Chapter 04

1.4K 36 3
                                    

"Siapa seseorang yang bersama dengan mereka, apa dia juga karyawan di sini..? ". Jung woon mengikuti arah pandang jimmy yang tepat tertuju pada Rei, Jeje dan Luna yang tengah asik bercengrama dan menikmati makan siang mereka.

"Oh.. Itu dia Mr. Orang yang dibawa oleh Mr. Rei untuk bekerja bersamanya.. ". Jung woon menunjuk arah Jeje dan Rei berada.

"Apa dia orang yang mengagumkan...? "

"Kurasa tidak.. "

"Ahh.... Aku mau data anak itu segera, dan temui aku sejam lagi"

"Ee... Tapi makan siang anda Mr.? "

"Aku sudah tak bernafsu..! "

Seketika nafsu makan Jimmy hilang bagaikan melebur di udara begitu saja, ia ingin tahu tentang anak yang bernama Jeje segera.

Berlahan Jimmy berajak dan pergi menghampiri meja Rei dan Jeje sehingga membuat orang yang duduk disana kaget atas kedatangan Jimmy.

"Ah.. Kakak.. Kau makan siang dikantin juga..? ". Rei bicara dengan spontan saat Jimmy datang. Tapi Jimmy hanya berdiri dengan diam memandangi Rei dan juga Jeje hingga pandangan Jimmy berhenti pada bibir Jeje yang terluka.

"Tidak.. Aku tidak bernafsu...!" berhenti sejenak dan Jimmy kembali memandangi Rei dengan wajah dinginnya."kau temui aku sekarang juga.! ".

Setelah mengatakannya Jimmy beranjak pergi dari hadapan Rei, Jeje dan Luna.

"Ah... Kenapa dengan dia? " tanya Rei binggung.

"Mungkin ada sesuatu hal penting yang ingin di bicarakan dengan mu" balas Jeje mencoba menenangkan bosnya.

"Hal sepenting apa...? ".

"Atau kau telah melakukan sesuatu yang telah membuatnya marah..? ". Kali ini yang bicara adalah Luna, mendengar pendapat luna Rei menjadi pucat dan tegang, hal ini dapat dengan mudah di lihat dari ekspresi wajahnya rei saat ini.

"Kau tidak apa-apa Rei..? Mungkin saja hal yang lain.". Jeje tau jika saat ini Rei sangat takut dan tegang, dan jeje mencoba untuk menenangkannya dengan menepuk pundak Rei pelan.

"Bagai mana apa yang di katakan luna benar, kalian ingat saat kita bertiga mabuk, kurasa kakak ku lah yang mengurus kita bertiga". Yang ada di pikiran rei saat ini adalah saat mereka mabuk, bagai mana kakaknya tidak akan marah jika dia baru pulang saja telah di buat susah oleh Rei, Jeje dan Luna.

"Jadi kita bertiga akan dapat masalah..? ". Jeje tidak tahu apa itu pertanyaan yang menguntungkan atau tidak tapi yang pasti jika itu benar mereka bertiga pasti akan dapat masalah.

"Tidak.. Tidakk.. Lebih baik kau segera temui bos agar semuanya jelas". Luna tiba-tiba berdiri dengan cemas dan menyuruh Rei cepat pergi untuk menemui kakaknya.

Tak ada jalan lain lagi selain menemui kakanya jika Rei ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan perasaan cemas Rei beranjak pergi dan kemudian menemui sang kakak di ruangannya.

Sebelum Rei masuk ke ruangan kakanya Jimmy, Rei berpapasan dengan Jung woon. Rei berlari kearah Jung woon dan lansung memeluk lengan Jung wo.

"Hubby... Ada apa..?  Apa kakak ku mengetahui hubungan kita..? ". Jung woon hanya memandangi Rei dan menggeleng serta mencoba melepaskan pelukan Rei dari lengannya.

"Kau akan tahu saat kau didalam nanti". Rei dan Jung woon telah dekat saat mereka masih kecil, karena Jung woon juga pengawal serta teman bermain bagi Rei.

Perbedaan umur mereka tidak terlalu jauh, karena Jung woon dan Jimmy memiliki umur yang sama, sedangkan Rei berada 6 tahun dibawah Jimmy.

Hubungan Asmara Rei dan Jung woon pun baru di mulai dua tahun belakangan ini saat Rei yang masih kuliah mengatakan perasaanya sendiri pada Jung woon.

**

Pintu ruangan jimmy dibuka pelan oleh rei dan berlahan masuk. Rei mendapati sang kakak sedang duduk di kursi kerjanya dan melihat-lihat beberapa dokumen.

"Ada apa kakak ingin menemui ku..? "

"Apa setiap malam kerjaan mu hanya minum-minum saja"

"Tidak... Itu tidak benar, hanya kemaren. Iya hanya kemaren". Rei sekarang yakin jika kakanya marah karena mereka mabuk. Tapi rei tidak tahu yang sebenarnya bukanlah itu.

"Ku dengar kau membawa seseorang masuk ke perusahaan tampa interview terlebih dahulu.. "

"Oh.. Maksud kakak Jeje, maafkan aku saat itu kau tidak sedang berada di korea. " Memang benar saat itu Jimmy sedang berada di Washington mengurus pembangunan infrastruktur gedung perusahaan cabang K Company.

"Jadi kau melakukannya dengan semau mu tampa kau tau apa-apa tentangnya..? "

"Dia tidak seperti apa yang kakak pikirkan, ia baik dan ibunya juga. Mereka sangat baik pada ku". Kini rei berjalan lebih dekat dengan meja kerja jimmy untuk menjelaskan pada sang kakak bahwa pandangannya tentang Jeje tidak seburuk itu.

"Jadi jika lebih banyak lagi pengemis yang baik pada mu kau akan memasukannya ke perusahaan juga..?! "

"Kak,.. Apa yang kau bicarakan, kenapa kau berkata seperti itu, papa juga tidak mempermasalahkannya ". Melihat tingkah sang kakak yang memandang rendah sahabatnya, membuat rei sangat kecewa dengan si kakak.

Memang selama ini Jimmy hampir tidak peduli tentang apa yang dilakukan oleh rei. Tapi melihat kakaknya yang tidak berprasaan merendahkan temannya, rei merasa kalau yang duduk tepat di depannya saat ini bukanlah kakaknya.

"Itu karena kau telah membujuk mama"

"Kakak..., bagai mana kau berpandangan seperti itu dengan adik mu sendiri..?  Aku tidak mau bicara dengan mu lagi.. ". Rei merasa sangat kesal dan ia pun bergegas keluar dari ruangan sang kakak.

"Rei.. Berhenti.. Rei... ". Dan akhirnya rei tetap saja keluar dari ruangan sang kakak penuh dengan umpatan dan kekesalan.

Saat rei sampai di ruangannya, rei telah di sambut dengan Jeje dan Luna serta tak lupa wajah penasaran dan cemas mereka.

Melihat Rei yang datang, luna segera berlari menghampiri rei.

"Bagai mana, apakah bos marah karena kita telah menyusakannya saat kita mabuk..? "

"Sepertinya iya... "

"Ahh.... Tidak, aku pasti akan di pecat". Luna beranggapan apa yang membuat bosnya sangat marah karena kejadian beberapa hari lalu saat mereka bertiga minum di bar, setelah itu.

"Tenang saja, itu tidak akan terjadi"

"Bagaimana kau tau, kau mungkin bisa tenang karena ia kakak mu"

"Tapi aku masih boss kalian juga". Rei menepuk pundak Jeje lepan yang sedari tadi tampak sangat takut dan binggung.

Rei berusaha meyakinkan kedua bawahannya itu agar tetap tenang.

"Semoga apa yang kau bicarakan tadi benar". Keluh luna.










See you next chapter 05

STUPID LOVE [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang