"Triring ..... ♬♬"
"Triring ..... ♬♬"
"Triring ..... ♬♬"
Nada dering HP Putri berulang kali berbunyi, namun tak ia hiraukan. Putri masih saja fokus pada pekerjaannya dan berharapkan cepat selesai.
"Kak, itu HP Kakak bunyi dari tadi. Bales aja dulu chatting-annya", ucap Anis sambil tetap melakukan pekerjaannya. Putri hanya membaca chatting-an tersebut tanpa membuka pesan yang telah dikirimkan kepadanya itu.
"Dimana?"
"Kita jadi ketemuan kan?"
"Aku udah di lokasi nih. Kamu dimana?"
"Iya, jadi kok. Bentar ya, aku nunggu Anis dulu nih. Dia lama ngerjainnya", dengan sedikit kesal Putri membalas pesan tersebut. Dipandanginya Anis yang tak kunjung selesai mengerjakan pekerjaannya dan sesekali Putri menatap jam berharap waktu tidak cepat berlalu.
Sebelumya, Putri telah berencana untuk bertemu dengan Azka seorang pria yang belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Azka adalah pria yang berkerja di salah satu kampus ternama di kota itu. Ia merupakan teman Anis sejak kecil. Eitss ..... mereka gak seumuran loh!
Azka sudah dianggap layaknya kakak kandung oleh Anis. Penyebabnya apalagi jika kakak Anis merupakan teman bermain bahkan sahabat Azka. Karena persahabatan itulah Anis dan Azka menjadi dekat dengan sendirinya. Tak jarang Azka berkunjung ke rumah Anis untuk sekedar bertemu dengan Kenzo, Kakak Anis. Namun, tak jarang pula Azka mengajak Kenzo untuk nongkrong di warung yang ada di sekitar rumah mereka.
***
Putri melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa masuk ke sebuah cafe diikuti Anis yang berjalan dengan santainya seolah tak ada yang terjadi. Padahal mereka telah terlambat 30 menit untuk bertemu dengan Azka dan semua itu disebabkan oleh Anis yang tak kunjung menyelesaikan perkerjaannya.
Di taman cafe itu terlihat Azka yang duduk sambil sesekali menghisap rokoknya. Menunggu adalah hal yang paling dibenci olehnya. Mungkin beberapa orang akan menganggapnya terlalu perfeksionis, namun kenyataannya terkadang ia terlalu egois dalam beberapa hal.
"Hai, aku Nesya Putri. Maaf ya jadi nungguin", Putri mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri. "Gih sana order makanan dulu", dengan ketus Azka membalas perkenalan Putri begitu saja tanpa menjabat tangan Putri ataupun meminta Putri untuk duduk sejenak. Anis hanya bisa menatap kedua manusia yang ada dihadapannya tanpa bisa berkata apa-apa.
Kesal. Itulah yang dirasakan Putri saat ini. Baru kali ini ia diperlakukan seperti itu oleh pria. Karena selama ini belum ada pria yang mampu menolak kehadiran Putri. Bahkan beberapa dari para pria yang ia temui akan langsung tertarik karena kecantikkannya.
Tanpa banyak bicara, Putri menuju kasir untuk memesan minuman. Anis segera mengikutinya dengan wajah bingung melihat situasi yang terjadi.
"Kak, kenapa sih?", Anis mulai membuka pembicaraan dan berusaha mencairkan suasana yang ada.
"Aku tuh kenalan baik-baik ya. Duduk juga belum ehh dia dingin banget nyuruh aku order".
Setelah selesai memesan minuman, Putri dan Anis kembali menemui Azka. Hening. Itulah yang terjadi saat ini. Tak ada pembicaraan yang terjadi. Azka dan Putri saling berdiam diri. Sedangkan Anis masih berusaha memahami situasi yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen FictionJika saja waktu itu aku tidak mengantarnya pulang. Jika saja waktu itu semesta tak membiarkan ia bercerita tentangku dihadapanmu, mungkin kamu tidak akan pernah tahu bahwa aku pernah ada.