Prolog

60 14 5
                                    

Amanda's NOTE

Seoul, 23 Mei 2025.

Ternyata inilah akhir yang ku dapat setelah semuanya. Ada banyak hal mengejutkan terjadi dalam setahun terakhir. Bahkan aku merasa hal mengejutkan kali ini, lebih mengejutkan di banding saat pertama kali mendengar kabar, bahwa aku bisa melanjutkan kuliah di Korea, enam tahun silam. Hah, rasanya seperti baru saja terbangun dari mimpi indah. Dan ketika aku membuka mata, kini, hanya sebuah kehancuran yang bisa ku lihat. Hampa. Sunyi. Mencekam. Aku harus menghadapinya sekarang.

Amalia's NOTE

Seoul, 25 Mei 2024.

Lagi, lagi, dan lagi. Aku di sudutkan dengan semua hal, yang membuatku terlihat begitu salah di mata sepuluh sahabatku. Seperti biasanya, setelah menerima semua amarah, aku akan pergi ke tempat sepi, menyendiri, kemudian berakhir dengan aku yang lemah. Lucu sekali, aku punya sepuluh sahabat, tapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa menjadi tempat ku 'pulang'. Entah karna memang mereka yang tidak punya simpati untukku, atau karna aku memang tidak pantas untuk itu.

Azkia's NOTE

Seoul, 25 Mei 2024.

Aku menatap pantulan seorang perempuan yang sedang tersenyum sinis di cermin besar kamar mandi. Senyuman sinis, kilatan tajam terpatri jelas di wajahnya saat ini. Itu, adalah aku yang sebenarnya. Aku mengeratkan peganganku pada sisi wastafel, kembali terngiang dengan seluruh kejadian hari ini. Kepalaku tertunduk lemas meresapi semuanya lagi. Semuanya terasa benar dan salah di saat bersamaan. Aku menengadah, menatap kembali wajah seorang perempuan di cermin. Aku menatap dalam bayangan itu, sembari terus bertanya. Apa yang ku pikirkan? Apa yang ku inginkan? Bukankah seharusnya aku senang melihat dia menderita? Tapi... tapi kenapa hari ini, untuk pertama kalinya, aku merasa prihatin padanya?

Dena's NOTE

Seoul, 15 Juli 2020.

Aku baru saja menyelesaikan makan malam bersama sepuluh sahabat, yang sudah ku angggap seperti keluargaku sendiri. Saat di meja makan, Yasmin  berulang kali menanyakan keadaanku yang lebih sering melamun di banding biasanya. Bahkan di saat yang lain tertawa karna mendengarkan cerita lucu dari Dira, aku sama sekali tidak tertarik untuk itu. Bahkan untuk menarik seulas senyum saja sepertinya sangat sulit untuk ku lakukan. Sebenarnya bukan karna cerita Dira tidak lucu, tapi, fakta kalau aku baru saja melakukan kesepakatan dengan lelaki itu, adalah hal yang sangat mengangguku sejak tadi sore. Aku tidak bisa menolaknya, padahal aku tau kalau itu hanya akan menjadi masalah besar jika sahabatku yang lain mengetahuinya. Memangnya harus bagaimana lagi, aku terlalu di butakan oleh cinta sekarang.

Fadya's NOTE

Seoul, 4 Juli 2021.

Dengan satu kepalan tangan, aku memukul meja belajarku dengan sangat kuat. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengerti dengan apa yang sedang ku rasakan saat ini. Aku yang terlihat bahagia, aku yang tersenyum, dan aku yang beberapa menit lalu masih tertawa bahagia, itu hanyalah sebuah topeng yang ku kenakan untuk menutupi seluruh kekesalan dalam diriku saat ini. Aku tidak suka ketika melihat sahabatku yang lain, malah memberikan pujian pada dia. Aku benci saat sahabatku lebih mementingkan dia dari pada aku. Dan juga, aku lelah harus terus berpura-pura terlihat baik padahal aku jelas tidak sebaik yang terlihat. Aku ingin melepas topeng ini dengan segera dan bisa hidup dengan apa adanya diriku. Tapi aku tau, aku tidak akan pernah bisa melepas topeng ini, jika tidak ingin orang-orang yang ku sayangi pergi meninggalkanku.

SMELTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang