"Fel"
"Felly"
"Felly cantik"
"Felly manis"
"Felly imut"
"Apaan sih berisik"
"Bete kenapa sih?"
"Tau ah"
"Maaf Fel, tadi macet banget dari Jakarta"
"Iya tau"
"Yaudah kalo tau kenapa masih cemberut?"
"Gue ini yang cemberut kenapa lu yang repot"
"Masalahnya gue yang liat, gak enak jadi jelek"
"Yaudah gausah diliat lah. Emang udah jelek"
"Haha kalo jelek, gue mana mau"
Felly langsung menoleh ke arah Dimas. Felly memicingkan matanya.
"Dasar semua cowo emang sama aja"
"Ya emang sama aja Fel, punya burung gak punya gunung"
"Dimassss ih pulang aja sana lah"
"Loh kok disuruh pulang? Tau gitu yaudah gue gak usah kesini dari tadi. Macet, mending tidur dirumah" Ucap Dimas tak sampai hati namun sampai hati Felly. Tanpa Dimas duga, Felly mengeluarkan air mata.
"Fel?? Kok nangis? Maaf aku bercanda. Enggak, aku mah rela dari Jakarta ke Riau juga tetep aku jalan walaupun macet demi kamu" Dimas panik. Lucu juga kalo panik jadi lebay begitu. Tapi serius, omongan Dimas yang tadi itu cuma bercanda. Jadi serius atau bercanda?.
Felly hanya diam. Saat Dimas ingin menghapus air mata Felly. Felly buru buru menangkisnya. Tapi Dimas gerak cepat. Langsung dipeluk tubuh mungil Felly.
"Aku gatau, kamu yang lagi sensitif atau aku yang kelewatan bercanda nya. Tapi aku minta maaf yaa. Jangan nangis plis" Dimas semakin mengeratkan pelukannya sambil sesekali mencium puncak kepala gadisnya. Ya gadisnya. Felly adalah gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Choice
ContoIni cerita singkat tentang memilih kembali kebelakang yang sudah ketauan busuknya atau siap menerima kejutan dari depan yang belum tau isinya kebusukan atau kesejukan