4

9.5K 1.6K 156
                                    

Donghyuck terduduk di kursi dengan buku pink glitter yang terbuka di atas meja belajar di hadapannya.

Tiga kata yang berada di halaman pertama, yang dia tulis di kelas beberapa jam yang lalu, dia baca berulang-ulang.

'LEE FELIX BEGO'

Begitu tulisannya.

Kening Donghyuck berkerut, "Ini... buku penyihir?" gumamnya entah pada siapa. Tapi kemudian dia mendengus remeh, "Ya nggak mungkin lah yaa.. si Felix aja kebanyakan nonton film."

Donghyuck terdiam. Lagi-lagi menatap tiga kata yang ditulisnya di buku itu. Tapi sesaat setelahnya, tangannya langsung membolak-balikkan buku itu dengan sedikit brutal. Membuka setiap halamannya yang kosong satu persatu hingga mencapai halaman terakhir, yang awalnya Donghyuck kira juga kosong, namun ternyata malah terdapat sebuah tulisan disana.

                           

KISS NOTE
you can kiss
whoever you want.
just write the name
in this book.

                       

Mata Donghyuck membulat. "The fuck?" lirihnya, kemudian tangannya kembali membuka halaman pertama dimana dia menulis nama Felix.

"Tadi gue nulis nama Felix..." gumam Donghyuck, "Dan abis itu.. Felix langsung nyium gue..." lanjutnya, "Itu... beneran gara-gara buku ini?!" pekiknya histeris.

Plak.

Donghyuck menampar pipinya sendiri dan tertawa pelan. "Nggak mungkin lah, nggak mungkin.. jangan ketularan halunya Felix, Hyuckk." Donghyuck mencubit pipinya sendiri, "Emang tadi si Felix aja lagi khilaf."

Donghyuck beranjak dari kursi belajarnya dan baru akan melangkah ke tempat tidur ketika tiba-tiba kakinya malah kembali berbalik, mengambil buku pink yang masih tergeletak di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas.

"Harus dicoba dulu ke Kak Mark besok." ujarnya pada dirinya sendiri, "Siapatau beneran gara-gara buku ini Felix nyium gue."

.

.

Donghyuck berlari di koridor sekolah. Dibelakangnya terlihat Felix yang sedang mengejar langkah sahabatnya.

Sebenarnya Felix tidak mengerti kenapa Donghyuck berlari seperti orang kesetanan ketika bel istirahat berbunyi. Beberapa kali dia bertanya, tapi tidak digubris oleh Donghyuck, sehingga membuatnya harus ikut berlari karena rasa penasaran.

Sampai akhirnya mereka berdua pun tiba di depan sebuah kelas, barulah Donghyuck berhenti berlari dan menoleh ke belakang untuk menatap Felix.

"Gue harus mastiin sesuatu, Lix." ujarnya dengan napas terengah-engah.

"Apaan?" tanya Felix bingung dengan napas yang juga terengah-engah.

Donghyuck tidak menjawab pertanyaan Felix, pemuda itu berdiri di samping pintu kelas dan langsung menarik tangan Mark yang baru saja keluar dari pintu tersebut ke pinggir koridor.

Felix menganga. Tidak menyangka bahwa sahabatnya memang se-agresif itu pada kakak sepupunya.

Sementara Donghyuck segera membuka buku yang sedari tadi dipegangnya dan mengambil sebuah pulpen dari sakunya. Mengabaikan tatapan bingung dari Mark yang saat ini berdiri dihadapannya, juga tatapan kaget dan penasaran dari Felix dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

"Lo mau ngapain?" tanya Mark dengan kening berkerut, "Gue mau ke kantin."

"Bentar kak! Bentar!" pekik Donghyuck, "Bentar aja! Jangan pergi dulu!"

Kening Mark semakin berkerut saat melihat Donghyuck malah menulis sesuatu di buku yang dipegangnya.

"Lo nulis apaan?" tanya Mark.

Bukannya menjawab, Donghyuck malah terdiam dan langsung menutup buku tersebut. Matanya menatap Mark lekat-lekat seraya wajahnya dia dekatkan pada wajah Mark, membuat Mark memundurkan kepalanya dan menatap Donghyuck dengan tatapan bingung.

"Kakak... gak ngerasain sesuatu gitu?"

"Hah?"

"Kakak gak mau nyoba..." Donghyuck memejamkan matanya, bersiap untuk menempelkan bibirnya pada bibir Mark ketika tiba-tiba...

"DONGHYUCK!"

Tepukan keras yang hinggap dibahunya membuat Donghyuck sontak menghentikan aksinya di tengah jalan. Donghyuck menoleh dan mendapati Felix sedang tersenyum kepadanya, yang dibalas Donghyuck dengan tatapan yang tidak bisa dibilang ramah sama sekali.

"Ayo ke kantin, Hyuck!" Felix menggenggam pergelangan tangan Donghyuck erat-erat, tidak membiarkan Donghyuck berbicara sama sekali sebelum kemudian Felix menoleh pada Mark, "Duluan kak!" pamit Felix.

Setelahnya Felix langsung menarik Donghyuck dari tempat tersebut, mengabaikan umpatan lirih dari Donghyuck yang ditujukan kepadanya.

.

.

"Lo ngenganggu, Felix!"

"Dih? Gue nyelamatin lo ya!"

Donghyuck mengernyit, "Nyelamatin gue?"

Fekix mengangguk mantap, "Nyelamatin harkat dan martabat lo, dan menjauhkan lo dari rasa malu sampe lulus." jawab Felix, "Lo mau nyoba nyium Kak Mark di koridor kayak gitu? Kerad banget hidup lo, Hyuck. Lo bakal malu kalo Kak Mark nolak ciuman itu!"

Donghyuck mencebik mendengar ucapan Felix. "Gue kan... cuma mau ngetes sesuatu ke Kak Mark." ujarnya sebal.

Fekix mengernyit, "Ngetes apa?"

Donghyuck membuka buku yang tadi dipegangnya. Memperlihatkan halaman kedua buku itu yang saat ini terdapat tulisan 'Mark Lee' dengan pulpen bertinta hitam.

"Apa maksudnya sih?"

Donghyuck tidak menjawab, membalik halaman buku itu dan menunjukkan nama Felix yang dia tulis kemarin sore.

Mata Felix melebar, "Woy! Lo—"

"Lix," panggil Donghyuck dengan wajah serius, yang membuat Felix terpaksa menunda protesannya, "Entah kenapa gue yakin... kalo buku ini emang bukan buku biasa."

Felix terdiam beberapa saat sebelum menggelengkan kepalanya. "Gak ngerti." ujarnya.

Dan Donghyuck cuma bisa mendengus sebal mendengar kebodohan sang sahabat.




















.

.

Kiss Note✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang