Bangkit I

13 1 0
                                    

"Semua katakan Cheese!"

Tepat tiga tahun sudah aku menjalani kehidupan smaku, sekarang waktu nya aku untuk berjuang meraih impianku sejak kecil.

"Elang, setelah ini lo kuliah atau kerja?"

Seorang siswa laki laki gendut yang tidak asing lagi dimataku, adalah sahabatku namanya Bobby, dia sahabatku sejak aku tinggal di sini dan sampai sekarang dia selalu menemani hari - hariku.

"Gue bakal kerja Bob."

"Oh iya, Ayah lo pemilik restoran yang ada diKota kan? Semangat ya El, walaupun kita gak bakal ketemu tapi jangan lupa ngasih kabar ya."

Ya dia benar, aku harus meninggalkan desa ini dan teman temanku untuk bisa mendatangi ayah dan adikku yang ada di kota. Ibuku meninggal saat aku berumur sepuluh tahun, hal itu membuat aku sedikit berpikir dewasa dan ingin mandiri tinggal bersama kakek dan nenek ku di desa, ayah menyetujui perkataanku, lalu ayah mengantarku ke desa kakek dan mengucapkan perpisahan, dan disaat ayah pergi lagi ke kota aku berjanji kepadanya bahwa setelah lulus sma aku akan kembali dan akan meneruskan restorannya,dia tersenyum dan berkata "Jadilah anak yang baik, dan ayah pasti akan menunggu hari itu terjadi." ia tersenyum sambil menahan air matanya dan pergi bersama adik ku kembali ke kota.

Dan sekarang aku harus mengucapkan salam perpisahan untuk kakek dan nenek.

"Kakek, nenek terima kasih sudah merawatku selama tujuh tahun ini,dan semoga kalian sehat selalu."

Nenek menahan tangis dan memeluk ku, seraya berkata, "jangan sungkan sungkan kesini ya, kami pasti merindukanmu."

Bus yang ku pesan sudah ingin berangkat dan aku masuk ke bus itu dan melihat kakek nenek melambaikan tangannya, bus pun berangkat pergi meninggalkan terminal, oh iya aku baru ingat bahwa bus ini melewati sekolahku, aku ingin mengucapkan perpisahan terakhir dengan sekolah yang telah mendidikku selama 3 tahun ini.

"Jangan lupakan kami Elang!!!"

Aku terkejut dan berlari ke sebrang tempat dudukku, aku melihat seluruh temanku berada di depan sekolah dan membawa spanduk bertuliskan 'Selamat jalan temanku Elang'.

"Eh, wajahku basah."

Air mataku tak henti henti keluar dan membuatku bersedih campur haru melihat teman temanku.

"Kamu punya teman yang baik ya nak." ucap seorang penumpang.

"Ya merekalah yang terbaik!"

Aku kembali ketempat duduk ku dan meminta maaf kepada penumpang tadi, dan seketika aku tertidur karena mengantuk.

Tujuh jam berlalu namun masih lama aku sampai, pemandangan masih menampakan hutan, rerumputan dan sawah para warga. Maklum saja, desa kakek berada di provinsi yang berbeda dengan kota kelahiranku mungkin setidaknya sekitar dua belas jam agar sampai kotaku. Dulu ketika aku desa, kami menggunakan pesawat sehingga perjalanan terasa singkat sekitar 5 jam saja.

Hari sudah tampak sore dan sudah mulai memasuki waktu magrib dan sebentar lagi aku akan sampai ke rumah yang sudah ku tinggalkan tujuh tahun lamanya. Aku penasaran gimana wajah adik kecil ku yang imut itu, mungkinkah sekarang dia jadi gadis yang cantik. Canda ku.

"Bentar lagi kita sampai di terminal, harap cek barang berharga anda dan buanglah sampah ke tempatnya ya." ucap supir.

Setelah sampai, aku turun keluar dari bus dan melihat ayahku sudah menunggu ku diluar sana, tak terasa sudah tujuh tahun aku tak melihat ayah, karena kesibukannya ayah tidak sempat mendatangiku di desa. Wajah ayah yang dulu masih muda sekarang sudah timbul banyak keriput itu menandakan selama apa aku tidak berada di sisinya, rambutnya sudah memutih dan terlihat sudah tidak bugar lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Virtual GlassesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang