Metanoia ㅡ 4

5.1K 853 108
                                    

🎵 Strawberries and Cigarettes


Sekali waktu, siswa emas Gwangju itu pernah ditanyai, "Kenapa kau mau berpacaran dengan si berandalan itu?"

"Kim Taehyung. Namanya secantik itu, kalau kau tidak bisa memanggilnya dengan lebih layak, lebih baik diam." Alisnya terangkat skeptis, "Memangnya kenapa? Apa urusanmu jika aku berpacaran dengannya?"

"Semua orang tahu kalau kau itu siswa paling pintar, Jungkook. Manis, memukau, sempurna. Masih banyak yang lebih pantas untuk kau jadikan kekasih dibanding memacari siswa urakan seperti Kim Taehyung. Maka dari itu, hampir semua orang mempertanyakan kenapa."

Oh, sempurna katanya. Maka Jungkook mengulang tanya dalam hatinya, 'aku, sempurna?' Haha, iya. Tentu saja. Bukankah seseorang harus menjadi sempurna untuk bisa dianggap sebagai manusia? Begitu, kan, caranya hidup di dunia yang penuh dengan ironi.

Atas segala persepsi hidup yang berhasil disimpulkannya sendiri, Jungkook telah jauh lebih lama mengetahui bahwa cara untuk dianggap dan disukai sebagai manusia sangatlah mudah. Jadilah orang baik. Katakan sesuatu yang manis. Angkat wajahmu dan perlihatkan kepada dunia; bahwa menjadi sempurna adalah segalanya.

Mudah, ya? Tentu saja. Hanya perlu memilih satu topeng yang paling sempurna untuk ditunjukkan pada semesta. Sekalipun menjadi palsu, tidak masalah. Toh, dunia memang penuh kepalsuan, bukan?

Maka saat menanggapinya, Jungkook hanya mengedikkan bahu. Seulas senyum snobis tersungging di sudut bibir. "Perlu alasan, memangnya?"

Kemudian lawan bicaranya mengangguk repetitif, seolah keras kepala memaksa Jungkook untuk mengutarakan jawaban mutlak. "Kau tentu punya alasan saat menerimanya sebagai kekasihmu kan?"

"Tidak, tuh. Memangnya, kau juga punya alasan untuk menerima dirimu sendiri?"

Telak. Sosok dihadapannya terdiam bisu saat si pemuda Jeon kembali mengulas senyum, mematri wajah pongah tanpa keraguan.

"Tidak, kan? Perlu kau tahu bahwa tidak semua pilihan memiliki alasan. Terkadang hanya ada dua kemungkinan. Karena kau membutuhkannya, atau kemungkinan lainnya, terpaksa." Bersama tatap yang bersirobok, sekali lagi, Jungkook membidik dengan satu seringai tipis. "Kau mau aku memilih alasan yang mana? Butuh, atau terpaksa?"

Kemudian beralih hening hingga Jungkook menyahut lagi, "Aku menerima Kim Taehyung karena terpaksa, tapi setelah itu, alasanku berubah menjadi butuh. Kau tahu? Permainannya di ranjang jauh lebih memuaskan untuk sekelas bocah berandal putih abu sepertinya."

Tawa sarkasme yang menggelitik. Menggema disertai delik angkuh obsidiannya yang berkilatan. Merasa menang telak ketika iris kelamnya memfigur raut wajah lawan bicaranya yang terperangah. Tercenung saat mematri berbagai spekulasinya sendiri.

"Ohㅡ lalu, untuk urusan apa kau bertanya tentang Taehyung? Butuh gosip baru untuk menggunjingkanku bersama anjing-anjingmu itu, ya? Baguslah, sekarang ayo sebarkan gosip kalau Kim Taehyung pernah meniduri siswa emas Gwangju. Kalau mereka tidak percaya, bukan salahku ya."

Gila. Dan Taehyung tertawa puas saat mendengar kekasihnya menceritakan hal yang sama. Telak dibuat jatuh cinta karena kenyataannya Jungkook itu memang berbeda. Angkuhnya mempesona. Pun juga, sosoknya memang pantas untuk dipuji. Jelas tidak akan tercela hanya karena gosip picisan yang baru saja ia buat sendiri.

Kendati demikian, sisi manisnya juga tak kalah memikat. Namun sayang, hanya Taehyung yang berhak melihat. Dunia tidak boleh mengintip, apalagi menyicip bagaimana manisnya Jungkook yang kian menyacah nalar.

METANOIA ㅡ VKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang