Metanoia ㅡ 1

13.5K 1.3K 229
                                    

🎵 Eyes on You ㅡ Ed Patrick


Atap belakang gedung sekolah menjadi tempat khusus untuk menenangkan diri, seperti biasa. Jika tidak berada di dalam kelas yang membosankan, si pemuda Kim dapat dipastikan akan berada di sini setelah membolos. Termenung sendirian menatapi pemandangan hiruk pikuk kota di siang hari, atau sekedar memejamkan mata dan terlelap dibawah terik matahari jika cuaca sedang bersahabat. Terkadang juga, ditemani seekor anak kucing calico yang entah ia temukan dari mana. Kedua jemari mengapit sebatang linting nikotin, dibiarkan tak acuh dan hanya menjadi hiasan diantara kesepiannya. Sesekali menjentik sisa abunya hingga separuh mengotori seragam putihnya yang teracak asal-asalan. Kacau sekali, tipikal siswa berandalan yang sialnya kelewat tampan.

"Hyung,"

Pemuda yang lebih tua melirik, menyunggingkan senyum retorik tanpa ada niatan untuk beranjak.

"Telat lima menit,"

Si Kim terkekeh sarkas, mengulum senyum saat bibir tipisnya menyesap rokok diantara jemari. Asapnya dihembuskan sembarang, mengepul bebas dan berbaur bersama terik udara siang ini. Membuat pemuda lainnya mendecih dengan satu sunggingan malas sebelum mengisi ruang kosong untuk duduk tepat disampingnya.

Aroma nikotin dari pemudanya nyalang menusuk penghidu. Pekat dan mencekat paru. Membuat Jungkook terbatuk untuk sesaat, namun kembali bernafas lega. Tak menyalahkan, seolah memang terbiasa.

"ㅡtidak pernah bisa tepat waktu."

Hari lain yang membosankan lagi, dan semuanya terasa sama saja. Muak, tidak menarik, dan melelahkan. Setidaknya, begitu rasanya sekolah bagi Kim Taehyung.

Sejak awal ia tak pernah dibuat tertarik dengan kehidupan sekolah. Selama ini ia hanya menjalani kewajiban saja, perintah orang tua. Setidaknya agar mereka tidak selalu mengoceh karena memiliki anak tunggal yang pembangkang.

Taehyung tidak suka diatur, itulah yang menyebabkan ia teramat tidak suka akan peraturan sekolah yang menurutnya tidak penting. Seringkali sengaja melanggar dan mengunjungi ruang konseling setelahnya, hingga semua itu seolah jadi rutinitas dari kegiatannya di sekolah. Taehyung sama sekali tidak merasa dirugikan dengan panggilan berandalan yang tersemat pada dirinya, juga, tidak pula pernah merasa diuntungkan dengan julukan jenius yang disandangnya.

Namanya menjadi posisi tetap pada peringkat teratas siswa tahun terakhir Sekolah Menengah Atas Gwangju, meskipun presensi kehadiran di kelas bisa dihitung jari. Nilai sempurna dalam setiap mata pelajaran, terdaftar sebagai salah satu siswa jurusan Fisika yang dikenal paling prestise, pun juga, menjadi bagian dari kelas unggulan bersama tiga puluh siswa terbaik lainnya. Tapi tetap saja, menurutnya tidak ada yang menarik dari semua hal itu. Karena bagi Taehyung, ia tidak pernah mempedulikannya.

Hidup menjadi orang bodoh pun tidak masalah, katanya. Toh, menjadi orang pintar pun tidak berguna. Manusia pada umumnya tidak memperlakukan orang lain selayaknya manusia, lalu, untuk apa otak pintar itu nantinya? Hanya berakhir sia-sia karena dijadikan sebuah idealis saja, menjijikkan. Taehyung benci orang-orang pintar, apalagi orang sok pintar.

Lantas Taehyung seringkali mempertanyakan, kenapa ia bisa sebegini jatuh cinta pada sosok siswa emas tahun pertama yang sombong itu? Sudah sombong, manja pula. Merepotkan. Sama sekali bukan tipikal Taehyung untuk berpacaran dengan sosok perfeksionis angkuh seperti Jungkook. Idealisme sempurna, belajar setengah mati hingga tidak pernah menikmati hidup, juga ambisi untuk meraih posisi teratas. Semua yang tidak Taehyung sukai ada dalam diri Jungkook. Tapi, ketika semesta telah menghendaki keduanya untuk jatuh cinta, mereka bisa apa?

"Berterimakasihlah karena aku masih mau menemuimu, brengsek. Kau menggangguku belajar sekarang."

Satu ulasan senyum remeh menyahutnya, "Salahku memacari siswa emas Gwangju,"

METANOIA ㅡ VKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang