Setelah mengatur tempat duduknya, kini Zarsel duduk di bangku pojok Viona. Viona dan Yuli duduk sebangku di belakang bangku Zarsel di depan. Sedangkan, Tasya ia duduk dengan Lia dekat bangku Diana dan Syeila. Jadi,, bangkunya Zarsel tak di tempati siapapun, bangkunya kosong.
Bu Dewi selaku guru Fisika juga sudah masuk. Wajah datarnya membuat para murid X IPS 3 menjadi tegang. Ia mengabsen terdahulu setiap siswa yang datang hari ini. Ketika mengabsen nama Zarsel, Bu Dewi sedikit bingung. Kenapa Zarsel duduk di bangku pojok? Biasanya dia di bangku pertama.
"Kenapa kamu duduk di pojok?" tanya Bu Dewi.
Otaknya langsung berpikir cepat, Zarsel harus segera menjawab pertanyaan Bu Dewi yang sudah menatapnya tajam-tajam. Lalu, ia pun menjawabnya sambil berpikir dalam kata perkata yang di ucapkanya.
"Jadi, gini Bu. Kan saya tuh pengen berubah, pengen mandiri, terus kalau ngerjain apa-apa pengen sesuai dengan kemampuan sendiri. Jadi, saya pindah ke bangku pojok itu biar gak nanya-nanya ke teman yang lain sa'at ulangan. Misalnya sama si Diana atau Syeila, mereka kan duduk di bangku sebelah saya. Nah, sedangkan saya sekarang duduk di bangku pojok dekat dengan Tio, Rian dan teman-teman cowok. Jadi gak mungkin kan kalau saya nanya sama mereka, IQ mereka kan juga rata-rata Bu" ucap Zarsel, panjang kali lebar.
"Ehh jadi loe ngatain kita IQ nya rendah?" ucap Galih tak terima.
Zarsel tak menghiraukan Galih, ia sibuk menyiapkan bukunya. Galih pun geram, ia kesal dengan Zarsel.
Bu Dewi terdiam sejenak. Lalu, ia melihat bangku Zarsel yang kosong.
"Yuli, Viona kalian maju duduknya!! Isi dulu barisan depan!" perintah Bu Dewi. Yang kebetulan Yuli dan Viona duduk di belakang bangku kosongnya Zarsel.
Yes -Batin Zarsel
What -batin Yuli
Gawat -batin Viona
Masing-masing batin mereka berkata, taktik rencana Zarsel pun mulai berjalan. Ya, dia merencanakan ini semua, otaknya terlalu sulit di kalahkan dalam urusan jebak- menjebak.
Dengan perasaan resahnya masing-masing, Viona dan Yuli maju duduknya, kini mereka duduk di bangku Zarsel. Canggung, itulah perasaan kedua siswi tersebut. Mereka membuat rencana tujuanya untuk menjebak Zarsel tapi, malah berbalik. Mereka terjebak oleh jebakanya sendiri.
Setiap bangku sudah di bagi kertas so'al ulangan Fisika, mereka mengerjakanya dengan serius. Tetapi, tidak dengan dua siswi itu. Yuli dan Viona, mereka merasa tidak tenang.
Zarsel? Dia biasa saja. Malah ia sudah selesai mengerjakanya.
"Bu, udah" teriak Zarsel, dari bangku pojok. Siswa-siswi yang sibuk mengerjakan soal menoleh ke arah Zarsel. Bagaimana mungkin dia sudah selesai?? Bukanya dia siswi biasa saja, pintar juga tidak lebih dari Diana. Tapi, kenapa dia bisa secepat itu mengerjakanya. Mustahil, dalam waktu 20 menit, ia mampu mengerjakan empat puluh soal fisika yang menurut Diana pun si smart student sangat rumit.
Kok bisa -batin Tasya
Hah?? -batin Diana
Yuli dan Viona saling berpandangan tak percaya.
Bu Dewi yang sibuk dengan bukunya, menoleh tak percaya dengan Zarsel. Ia mengangkat sebelah alisnya.
"Kerjakan dulu yang benar!! Jangan sembarangan mengisi, atau saya akan beri kamu nilai kecil" ucap Bu Dewi tegas.
"Atas dasar apa Ibu memberi saya nilai kecil se'enaknya, apa Ibu tidak ingin memeriksa dulu jawaban saya? Ibu menganggap saya remeh? Kemari dan lihatlah!!" ucap Zarsel, dengan beraninya dia menentang Bu Dewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zarsel
Teen FictionViona yang tadinya tertawa-tawa, kini diam seribu bahasa sambil memegangi pipinya yang kena tamparam Zarsel. "Itu buat loe yang tadi namparin gue pake buku" ucap Zarsel. Viona hendak memukul Zarsel. Namun, tanganya kembali di cekal dengan kasar ole...