처음(Pertama)

36 9 4
                                    

Smelted

Sebelum mulai bca part ini, aku sranin buat klian yg belum bca K12 supaya bca part pas Epilog, biar bisa lebih ngerti dengan part pertama ini.

Dan satu lagi, lagu yg di mulmed itu cocok bnget buat part ini, so.. Klian bisa puter lgu itu smbil bca part ini.

Okay, happy reading :))

Gwanak-gu, Seoul.
2 April 2024.

Yasmin's POV.

Tepat hari ini, lima tahun sudah semuanya berlalu.

Pikiranku kembali melayang bebas, mengingat lagi momen lima tahun lalu, saat aku dan sepuluh sahabatku berada di bandara, sembari menunggu jadwal penerbangan kami menuju Korea tiba. Ketika itu suasana penuh dengan haru tangis kebahagiaan dan kebanggaan, bercampur sedih karna harus siap berpisah dalam jangka waktu cukup lama dengan keluarga masing-masing. Keadaan di bandara pada saat lima tahun lalu itu, masih tersimpan dengan begitu utuh dalam salah satu bilik memori ingatanku.

Satu hal yang sangat membekas adalah saat di mana, aku dan ayah duduk bersampingan di kursi bandara, kemudian kami berdua terlibat perbincangan ringan.

"Ayah masih tidak menyangka, jika salah satu anak ayah ternyata bisa kuliah ke Seoul. Rasanya seperti mimpi."

"Hah, ayah aja sulit buat percaya, apalagi Yasmin."

"Kalian bersebelas bakal tinggal di satu rumah yang sama, atau terpisah?"

"Kayaknya gak mungkin pisah deh yah. Soalnya yang Yasmin denger dari Bapak Kepala, rumah yang bakal kami tempati itu cukup luas. Juga, rumahnya ada dua lantai. Di lantai satu ada empat kamar, sedangkan lantai atas tiga kamar, walaupun satu kamar harus di tempatin sama dua orang, tapi Yasmin rasa cukup buat Yasmin sama temen-teman. Tapi, belum tau juga sih, liat nanti aja, kalo Yasmin udah sampai di sana, Yasmin pasti bakal telepon ayah sama mamah kok. Janji."

"Kamu keliatannya semangat banget, kamu gak sedih, bakalan pisah lama sama keluarga kamu di sini?"

"Ish, ayah ngomong apasih. Yasmin sedih, pasti. Apalagi kan, ini kali pertama buat Yasmin pergi ke kota yang bisa terbilang sangat baru untuk Yasmin, tanpa ada keluarga Yasmin, cuma sama temen-temen. Tapi ayah tau sendiri lah, gimana dulu Yasmin sangat memimpikan hari ini."

"Iya ayah tau." Ayah mengelus rambutku lembut, "Yasmin mau janji satu hal sama ayah??"

Aku menatap ayah cukup lama, hingga akhirnya mengangguk patuh.

Raut wajah ayah perlahan berubah menjadi serius saat berbicara padaku, ada begitu banyak emosi yang bisa aku rasakan dalam raut wajahnya.

"Kamu harus janji, untuk tidak pernah sekalipun melupakan ibadahmu, kamu harus tetap rajin shalat lima waktu, sesibuk apapun urusanmu di negara itu, jangan pernah coba untuk melupakan tugasmu sebagai seorang muslim, kamu mengertikan??"

Tangan ayah yang mengusap pucuk kepalaku beralih memegang kedua bahuku, "Ingat pesan ayah yang satu ini. Jika kamu sudah merasa lelah, maka pulanglah. 'Rumahmu' akan selalu terbuka untukmu. Tidak perlu begitu memaksakan diri. Dengan semua pencapaian ini pun kamu sudah membuat ayah sangat bangga, telah memiliki seorang putri sehebat dirimu. Tetapi kamu juga perlu ingat ini, Yasmin anak ayah, dia bukan orang yang mudah untuk memutuskan menyerah, dia adalah anak yang pemberani dan kuat. Ayah percaya itu." Ayah mengulas senyuman tipisnya, masih terus menatap ke arahku. "Ayah selalu mendoakanmu, di mana pun kamu berada nak. Ayah menyayangimu."

SMELTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang