[COMPLETED] JUST, LOVE.

PLEASE

say hello to this chapter....

"Apa sekarang kau menyesal?"

Aku hanya terdiam di samping bangku kemudi milik pria ini. Helaan napasku membuat tangannya mendarat di kepalaku dan mengusapnya. Air mata yang tidak bisa aku tahan terus saja terjatuh tanpa bisa lagi aku cegah.

Rasanya ingin mengumpat diriku sendiri.

Terdengar helaan napasnya yang juga berat. Entah hanya perasaanku atau ia memang merasa kasihan padaku. Sungguh aku tidak berniat menjadi gadis yang cengeng. Tapi perasaan ini sungguh menyiksaku.

Tundukku menjawab segala pertanyaannya dan membuatku tertarik ke dekapannya. Ia menggoyangkan tubuhku dan terkekeh. "Kau sungguh akan menyesal jika tidak berusaha jujur"

"Aku tidak tahu. Apa kau menyesal membantuku pergi dari sana?"

"Hm?"

Ku lepas pelukannya dan menatapnya. Matanya begitu jernih dan membuatku sangat tenang. Ya. Aku menyukai pria ini, bersamanya aku tenang.

Ucapanku tertahan. Bahkan aku merasa lupa ingin berbicara apa padanya. Biasanya aku akan dengan tenang mengatakan banyak hal padanya. Tapi tidak kali ini. Segala sikapnya yang selalu di luar dugaan membuatku hilang akal.

"Beri hatimu kesempatan. Jatuh cinta tidaklah salah. Kau hanya harus belajar bagaimana mengendalikan perasaanmu agar tidak terjerumus kebodohan yang mungkin akan kau sesali. Sungguh. Pikirkan semua dengan baik sebelum kau mengambil langkah yang salah"

"...kau bisa menyesal seumur hidupmu" Imbuhnya sembari memakaikan seat belt ku kembali dan tersenyum.

"I know it's over already."

"How do you know? You haven't doing your best to express your feeling. He doesn't know either"

Senyumannya.

Tawanya.

Sosoknya.

Kehadirannya.

Ternyata ia sepenting itu untukku.

Kembali membuat air mataku yang sudah kering kembali terjatuh. Bahkan tubuh ini menolak untuk ikhlas dan meminta otakku untuk mengikuti hatiku.

Aku memang menyukainya. Lebih dari apapun.

Ku usap air mataku dan menatap pria disampingku ini. "Boleh antar aku ke pesta?"

"Your wish is my command"