Smelted
Author's POV.
Manda tidak peduli dengan suara-suara tawa, yang terdengar begitu ramai di luar kamarnya. Setiap harinya juga selalu saja begitu. Pagi Manda selalu di sambut dengan suara-suara berisik, entah itu suara orang yang sedang berdebat, suara orang tertawa, atau mungkin suara melengking dari salah satu sahabatnya yang bernyanyi.
Dan pagi ini, semua itu terulang lagi, bedanya, yang membuat suara dari luar sana terdengar lebih ramai, adalah karna kehadiran Lee Baekhyun. Tidak heran, mengingat sifat dari Lee Baekhyun, yang sama gilanya seperti sahabat-sahabatnya itu. Membuat mereka jadi sangat nyambung, jika di persatukan. Sebenarnya Manda juga sangat ingin ikut bergabung. Hanya saja sekarang, yang menjadi fokus Manda adalah, seseorang yang sedang menjadi lawan bicaranya di telepon.
"Oppa, kau tidak bisa begini! Kau sudah janji akan menjemputku ke kampus siang ini! Kau tidak bisa membatalkannya begitu saja!" Manda mengacak rambutnya yang memang sudah lebih dulu acak-acakan, dengan perasaan kesal. Ia terus mengomeli lawan bicaranya di telepon, tanpa henti.
Azkia yang jadi teman sekamarnya saja sudah beranjak dari kasurnya sejak beberapa menit lalu, sebab tidurnya terganggu oleh suara Manda, yang tempat tidurnya hanya terhalang oleh satu bentangan tirai tipis dengannya. Alhasil, Azkia lebih memilih mengalah dan pergi keluar. Dan mungkin sekarang, ia sudah ikut bergabung di ruang tamu, menghampiri Baekhyun dan sahabatnya yang lain.
Sahutan dari seberang telepon membuat Wajah Manda semakin tertekuk, mendengarnya.
"Aku tahu itu, makanya aku memberi tahumu soal ini. Supaya kau tidak menungguku menjemput siang nanti. Mianhe Manda-ya.."
"Kau gampang sekali mengatakan maaf begitu! Nasibku bagaimana?? Aku harus pergi dengan siapa ke kampus siang ini??"
"Kau punya sepuluh teman di rumahmu, kau bisa berangkat bersama salah satu dari mereka kan?"
"Iya, itu bisa saja kalau salah satu dari mereka, ada yang jadwalnya sama denganku. Tapi nyatanya, hari ini tidak ada satupun dari mereka yang jadwalnya bersamaan denganku." Manda mengembuskan napasnya pelan, kemudian kembali melanjutkan. "Apa aku sangat tidak penting di hidupmu?"
Terdengar suara helaan napas panjang dari seseorang di seberang telepon. "Manda-ya.."
"Jeno-ya.."
Helaan napas kedua lagi-lagi terdengar, "jangan seperti ini ku mohon.. aku sedang tidak ingin bertengkar pagi ini."
"Bertengkar katamu? Memang siapa yang mengajakmu bertengkar? Aku hanya bertanya, apa aku benar-benar tidak penting di hidupmu. Kau hanya perlu menjawab, iya atau tidak. Sudah begitu saja. Apa sesulit itu??" Manda melontarkan kata-katanya dengan suara yang pelan, tidak terdengar begitu menuntut, namun seakan memiliki sebuah makna yang begitu mendalam pada setiap baitnya.
Sehingga membuat Jeno terdiam cukup lama.
Percakapan mereka terhenti begitu saja, dengan telepon yang masih tersambung. Hanya suara hembusan napas satu sama lain yang terdengar.
Hingga akhirnya Jeno berdeham tipis, dan membuka suara. "Iya. Kau sangat berharga di hidupku Manda-ya. Kau mungkin merasa bingung, kenapa aku baru menjawab pertanyaanmu setelah terdiam cukup lama. Tetapi itulah kenyataannya, kau sangat berharga untukku Amanda, sampai aku sendiri butuh waktu untuk mengungkapkan segalanya." Jeno berucap dengan suara rendahnya. Siapa saja yang mendengarnya, di pastikan akan di buat merinding karnanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMELTED
Fanfiction[Update setiap Sabtu malam & Minggu malam] Setelah lima tahun bersama, apa yang akan segera terjadi? Hal yang sama sekali tak pernah mereka bayangkan, satu persatu terjadi. Bagaikan sebuah kemarau yang datang secara tiba-tiba, setelah bertahun-tah...