Malam ini Putri dan Azka kembali menghabiskan waktu bersama di Lembang, salah satu tempat yang ada di Kota Bandung. Mereka tidak hanya berdua, siapa lagi jika tidak bersama Anis dan Kenzo. Bukannya mereka tak ingin menghabiskan waktu berdua, hanya saja menurut Azka akan lebih seru jika mereka bersama yang lain.
Seperti biasa, banyak hal yang mereka bicarakan. Mulai dari hal-hal yang tidak penting hingga hal-hal yang menurut mereka penting untuk dibagi. Namun kali ini, Putri dan Anis membawa perlengkapan lebih baik dari waktu sebelumnya. Kini Anis membawa selimut dan Putri membawa sebuah boneka.
Ketika malam semakin larut, Anis sudah mulai memakai selimutnya karena udara semakin dingin. Ia membiarkan Kenzo, Putri dan Azka yang masih tetap berbincang-bincang.
"Sini bonekanya, dipelukin aja terus", Azka merampas boneka yang sedari tadi dipeluk oleh Putri. Putri menunjukkan ekspresi yang kesal, namun Azka membuatnya tersenyum karena tingkah yang ia perbuat.
Azka memeluk boneka Putri erat-erat seolah gemas dengan boneka tersebut. Wanita mana yang tidak bahagia jika barang yang ia miliki diperlakukan seperti itu oleh orang yang ia sukai. Namun terkadang Putri takut untuk berharap pada Azka. Ia terlalu takut untuk terluka.
"Ka, kalau aku jadi matahari, kamu jadi apa?", tanya Putri pada Azka.
"Bulan", jawab Azka santai.
"Kok bulan sih?", Putri sedikit kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Azka. Karena bulan tak akan pernah bertemu dengan matahari. Bulan hanya akan menampakkan sinarnya ketika malam datang. Sedangkan matahari hanya akan menerangi pada siang hari.
"Iya, bulan. Seperti saat ini. Bulan akan selalu menemani malammu dan kenangan kita akan tersimpan pada bintang-bintang yang kamu liat saat ini", Azka meluruskan pemikirannya.
"Mana? Bintangnya nggak keliatan tuh", celetuk Putri kesal. Karena menurut Putri bulan hanyalah bulan yang akan ada di gelapnya malam. Bukankah malam hanya akan dihabiskan untuk beristirahat.
Azka hanya tertawa dan memandang Putri dengan gemas. Hanya saja ia tidak ingin memeluknya erat malam ini, Azka memilih memeluk boneka Putri sebagai gantinya.
***
"Kamu dimana, Put?", suara Azka terdengar dari sambungan telepon bersama Putri. Putri hanya tersenyum mendengar suara Azka. Tidak seperti biasa Azka meneleponnya seperti ini.
"Kan aku tadi sudah ngabarin kamu kalo aku mau pergi dulu bentar sama Anis".
"Kamu ke rumah Kenzo kan pulangnya? Beliin aku jus", dengan nada sedikit manja Azka meminta Putri untuk membawakan jus karena akan ia menunggu Putri di rumah Kenzo.
"Iya, iya. Nanti aku beliin jus. Tapi kamu harus ganteng dulu. Kalau nggak ganteng, nggak akan dibeliin", ucap Putri sambil tertawa.
Azka memutus sambungan telepon itu, sebelumnya ia mengatakan pada Putri bahwa ia akan siap-siap terlebih dahulu. Putri terlihat senyum-senyum sendiri ketika mengetahui Azka akan menunggunya. Dengan segera Putri memutuskan membereskan urusannya bersama Anis lalu kembali ke rumah Anis.
Benar saja, Azka sudah menunggu Putri di rumah Anis. Seperti biasa, Azka dan Kenzo sedang bermain games dan Azka tersenyum memandang Putri yang baru saja tiba. "Jus-nya mana?", tanya Azka yang kembali fokus pada games yang sedang ia mainkan.
Putri hanya tersenyum. Karena terlalu ingin cepat sampai di rumah Anis, ia memutuskan untuk tidak membelinya dengan anggapan Azka tidak akan marah jika ia segera datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen FictionJika saja waktu itu aku tidak mengantarnya pulang. Jika saja waktu itu semesta tak membiarkan ia bercerita tentangku dihadapanmu, mungkin kamu tidak akan pernah tahu bahwa aku pernah ada.