-five

793 66 5
                                    


Akhirnya aku sampai di kamarku. Kamar yang berisi banyak kenangan. Berisi empat kasur berjejer yang menjadi saksi bahagia dan sedihku sejak kecil. Meja belajar mini berbahan kayu sederhana tempatku membaca buku. Dan sebuah lemari khusus yang berisikan barang barang masa kecil kami.

Yang kumaksud kami adalah, aku, kak Eunha, kak Jihyo, dan Yuqi. Di kamar kecil ini, aku menghabiskan waktu bersama mereka. Kami sudah seperti saudara kandung, karena kami sangat kompak. Sebelum kesibukan memasuki kehidupan kami, tiap akhir pekan selalu diisi dengan berbincang dan mencurahkan isi hati masing-masing. Sebegitu percayanya kami terhadap satu sama lain, tak ada satu pun yang disembunyikan.

Tidak ada yang menyambut kala aku datang. Pantas karena para penghuni yang lain sedang pergi. Kak Jihyo belum selesai kuliah, kak Eunha yang tak kunjung pulang dari minimarket, dan Yuqi yang mungkin masih bekerja.

Kak Eunwoo entah pergi kemana setelah aku masuk kamar. Mungkin bertemu anak-anak kecil yang ada disini.

Tiba tiba aku teringat sesuatu. Sinbi. Aku langsung saja bergegas menuju lemari, dan mencari kotak milikku. Aku ingin mencari sesuatu, siapa tahu ada barang yang belum aku lihat sebelumnya.

Setelah mengacak acak isi kotak, aku tak sengaja menemukan sepucuk surat beramplop biru pastel terselip diantara album foto. Belum pernah kulihat surat itu sebelumnya. Atau, aku saja yang lupa akan surat tersebut?

"Umji! Kakak rindu sekali denganmu!" baru saja akan kubaca surat itu, ada tangan yang memeluk pinggangku. Dari suaranya, itu kak Eunha. Aku meletakkan surat tersebut di atas meja belajar lalu duduk di kasur.

"Iya, kakakku sayang. Jika aku belum pulang, mengapa aku bisa disini?" aku tersenyum dan mataku kemudian memandang sebuah kantong plastik yang dibawa kak Eunha. "Apa yang kau bawa, kak?"

Kak Eunha menyerahkan kantong plastik itu padaku. "Ini jajangmyeon instan terbaru, aku melihat iklannya di televisi. Karena aku penasaran jadi aku beli saja" jelasnya. Kak Eunha lalu menyeduhkan dua dari empat bungkus jajangmyeon instan tersebut. Beberapa menit setelahnya, ia membuang air yang digunakan untuk menyeduh lalu menuangkan bumbu di atas mienya.

Jajangmyeon hangat terasa sangat sedap dan pas sekali dinikmati di cuaca yang dingin seperti sekarang. Tambahan sosis dan keju mozzarella menambah kenikmatan jajangmyeon.

"Hei, kalian berdua. Enak sekali kalian makan tanpa mengajakku. Umji, kenapa kau tidak memanggilku saat Eunha pulang?" tanya kak Eunwoo tiba-tiba di depan pintu.

"Untuk apwa juga mengajwak kakwak makan? Dan kena-pwa kakak mencari kak Eunha?" kubalas tanya dengan mulut penuh.

"Tidak apa apa, aku hanya rindu padamu, Eunha. Sudah lama kita tak bertemu" kak Eunwoo melirik kak Eunha. Yang dilirik pun tetap asyik makan.

"Sudahlah, kak Eunwoo. Jangan ganggu kami. Kami ingin berdua saja" usirku. Kak Eunwoo menatapku sarat kesal, namun pasrah pergi ke luar kamar. Aku terkikik melihat tingkahnya.

"Umji, apa kau ada berita baru?" kak Eunha memulai perbincangan yang tak akan selesai hingga matahari bersembunyi.

-WISH-

Sudah pukul sembilan malam. Waktunya aku kembali ke rumah Min. Rasanya sebentar sekali. Seperti baru saja makan dan sekarang pulang.

Aku membuka gerbang panti. "Bunda, kak, Umji pergi dulu ya" kataku lesu. Aku masih rindu dengan tempat ini. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus kembali bekerja.

Kak Eunha memelukku. "Kau ini bagaimana? Kita tidak bertemu hanya dua minggu saja, setelah itu kau akan kembali kemari lagi kan? Jangan seperti orang yang akan berpisah selamanya, Umji" Bunda hanya tersenyum melihat aku dan kak Eunha berpelukan.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang