Seperti panda Po yang polos dan remeh yang ditakdirkan menjadi pendekar naga. Terus kenapa? Ya tak kenapa-napa biar ada quotesnya aja hehe'
~~
Pernah menonton serial kartun kungfu panda? Si panda bernama Po yang jago kungfu, dan memiliki kepribadian tengil dan polos,inget ye si Po ini polos bukan bego. Big no! dengan ayah unggas angsa pemilik kedai mie ini rupanya lumayan mirip sama si ganteng ini. Tentu saja aku. Agak geli yak nyebut aku. Lu orang yang baca narasi aneh si ganteng ini pasti nahan muntah, ngaku ae lu orang. Okeh abis ini pakenya saya kok.
Secara kan ya,si ganteng ini tak cocok sama sekali kalem seperti anak perawan takut dinodai. Kasian, cuma bisa nangis kejer minta dipulangin.
Oke yak balik lagi introduce myself, tapi kalaupun lu orang males baca mending inget lagi serial kartun kungfu panda cause lu orang bisa nemuin cerminan langsung dari si ganteng ini.
Po itu lucu, meskipun sudah jelas si ganteng ini lebih lucu dan lebih menggiurkan. Dan.. keseharian si ganteng ini sama aja seperti panda yang onoh sebelum join di kuilnya master shifu. Yak, bener banget. Bantuin sang ayahanda tercinta menjaga kedai mie. Maklumlah, si ganteng ini tak mau menodai kegantengannya dengan riwayat 'pernah durhaka' pada satu-satunya orang tua yang dia punya. Padahal nih ya pas nontonin kungfu panda pas jaman Po masih orok, lihat dia ngerusuh di kedai kok si ganteng ini tak ada sama sekali ingatan pernah gitu. Kek yaudah ilang aja. Mumet. Tapi si ganteng ini nyoba positive sih. Anggep aja saya orang langsung gede dan seganteng ini hahahaha.
Sampe sekarang sih, saya orang lagi nunggu waktu yang tepat bisa bersinar layaknya si Po yang bersinar setelah mengenal kungfu dan terpilih menjadi pendekar naga.
Sebagai satu-satunya anak lelaki yang baba punya, saya orang pun juga memiliki mimpi sebesar biji salak yang tak mudah hancur. Jika Po menjadi pendekar naga, saya orang ingin bersinar dengan jiwa kedangdutan yang saya miliki.
Kalau menurut para akong yang menjadi pelanggan tetap sih, suara saya orang cukup mumpuni untuk mengenakkan cangkok dangdut. Itu pun kali aja ada produser yang ingin mencetak pedangdut baru dengan darah tionghoa asli hehe'.
"Hoi restu, setel dangdut gitu biar hepian dikit kita ini."
"Hooh tu, masa kartunan mulu dah," timpal yang lain.
Dasar akong-akong... tak ngerti sekali si ganteng ini kan sedang bernarasi ria.
Ett.. bentar ini kan mereka minta dangdut ye. Beh tak bisa tunda ini mah. Ibaratnya, nangkringin tv untuk melihat kembaran dengan menajamkan telinga untuk berdangdut adalah suatu hal yang derajatnya sama-sama tinggi. Si ganteng ini jelas auto semangat kalo gini mah."Asiyap tancap gas kita jadi Rhoma Irama dulu semaleman hahaha.." tawa saya
Dengan langkah cepat saya orang pun memasang dvd dangdut pilihan masyarakat dan jelas yang yahuudd polll HAHAHAHAHA.
Saat itulah suasana kedai baba begitu hidup. Semua akong yang bernyawa sejenak melupakan fakta bahwa menjaga kesehatan tulang dan stamina tubuh adalah hal yang penting. Mereka semua menggerakkan anggota tubuh yang berpotensi untuk berlenggak-lenggok. Termasuk saya orang lah. Suatu kemustahilan bila kungfu man ini kalah dari para akong. Minimal harus bisa memberi perbedaan bumbu keanarkisan.
Namun, sebuah notifikasi darurat dari baba yang berada dibalik display meredakan keanarkisan saya. Sekali lagi, dengan embel-embel 'tidak mau pernah durhaka', terpaksa saya mendekat. Baba dengan gaya songong luar biasa khasnya, dan matanya yg melotot meskipun tak tampak seperti lototan karena... begitulah kalian pasti tau sendiri kapasitas mata kami, suku tionghoa seperti apa.
"Songong lu orang itu ilangin bentar ngapa res," cetus baba dengan gaya songong.
Halah nyuruh oroknya tak boleh songong tapi sendirinya songong minta ampun seperti itu. Belum saja ini baba saya orang panggil akong pula. Dipikir songongnya saya ngikut siapa gitu yak Hahaha..ya jelas ngikutin si baba lah.
"Lu orang tau ha? Itu si tuan kwan yang beberapa kali datang kemari.." baba terhenti. Saya orang lihat tanda perubahan air muka baba mulai tampak disitu, sontak saja saya menyudahi kegiatan enak saya, ngupil.
"Res, lu orang dengerin tak? Baba cape hayya" sekali lagi saya orang lihat baba mulai menggebrak meja.
Kadang saya orang tidak mengerti, padahal baba sendiri adalah suku tionghoa yang begitu pelitnya sampai air bekas cucian mie dan beras pun kadang dibuat semua untuk segala hal yang ia sukai. Dan kebiasaannya itu juga diterapkan pada saya, anaknya. Ngupil saja tak boleh. Halah.
Saya mengangguk malas. Tidak tertarik mendengar 2 jam sehari dalam satu minggu yang terus berulang.
"Restu dengerin baba. Buktinya, Restu hari ini menahan diri tak berbicara dengan siapapun dan dalam pikiran apapun hari ini." Saya orang mengendikkan bahu lalu terhentak teringat sesuatu "eh, kecuali pada akong di kedai hari ini "
"Tuan kwan akan mengambil paksa kedai ini kalau lu orang tak dapat membuat namamu ada di daftar calon mahasiswa"
Lah kan. KASAR.
Kok saya orang jadi dugem jantung. Seriusan nih?
Petang datang ditandai dengan adzan maghrib yang mulai berkumandang dari klenteng tua di seberang kedai yang sudah beralih fungsi menjadi masjid.
"Baba berangkat klenteng. Lu orang kalau sudah selesai lamun berangkat saja. Jangan lu orang lupa tutup kedai. Akong depan biar baba yang bereskan." Baba mengambil peci dan berjalan mendekati para akong yang masih bergoyang, meskipun tak seanarkis tadi.
kalau kedai baba terambil, bagaimana nasib tekad saya orang menjadi secemerlang Po?
KAMU SEDANG MEMBACA
[INTELEEGEEK] : Accidente
Novela JuvenilSebuah cerita berseri runtut tentang saya, seorang tionghoa versi manusia panda Po dari kungfu panda yang mempunyai kecintaan begitu tinggi pada aliran musik asli indonesia, dangdut. Ibarat Po yang berkelana di kuil shifu, saya orang juga berkelan...