~~~~~~~ 25 Juni 2018 ~~~~~~~
"Kutulis dalam dekap rindu datang menyapa,
Ribuan volt menyengat detak jantung.
Bola mata menyurat keteduhan.
Berapa kali kau menatap datar disitu kau menyimpan beribu rasa penasaran.
Membekukan semua syaraf dalam otak.
Aromamu memabukan membuatku tak lelah untuk berjuang."
Beratus pasang mata kini menatapku dengan suara cuitan mereka, ia kini aku membaca suratku untuk Deven didepan calon siswa baru. Hal ini bermula ketika aku memberikan surat tersebut malah aku disuruh membacanya. Aku tak malu ketika membaca di depan ratusan orang toh memang perasaanku seperti itu.
Deven malah menarikku sebelum menyelesaikan semua bait puisiku.
"Net, stop bertindak seperti anak kecil. Berapa kali gue katakan berhenti ngejar-ngejar gue." Ucapnya dengan nada kesal.
"Ngapain gue ngejar lo, sekarang lo nggak lari." Ucapku heran dengan perkataanya.
"Terserah lo pokoknya berhenti gangguin hidup gue. Ingat! Berapapun usaha lo hasilnya akan sama saja." Ucapnya pergi meninggalkanku, aku percaya suata saat nanti hatimu untukku dev.
*****
"Jo,,,, lo gak marah kan sama gue." Ucapku yang kini duduk disamping gadis berambut panjang itu, yang kini fokus makan baksonya tanpa melihatku."Seharusnya gue yang tanya sama lo, kan lo yang kemarin marah sama gue." Ucapnya yang tetap tak berhehti menyuapi baksonya.
"Soal tadi lo gak marah, kalau gue berbuat memalukan." Aku yang berusaha mengajaknya berbicara.
"Neth itu pilihan lo, lo udah dewasa, gue capek nasehatin lo dan lo lebih tau mana yang terbaik buat lo!." Aku ternganga mendengar jawabanya.
"Tumben playgirlku dewasa, makin sayang!" Ucapku yang langsung memeluk bestie sahabat terbaikku.
"Ishh,, jangan rusuhin image gue playgirl jadi lgbt kalau gini dikira jeruk makan jeruk. Apa lo lelah ngejar deven jadi gue pelarianya?" Gue kesal dengan ucapanya langsung mendorong tubuh joa. Menjijikan disambut dengan tawa joa.
"Jo gue juga mau cerita sama lo" iya mungkin dengan cerita sama joa bebanku sedikit ringan.
"Soal lo akan nembak gue." Ucap joa yang masih dengan candaanya.
"Gue lagi serius, jo." Aku melihat gadis itu dengan serius.
"Iya,iya curhat apa nethi." Jawab joa dengan meneguk minumanya.
"Papa gue sudah nikah tanpa gue tau. Lo tau sendiri gue sudah menolak berapa kali tapi dia menghiraukan gue. Apa gue gak punya hak sebagai anaknya?" Air mataku hampir leleh ketika mengingatnya.
"Haa, Apa papa lo nikah lagi?" Ucap joa sambil tersedak minumanya.
"Iya joa gue kayak gak dianggap, lebih parahnya mau tinggal seatap sama gue." Aku gak akan rela ketika dia masuk ke kehidupanku.
"Terus, rencana lo bagaimana?" Ucap joa antusias mendengar jawabanku.
"Gue akan buat perhitungan sama dia dan gue gak akan biarin dia masuk dalam kehidupan gue." Tanganku menggenggam erat gak rela kalau dia akan berpengaruh pada kehidupanku.
***********
Aku mengedarkan mataku setelah pajero hitam memasuki bangunan mewah. Keningku mengerit heran tidak biasanya rumah ini ramai.Seolah tau dari pertanyaan dipikirkanku pria separuh baya mengatakan bahwa Tuannya sudah datang. Tak biasanya ia datang beberapa hari yang lalu pergi dan datang lagi biasanya setelah pergi baru berapa bulan baru balik. Ini pertanda bagus apa buruk pertanyaan terngiang dikepalaku.
Baru beberapa langkah aku memasuki ruangan utama bangunan ini aku mengerit heran ada papa, wanita yang umurnya kira-kira seumuran dengan papaku dan gadis yang seumuran denganku, siapa mereka batinku berkata baru aku mau mengatakanya pria secara biologisku merangkulku.
"Ini kenalin keluarga barumu,,, ini akan jadi mamamu dan ini saudaramu pasti kamu seneng punya saudara sekaligus teman bagimu." Aku mematung mendengarkan semua ocehannya. Drama apa lagi ini yang aku hadapin belum lagi aku muak melihat dua senyuman palsu dari dua wanita racun itu. Siall,, kenapa aku disituasi ini. Tanganya hendak bersalaman denganku langsung menghempasnya. Aku melihat sorot mata tajam dari pria yang
Seharusnya paling mengertiku tapi entah drama yang dibuat wanita ini berusaha meyakininya."Namaku Renti dan ini putriku Charisa aku harap kita jadi keluarga yang saling melengkapi" Ucapnya yang sok manis sumpah aku bergedik jijik.
"Sudah aku katakan berulang kali aku tak menerima orang asing jadi bagian hidupku, Bukanya anda sudah tau jawaban bagiku." Mataku memerah tak kuat berada di situasi ini.
"Sampai kapan kau berubah berhentilah bersikap seperti anak-anak!" Bentaknya tepat dihadapanku aku yakin dua wanita itu tersenyum.
"Papa bilang aku anak-anak seharusnya anda lebih mengerti perasaanku dan untuk kalian apa yang mau dari papaku apa hartanya semua kekayaanya, aku sudah tau bagaimana pikiran wanita untuk mendekati papa." Ucapku keras melihat dua wanita itu
"Sudah cukup Anneth hentikan omongan kosongmu, bicaralah yang sopan!" Tanganya hampir menamparku dan wanita itu berudaha jadi pahlawan untul mencegahnya. Aku tak percaya yang dilakukanya demi orang asing dia melukai putrinya sendiri.
Aku berlari menuju kamarku 'aku benar-benar yakin kehilangan sosok ayah dalam hidupku dengan kedatangan mereka dalam hidupku.' Ucapku lirih menahan rasa sesak ini.
******
Ma'af menunggu lama untuk kelanjutan cerita ini.
Terima kasih yang mau baca jangan lupa like dan komenya!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNETH STORY
AcakNamaku Anneth Aku hanya memakai topeng untuk menutupi semua lukaku kadang aku hilang kendali tak mengenali diriku mereka sebut aku egois,manja dan jahat. Tetapi bagaimana jika mereka tahu sebenarnya diriku yang rapuh? ~Anneth Pratecia.