka dicium olehnya. Bukan karena aku murahan, tapi aku memang suka sekali dengan bibirnya yang menempel di pipiku. Aku nggak pernah bisa terima kenyataan kalau Taeyong hanya sahabatku yang mesum. Mungkin mesum istilah paling pas untuk dirinya—padahal dia sama sekali belum pernah macam-macam padaku kecuali mencium pipi ku.
Dia nggak tau kalau aku punya perasaan khusus buat dia. Tapi, jangankan untuk mengatakan perasaan ku kepadanya, menatap matanya saja aku bisa saja dibawa ke ruang gawat darurat oleh ambulan. Setelah itu orang-orang akan menertawai kebodohanku. Taeyong akan bersumpah untuk tidak pernah menyapa ku lagi. Ending yang horror.
"Hey... sorry.... aku cuma bercanda Luce." Dia mencium ku lagi berarti itu rekor. Apa aku saja yang menghitung berapa kali dia mencium ku. Oh memalukan.
"Taeyong udah deh," aku beranjak dari tempat duduk ku dan meninggalkan dia sendirian. Dia menatap ku bingung, aku bisa menatap dari sudut mataku ketika aku melewatinya. Aku kira dia akan berusaha mencegah ku untuk melarikan diri ternyata salah sekali.
Ketika melewati pintu kelas aku mendapati Mag—kekasih Taeyong, aku benci sekali untuk menerima kenyataan itu—masuk ke dalam kelas. Sebenarnya aku tidak mau tahu apa yang mereka lakukan. Tapi, rasa ingin tahu ku yang besar mendorong ku agar aku mengintip mereka dari jendela kelas. Taeyong sama sekali tak menyadari ku apalagi Mag.
Aku menahan napas ku ketika Mag mencium bibir Taeyong dengan leluasa. Ini bukan pertama kali aku melihat mereka berciuman. Bahkan aku sudah pernah melihat mereka ciuman dengan terang-terangan di depan ku.

YOU ARE READING
Good Kisser [Taeyong's Fanfiction]
Fiksi PenggemarYou love him but he belongs to other. What should you do?